by on OCTOBER 3, 2012
Dharani Inti Segel Kotak Relik Berharga Dari Tubuh Rahasia Semua Buddha /
Karanda Mudra Dharani Sutra /
Casket Seal Dharani /
一切如來心秘密全身舍利寶箧印陀羅尼
yīqiè rúlái xīn quánshēn shèlì bǎo qiè yìn tuóluóní
Sarva Tathagata Adhisthana Hrdaya Guhya Dhatu Karannda Mudra Dharani Sutra
Demikianlah yang telah kudengar.
Sang Buddha sedang berdiam di Kolam Kegemilangan Berharga di Taman Tanpa Kekotoran, Negeri Magadha. Ia dikelilingi oleh kumpulan tak terhitung para Bodhisattva serta Pratyeka Buddha tingkat tinggi, dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga, manusia, dan bukan manusia. Pada saat itu hadirlah seorang Brahmana mulia dalam kumpulan itu yang bernama Tanpa Kekotoran dan Cahaya Mendalam. Ia merupakan seorang bijaksana dengan pengetahuan mendalam. Semua orang senang berjumpa dengannya. Ia telah berlindung pada Tiga Permata dan senantiasa melaksanakan sepuluh tindakan bajik. Hatinya selalu diliputi belas kasih dan bijaksana. Ia selalu berharap agar semua makhluk berada dalam keadaan sejahtera serta berkelimpahan. Brahmana yang bernama Tanpa Kekotoran dan Cahaya Mendalam itu bangkit dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekati Sang Buddha serta mengelilingi-Nya sebanyak tujuh kali (Pradaksina). Dipersembahkannya banyak bunga serta dupa pada Sang Buddha. Ia meletakkan jubah-jubah dan perhiasan sangat berharga di hadapan Sang Buddha. Ditundukkannya kepalanya sebagai tanda hormat ke Kaki Sang Buddha, lalu berdiri pada satu sisi seraya berkata, “Kami mengundang Yang Dijunjungi Dunia dan siapa saja yang hadir di tempat ini untuk menerima persembahan di tempat kediamanku besok pagi”.
Sang Buddha menerima undangan itu. Sang brahmana memahami bahwa Sang Buddha menerima undangannya. Dengan segera ia kembali ke tempat kediamannya serta mempersiapkan seratus makanan dan minuman lezat malam itu. Dibersihkannya seluruh gedung dan ruangan, serta digantungkannya banyak panji-panji. Pagi berikutnya, ia membawa serta keluarganya sambil membawa dupa dan bunga. Para pemain musik turut serta dalam rombongan tersebut. Mereka menghadap Sang Buddha dan berkata, “Telah tiba waktunya, silakan datang ke tempat kediamanku.” Sang Buddha menyetujui apa yang dikatakan Brahmana Tanpa Kekotoran dan Suara Mendalam itu. Beliau mengumumkan pada semua yang hadir di tempat itu, Kalian semua hendaknya pergi ke rumah Brahmana ini guna menerima persembahan sehingga ia dapat memperoleh pahala Kebajikan Besar. Kemudian Buddha berdiri dari tempat duduk-Nya dan bersamaan dengan itu memancarlah cahaya aneka warna. Semua orang yang menyaksikannya ikut dan mulai berjalan. Selanjutnya, sang Brahmana beserta keluarganya berjalan sambil membawa dupa serta bunga dengan penuh hormat. Demikian pula dengan naga surgawi, delapan kelompok makhluk dan Empat Maharaja Langit. Mereka berjalan di depan guna menjadi pembuka serta penunjuk jalan bagi Sang Buddha.
Tidak berapa lama Sang Buddha berjalan, tibalah Ia di sebuah taman yang bernama Kaya. Di sana terdapatlah Stupa tua yang rusak dan ditumbuhi oleh alang-alang dan rumput. Stupa itu terkubur dalam tumpukan ubin serta bebatuan. Ia nampak bagaikan seonggok lumpur. Sang Buddha berjalan menuju stupa tersebut, yang memancarkan sinar gemilang. Terdengarlah suara pujian dari gundukan lumpur itu: “Bagus sekali, bagus sekali, Sakyamuni. Perjalanan-Mu hari ini merupakan saat yang sangat menguntungkan, dan engkau, wahai Brahmana, akan menerima pahala kebajikan luar biasa.”
Kemudian Sang Bhagava Buddha menghaturkan penghormatan pada Stupa itu dan berjalan mengelilingi-Nya searah jarum jam (Pradaksina). Sang Buddha mengambil jubah-Nya dan meletakkannya di atas gundukan lumpur tersebut. Ia menitikkan air mata dengan derasnya. Setelah menangis, Buddha tersenyum kembali. Pada saat itu, para Buddha dari sepuluh penjuru menyaksikan peristiwa tersebut dan meneteskan air mata pula. Mereka memancarkan sinar terang pada Stupa ini. Semua orang yang melihatnya menjadi gemetar dan bingung.
Pada saat itu, Bodhisattva Vajrapani menitikkan air mata. Ia berjalan ke hadapan Sang Buddha dengan sikap hormat sambil membawa Vajranya dan bertanya: “Mengapakah cahaya yang dipancarkannya begitu gemilang? Mengapakah Engkau menangis? Para Buddha dari sepuluh penjuru menampakkan diri dengan kecemerlangan yang sama. Kami berharap agar Tathagata menjawab pertanyaan-Ku di hadapan semua yang hadir di tempat ini.”
Sang Bhagava memberitahu Vajrapani, “Tak terhingga Dharma Meterai Rahasia Dharani Hati terdapat dalam Stupa Kumpulan Sarira Seluruh Tubuh Buddha ini. Stupa ini benar-benar dipenuhi tanpa celah sedikitpun, sebanyak biji wijen; dengan ratusan dan ribuan koti Tubuh Buddha, yang banyak-Nya juga bagaikan biji wijen. Ratusan dan ribuan koti kumpulan Sarira seluruh Tubuh Buddha, bahkan 84.000 Dharma bersemayam dalam stupa ini. Sembilan juta sembilan ratus ribu koti tak terhingga Sarira kepala Buddha juga terdapat di dalam-Nya. Karena musabab yang luar biasa inilah, tidak peduli di manapun Stupa ini berada, Ia memiliki daya batin yang manjur. Pahala kebajikannya sanggup mengabulkan seluruh dambaan duniawi.”
Ketika hadirin mendengar apa yang dibabarkan Buddha tersebut. Mereka menghapuskan segenap kekotoran batin dan begitu pula dengan seluruh kekhawatiran dalam diri masing-masing. Mereka memperoleh mata Dharma yang murni. Mereka memperoleh buah hasil sesuai dengan kondisi batin dan timbunan pahala kebajikan mereka yang beraneka ragam. Beberapa orang mencapai tingkatan Sakadagamin, Shrotapanna, Anagamin, Arhat, Pratyeka Buddha, Bodhisattva, Avaivartas, serta kebijaksanaan Sarvajnana.
Selanjutnya ada pula yang mencapai tingkatan Bodhisattva pertama, kedua, hingga kesepuluh. Beberapa di antara mereka menyempurnakan enam paramita. Sang brahmana sendiri menghapuskan kekotoran batinnya dan merealisasi lima penembusan batin. Ketika Bodhisattva Vajrapani menyaksikan hal yang ajaib ini, ia bertanya pada Sang Buddha, Bagus sekali, sungguh ajaib. Kami memperoleh manfaat pahala kebajikan luar biasa setelah mendengarnya. Jika kami mendengarkan Ajaran Kebenaran dan dengan segenap hati meyakininya, berapa besarkah jasa serta pahala kebajikan yang akan kami peroleh?
Buddha berkata, “Dengarlah wahai Vajrapani. Jika ada pria atau wanita serta empat kelompok siswa-Ku yang memiliki keyakinan di masa mendatang menuliskan Sutra ini, maka tindakan itu dapat disamakan dengan menyalin seluruh Sutra yang dibabarkan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha. Semua Buddha akan menjaganya laksana melindungi mata-Nya sendiri, atau bagaikan seorang ibu yang penuh belas kasih merawat anaknya. Apabila seseorang membaca Sutra ini, maka tindakan itu dapat disamakan dengan membaca semua Sutra yang dibabarkan para Buddha di masa lampau, sekarang, dan mendatang. Oleh karena itulah, sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha, Yang Tercerahi, sebanyak biji wijen hadir semua-Nya tanpa celah sedikitpun. Mereka menampakkan diri guna melimpahkan berkah baik siang maupun malam pada orang ini. Semua Buddha yang jumlah-Nya bagaikan butiran pasir di sungai Gangga akan hadir, kendati para Buddha yang telah hadir sebelumnya masih belum meninggalkan tempat tersebut. Mereka datang bergiliran bagaikan pasir yang bergerak memutar dalam pusaran air. Mereka datang dan pergi tanpa henti.
Jika seseorang mempersembahkan dupa, bunga, jubah indah, serta perhiasan yang elok dipandang pada Sutra ini, maka seluruh persembahan itu akan berubah menjadi bunga-bunga surgawi, jubah serta perhiasannya akan berubah menjadi benda-benda yang terbuat dari tujuh jenis permata di hadapan sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha dari sepuluh penjuru alam semesta. Benda-benda ini akan berlipat ganda bagaikan Gunung Sumeru untuk dipersembahkan. Benih kebajikan yang mereka tanam juga sungguhlah besar.”
Pada saat itu, para dewa, naga, delapan kelompok makhluk (Asta-Gatyah), manusia dan bukan manusia mendengar mengenai hal ini. Mereka merasa keheranan dan berkata satu sama lain, Begitu anehnya gundukan lumpur terbengkalai ini. Ia telah berubah wujud secara batin karena berkah para Buddha.
Vajrapani bertanya pada Buddha kembali, “Yang Dijunjungi Dunia, mengapa Stupa Tujuh Permata itu menjadi gundukan lumpur sekarang?”
Buddha berkata pada Vajrapani, “Ini bukanlah gundukan lumpur sama sekali. Ia merupakan Stupa Agung Yang Sangat Indah. Stupa itu tidak muncul karena pengaruh karma buruk orang yang melihatnya. Stupa itu tak terlihat tetapi keseluruhan tubuh Buddha yang tersimpan di dalamnya tidak dapat rusak. Bagaimana mungkin Tubuh Vajra seorang Buddha dapat dihancurkan? Setelah Aku parinirvana, pada masa kemerosotan dan kekacauan; jika umat manusia melakukan tindakan-tindakan jahat, mereka akan terjerumus ke neraka. Mereka tidak meyakini Tiga Permata. Mereka tidak menanam akar kebajikan. Buddhadharma akan hilang karena hal ini. Tetapi Stupa yang kuat dan kokoh ini tidak akan hancur karena berkah kekuatan batin semua Buddha. Para makhluk yang diliputi pandangan salah diselubungi oleh karma buruk. Mereka menyia-nyiakan permata berharga dan tidak tahu bagaimana memanfaatkannya. Itulah yang menyebabkan Aku menangis hari ini dan begitu pula dengan semua Buddha lainnya.”
Buddha memberitahu lebih jauh pada Vajrapani, “Jika ada orang yang menyalin sutra ini dan meletakkannya ke dalam sebuah stupa, maka stupa itu akan menjadi Stupa Gudang Vajra semua Buddha. Ia juga merupakan Stupa Berkah Rahasia Hati Dharani Semua Buddha. Ia merupakan Stupa sembilan juta sembilan ratus ribu koti Buddha. Ia juga merupakan stupa puncak mahkota (usnisha) dan Mata Semua Buddha. Stupa ini akan dilindungi oleh kekuatan batin semua Buddha.
Apabila ada orang yang meletakkan Sutra ini ke dalam suatu stupa atau patung Buddha, patung itu akan menjadi terbuat dari tujuh permata, serta memiliki daya kekuatan sehingga dapat mengabulkan semua dambaan. Payung, tirai, jala, roda, piring, genta, alas, dan anak tangga akan tercipta dengan kekuatan. Benda-benda yang terbuat dari lumpur, kayu, batu, atau bata akan berubah menjadi Tujuh Permata berharga karena kekuatan Sutra ini. Semua Buddha akan menambahkan daya kekuatan-Nya yang tak terhingga dan tanpa henti memberkahi Sutra ini dengan sabda-sabda murni.
Jika ada orang yang menghaturkan hormat di hadapan Stupa ini lalu mempersembahkan dupa dan bunga pada Stupa ini, kesalahan berat selama delapan juta kalpa akan dihapuskan. Ia akan terhindar dari semua bencana dalam kehidupannya. Ia akan terlahir kembali dalam keluarga yang beragama Buddha setelah akhir hidupnya. Apabila ada orang yang seharusnya terjerumus ke dalam neraka Avici, namun menghaturkan penghormatan pada Stupa ini satu kali saja atau berjalan mengelilingi-Nya searah jaruh jam, maka gerbang neraka akan tertutup baginya dan jalan menuju Bodhi akan terbuka. Semua Buddha akan memberkahi dengan kekuatan batin-Nya pada tempat-tempat di mana terdapat stupa-stupa atau gambar Buddha. Tidak ada angin topan, badai, dan halilintar yang membahayakan akan menimpa. Tidak ada ular berbisa, cacing berbahaya, serta hewan beracun lainnya akan dapat melukai. Tidak ada singa, gajah gila, harimau, serigala, dan lebah liar akan melukai. Tidak ada kepanikan yang disebabkan oleh makhluk halus yaksha, raksasa, putana, kritya, khumbandas, preta, pisacasa, mahluk mengerikan, atau penyakit ayan. Tidak akan ada penyakit baik karena serangan hawa dingin atau panas, tidak pula berjangkit penyakit lilou, tanzhu, borok, atau skabies. Seseorang akan terhindar dari bencana hanya dengan semata-mata memandang pada Stupa ini. Tidak ada wabah penyakit yang akan menimpa manusia, kuda, hewan, anak laki-laki dan perempuan. Mereka tak akan mengalami kematian tak wajar. Mareka tak akan terluka oleh senjata tajam, air, dan api. Mereka tidak akan dicelakai oleh para perampok, pencuri, ataupun musuh. Mereka tak akan menderita karena kelaparan atau kemiskinan. Tidak ada serangan gaib dan makhluk halus jahat serta mengerikan yang sanggup mencelakakan mereka. Empat Maharaja Langit beserta pengikutnya akan melindungi mereka seharian dan malam. Para Jenderal yaksha dari keduapuluh delapan bagian beserta matahari, rembulan, panji lima bintang, dan bintang-bintang berekor akan melindungi mereka seharian dan malam. Seluruh raja naga akan mengumpulkan uap air untuk membuat hujan turun pada waktunya. Seluruh makhluk surgawi, termasuk dari Surga Tavatimsa akan datang tiga kali guna menghaturkan persembahan.”
“Seluruh makhluk surgawi akan hadir tiga kali demi melantunkan pujian, mengelilingi serta menghaturkan sembah sujud bagi tempat ini. Maharaja Sakradevanam Indra beserta dewi-dewi surgawi akan turun menghaturkan persembahan tiga kali seharian dan malam. Tempat ini diberkati oleh semua Buddha. Stupa ini memiliki kemuliaan seperti itu karena terdapat Sutra di dalamnya.
Jika ada orang yang mendirikan sebuah stupa dengan tanah liat, batu, kayu, emas, perak, tembaga, atau timah hitam, lalu menuliskan dharani ini serta meletakkan di dalamnya, stupa tersebut akan berubah menjadi tujuh permata mulia begitu Dharani ini diletakkan di dalamnya. Anak tangga, piring, payung, tirai, genta, dan roda semuanya berubah menjadi tujuh pertama mulia. Tubuh-tubuh Buddha yang berada di empat penjuru Stupa ini akan melimpahkan perlindungannya seharian dan maupun malam karena Dharma ini.”
“Stupa Tujuh Permata dengan dengan Sarira Seluruh Tubuh Buddha yang ajaib dan berharga akan bertumbuh dengan kekuatan Dharani ini hingga mencapai Surga Akanistha. Seluruh makhluk surgawi akan menghaturkan penghormatannya, melindungi, serta memberikan persembahan pada Stupa ini, baik seharian maupun malam, saat tingginya mencapai alam surga.
Vajrapani bertanya, Mengapakah Dharma ini begitu luar biasanya?
Sang Buddha menjawab, Dikarenakan kekuatan batin Dharani Meterai Peti tersebut.”
Vajrapani berkata, “Kami berharap agar Buddha berbelas kasih pada kami dan sudi mengucapkan Dharani tersebut.”
Buddha berkata, “Dengarlah dan hafalkan, jangan sampai lupa. Perwujudan gemilang Tubuh semua Buddha dari zaman sekarang dan akan datang beserta Sarira Seluruh Tubuh Buddha masa lampau terdapat dalam Dharani Meterai Peti ini. Selain itu, ketiga tubuh Buddha juga berada di dalamnya.”
Kemudian Buddha melafalkan dharani itu:
Namahstriye dhvikanam sarvatathagatanam. om bhuvi bhavana vare vacare vacathai shruru shruru dhara dhara sarvatathagata dhatu dhare padmam bhavati jayavare mudre smaratathagata dharmacakrapravartane vajrabodhimanda alamkara alamkrite sarvatathagata adhishthite bodhaya bodhaya bodhi bodhi buddhya buddhya sambodhani sambodhaya cala cala calamtu sarvaavaranani sarvapapavigate huru huru sarvashokavigate sarvatathagata hridayavajrani sambhara sambhara sarvatathagata guhya dharani mudre buddhe subuddhe sarvatathagata adhishthite dhatugarbhe svaha; samayadhithite svaha; sarvatathagatahridayadhatumudre svaha; supratithitastupe tathagata adhishthite huru huru hum hum svaha. om sarvatathagata ushnisha dhatu mudrani sarvatathagatam sadhatu vibhushita adhisthite hum hum svaha.
Ketika Sang Buddha selesai mengucapkan Dharani ini, semua Buddha melantunkan pujian dari dalam gundukan itu, “Baik sekali! Baik sekali! Sakyamuni, Engkau hadir di tengah kekeruhan dunia serta membabarkan Dharma mendalam ini demi kepentingan para makhluk yang tak memiliki sandaran hidup. Dharma penting ini akan bertahan di dunia ini demi melimpahkan kebajikan, kedamaian, serta kebahagiaan bagi semua makhluk dalam kurun waktu yang lama.”
Pada saat itu, Sang Buddha memberitahu Vajrapani, “Dengarlah! Dengarlah! Dharma yang penting ini memiliki kekuatan batin dan manfaat yang tak terukur. Ini bagaikan mutiara berharga penghias pada sebuah panji. Ia laksana penyebar batu-batu permata berharga demi memenuhi semua dambaan. Yang Kubabarkan ini barulah sepersepuluh ribu bagian dari keseluruhan Dharma ini. Engkau hendaknya senantiasa mengingatnya demi keuntungan untuk semua makhluk.
Jika ada pelaku kejahatan berat yang terjatuh ke dalam neraka, dia menjadi sangat menderita dan tidak mengetahui kapan dia dapat dibebaskan. Bila putera atau cucu orang ini menyebutkan nama orang yang meninggal itu dan melafalkan Dharani ini sebanyak tujuh kali. Cairan tembaga serta besi yang panas dan membara dengan sekejap akan berubah menjadi kolam menyejukkan dengan air astaguna, yang airnya memiliki delapan sifat menyenangkan. Sebuah bunga teratai dengan tudung mulia di atasnya akan muncul melindungi kepalanya. Pintu neraka akan pecah berantakan dan jalan menuju Bodhi akan terbuka lebar. Bunga teratai itu akan terbang dan mengantarnya menuju ke Tanah Suci Buddha Sukhavatiloka. Seluruh kebijaksanaan akan muncul dengan sendirinya. Ia akan berbahagia karena memiliki kesempatan untuk mendengar Dharma serta berjumpa dengan seorang Buddha.
Jika ada orang yang menderita beraneka ragam penyakit dan diserang oleh rasa sakit yang dashyat karena telah melakukan kesalahan berat; Jika ia melafalkan Dharani ini sebanyak dua puluh satu kali, seluruh penyakit dan kekhawatirannya akan lenyap. Ia akan menikmati tak terhitung berkah kebajikan dan berusia panjang.
Jika seseorang terlahir di keluarga miskin karena kekikirannya, dimana pakaiannya tidak sanggup menutup seluruh tubuhnya. Selalu kekurangan makanan yang tak cukup untuk mempertahankan hidup. Penampilannya menjadi lemah dan kurus. Orang lain tidak suka berjumpa dengannya. Apabila orang ini merasa malu dan pergi ke sebuah gunung guna memetik beberapa bunga liar, menggiling beberapa batang kayu guna dijadikan dupa. Setelah itu, ia pergi ke hadapan Stupa ini untuk menghaturkan hormat serta persembahan, berjalan mengelilinginya tujuh kali searah dengan jarum jam; meneteskan air mata dan menyesali kesalahannya. Kemiskinan orang itu akan sirna dengan segera dan kemakmuran akan diperoleh. Tujuh Permata Berharga akan tercurah bagaikan derasnya hujan. Tidak ada kekurangan lagi. Tetapi mulai saat itu, ia harus menghaturkan persembahan pada Buddha dan Dharma, serta beramal pada orang miskin. Jika ia menjadi kikir, kemakmuran yang telah diperoleh akan lenyap dengan seketika.
Jika seseorang mendirikan sebuah Stupa dengan tinggi empat jari tangan demi menanam benih kebajikan. Entah ia menggunakan tanah liat atau batu bata sesuai dengan kemampuannya, lalu menuliskan Dharani ini dan meletakkannya di dalam Stupa. Kemudian ia bernamaskara di hadapan Stupa itu sambil membawa bunga-bunga harum; maka awan harum akan memancar keluar dari stupa itu dikarenakan kekuatan dharani serta keyakinannya. Keharuman dan cahaya berwujud awan akan memancar menuju seluruh alam dharma (dharmadatu). Keharuman dan kegemilangan ini akan memanifestasikan aneka kebajikan. Pahala dan kebajikannya sama dengan yang telah disebutkan di atas. Terkatalah bahwa tidak ada harapan yang tak akan terpenuhi.”
“Pada zaman kemerosotan, jika ada pria atau wanita berbudi dari kalangan empat kelompok umat Buddha, berusaha keras untuk membangun stupa-stupa semacam ini dan meletakkan dharani ajaib ini di dalamnya, jasa dan pahala kebajikan yang diperolehnya sungguh tak terukur. Jika ada orang yang mengunjungi Stupa itu dengan harapan memperoleh berkah, ia mempersembahkan setangkai bunga atau sebatang dupa, bernamaskara di hadapan Stupa tersebut lalu menghaturkan persembahan serta mengelilinginya searah jarum jam; dikarenakan kebajikan semacam itu, orang tersebut dengan sendirinya akan memperoleh kebahagiaan, kedudukan tinggi, dan kemakmuran tanpa perlu bersusah payah. Umur panjang dan kekayaan akan dimilikinya tanpa meminta; musuh dan pencuri dari berbagai penjuru akan dikalahkan tanpa perlu bertarung; kebencian dan kutukan akan sirna tanpa usaha apapun; terhindar dari penyakit dan wabah penyakit dengan sendirinya tanpa proses penyembuhan; suami yang mulia atau istri yang baik akan diperoleh tanpa mencari; putera cerdas serta puteri cantik akan diperoleh tanpa memohon dengan doa; dan seluruh dambaan akan terpenuhi.”
“Jika terdapat burung-burung, burung dara, anjing, serigala, nyamuk, dan semut, terkena bayangan Stupa ini atau menginjak rerumputan di sekitarnya, halangan karma mereka akan lenyap serta terbebas dari ketidak tahuan. Mereka akan memasuki Tempat Tinggal Buddha dan menerima kekayaan Dharma.
Jika ada orang melihat bentuk Stupa ini, atau dia mendengar suara dari genta-gentanya, atau mendengar nama Stupa ini, atau berada di bawah bayangan Stupa ini; seluruh hambatan akibat karma buruknya akan dilenyapkan. Dambaan-dambaan hatinya akan terpenuhi. Ia akan menikmati hidup yang tentram serta terlahir kembali di Tanah suci Buddha Sukhavati setelah kematiannya.
Apabila ada orang yang menggunakan sedikit tanah untuk memperbaiki dinding Stupa yang rusak atau menggunakan sebongkah batu kecil untuk menyangga Stupa itu; berkah kebajikannya akan melimpah dan usianya akan bertambah panjang. Ia akan terlahir sebagai Raja Pemutar Roda Dharma setelah kehidupan ini.
Setelah Aku parinirvana, jika ada salah seorang di antara empat kelompok penganut AjaranKu mempersembahkan dupa dan bunga, dengan tulus berikrar melafalkan Dharani ini di depan Stupa demi membebaskan para makhluk yang berada di alam penderitaan yang jahat; maka setiap kalimat yang diucapkannya akan memancarkan cahaya gemilang hingga menyinari tiga alam sengsara. Seluruh penderitaan akan berakhir. Para makhluk akan terbebas dari penderitaan dan benih Buddha akan bertunas. Mereka akan terlahir di Tanah Buddha manapun sesuai kehendak mereka.
Jika ada orang yang berdiri di puncak gunung dan melantunkan Dharani ini dengan tulus, semua makhluk yang berada dalam jangkauan pandangan orang itu, baik yang berambut, berbulu, hidup di dalam tempurung, memiliki cangkang, yang hidup di gunung, hutan, sungai, dan lautan, akan terbebas dari belenggu karma buruk dan ketidak tahuan. Tiga hakekat alami Buddha akan muncul dalam dirinya. Mereka akan tinggal dalam kedamaian nirvana agung.
Jika ada orang yang berjalan dengan orang ini di jalan yang sama, atau siapapun yang menyentuh bajunya, menapaki jejak kaki orang ini, atau siapapun yang berjumpa dan berbicara dengan orang ini; kejahatan berat mereka akan dimusnahkan dan selain itu mereka akan mencapai kesuksesan.
Pada saat itu Buddha memberitahu Vajrapani, “Kini Aku menyerahkan Sutra Dharani yang penuh misteri ini pada-Mu. Engkau hendaknya menghormati dan melindungi-Nya. Semoga Sutra Dharani ini dapat tersebar ke seluruh penjuru dunia. Jangan biarkan para makhluk berhenti mempelajari-Nya.
Vajrapani berkata, “Sekarang Aku sangat beruntung dapat berjumpa dengan Bhagavan Buddha. Kami berikrar untuk melindungi dan menyebarkan Sutra ini seharian dan malam di dunia demi membalas budi kami pada Sang Buddha. Jika ada orang yang menyalin, mempertahankan, dan merenungkan terus menerus Sutra ini, kami akan meminta Mahadewa Sakra, Dewa Brahma, Empat Maharaja Langit (Catur Maharajika), seluruh naga, dan delapan kelompok makhluk surgawi untuk melindungi orang ini seharian dan malam tanpa pernah meninggalkannya barang sekejap-pun.”
Buddha berkata, “Baik sekali, Vajrapani. Engkau melindungi Dharma ini dan jangan biarkan itu berhenti demi keuntungan semua makhluk di masa mendatang.” Pada saat itu, Yang Dijunjungi Dunia telah selesai mengucapkan Dharani Meterai Peti dan membabarkan Dharma. Kemudian mereka pergi mengunjungi rumah sang brahmana dan menerima persembahannya. Seluruh makhluk surgawi dan umat manusia memperoleh Manfaat yang sungguh besar. Mereka lalu pulang ke tempat kediamannya masing-masing. Pada saat itu, seluruh bhikshu, bhikshuni, umat awam pria serta wanita (upasaka dan upasika), dewa, naga, yaksha, gandharva, asura, garuda, kinnara, mahoraga; manusia dan mahluk bukan manusia bersuka cita karena pembabaran Dharma ini. Mereka meyakini, menerima, mempertahankan, dan mempraktekkan apa yang baru saja dibabarkan oleh Sang Buddha tersebut.
Terjemahan Indonesia dikutip ulang dari : dhammacitta.org
Pelafalan Dharani oleh Lama LotusChef
Catatan dari Lama Lotus Chef :
Untuk pembacaan sutra, pemberkatan / abhiseka dari Guru Akar tidak terlalu dibutuhkan.
Bagaimanapun juga, jika hanya membaca Dharani, paling baik menulis surat permohonan transmisi pemberkatan dari Guru Akar.
Terima kasih kepada penerjemah sehingga para pembaca dapat membaca dan mengerti mengapa sutra ini sangat dijunjung dan begitu menakjubkan.
hahaha! Dalam Tantrayana, seseorang harus memiliki pemahaman sebelum melatih diri.
Amituofo
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotus Chef
No comments:
Post a Comment