Tuesday, October 16, 2012

Mahamudra Membuka Ubun-ubun Kepala





Diambil dari buku Guru Sheng-yen Lu, No.51 
“Mahamudra & Yoga Tantra Tertinggi”, Bab 18
Dibagikan oleh Lama Lotuschef – 5 Agustus 2011
Terjemahan asli oleh Cheng Yew Chung, disunting oleh Dance Smith
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber:
Mahamudra of Opening the Crown


BAB 18 – Mahamudra Membuka Ubun-ubun Kepala

Nona You Suqing, seorang muridku yang tinggal di Kumamoto, Jepang, suatu kali bertanya kepadaku apa yang sebenarnya dimaksud dengan Phowa Yoga.
Aku menimpalinya dengan mengatakan bahwa Phowa Yoga adalah Yoga untuk Membuka Ubun-ubun Kepala, sebuah sadhana Tantra untuk mencapai keberhasilan lewat pemindahan kesadaran di mana ia dirubah menjadi dharmakaya, sambhogakaya, dan nirmanakaya.

Berikut adalah uraian lebih lanjut mengenai yoga tersebut:

Para praktisi tantra sering menganggap Phowa Yoga sebagai pintu dharma yang paling cepat, karena ia menunjukkan hasil yang paling cepat dan merupakan jalan paling langsung/utama untuk membuka ubun-ubun (chakra mahkota). Saat ubun-ubun telah terbuka, si praktisi pasti mencapai keberhasilan untuk terlahir kembali di Tanah Suci.
Keberhasilan melatih pintu dharma sangat bergantung pada fondasi spiritual si praktisi. Beberapa orang bisa melatih pembukaan ubun-ubun dan langsung berhasil dalam sehari saja.
Namun orang-orang lain perlu melatih selama 49 hari sebelum ubun-ubunnya terbuka. Inilah kenapa disebut sebagai “sangat bergantung pada fondasi spiritual masing-masing”.

Phowa Yoga adalah salah satu dari sadhana utama Kagyupa.

Beberapa orang berkomentar bahwa saat ubun-ubun telah terbuka, si praktisi bisa terlahir kembali di Tanah Suci Dewachen (Sukhawati) kapan saja.
Tentu saja, saat si praktisi terlahir kembali, ia akan meninggalkan tubuh fisiknya saat itu.
Otomatis umur si praktisi akan menjadi pendek.
Di sinilah mengapa orang yang melatih yoga ini umurnya tidak panjang.
Jadi para praktisi Tantra merasa bahwa pelatihan sadhana panjang umur Buddha Amitayus diperlukan saat ubun-ubun telah terbuka.

Namun aku merasa bahwa saat Phowa Yoga telah dikuasai, itu menunjukkan bahwa terlahir di Tanah Suci adalah sebuah jaminan/kepastian.
Lalu mengenai umur si praktisi yang menjadi pendek dengan melatih sadhana ini ataupun tidak adalah sama sekali tak relevan, karena hidup itu sendiri laksana lautan penderitaan dan pasti tak akan terlepas dari proses kelahiran, umur tua, sakit, dan mati.

Yang tampak sebagai kebahagiaan hidup malahan sebenarnya merupakan penderitaan.
Ada baiknya pulang sedini mungkin dan menyelesaikan hidup ini.
Oleh karenanya, karena Phowa Yoga bisa mengurangi umur si praktisinya, kenapa tak melatihnya?

Ada dua guru terakhir ini yang terkenal dengan sadhana Phowa-nya: Yang Mulia Sheng-lu (1871-1941) dan Yang Mulia Duga.

 
Berikut aku menjelaskan Phowa Yoga dengan lebih mendetil:

Duduklah dalam posisi Tujuh Titik Vairocana (tujuh postur pendukung).
Aturlah nafasmu sebanyak 21 kali dengan menyalakan Yoga Api Tummo.
 
Bacalah Doa Permohonan berikut:

Aku menghaturkan hormat kepadamu, Guru Vajradhara!
Lindungilah aku setelah sadhana Phowa telah berhasil dilatih!
Aku menghaturkan hormat kepadamu, Tilopa!
Bantulah aku melebur ke dalam sinarmu yang mulia,
Di mana semua dharma adalah suci nan unggul!
Aku menghaturkan hormat kepadamu, Marpa dan Milarepa!
Pancarkanlah cahayamu melalui Mahamudra!
Aku memberi hormat kepadamu, para guru pemegang silsilah!
Di atas ubun-ubunku engkau sekalian duduk di atas tahta-tahta teratai.
Imanku teguh nan kuat.
Semua guru melebur ke dalam lautan cahaya cemerlang.
Dalam alam dharma yang unggul engkau sekalian berada.
Aku berdoa semoga aku bisa mendapatkan dharma dan mencapai bodhi dengan cepat.
Aku hendak melatih sadhana Phowa dan melebur ke dalam Kekosongan
Sehingga aku bisa tinggal dengan penuh kedamaian di dalam alam buddha sejati.

Kemudian bayangkan Vajradhara duduk di atas ubun-ubunmu. Tubuhnya berwarna biru dan bermanifestasi dalam rupa sambhogakaya, dihiasi dengan pakaian Buddha dan ornamen-ornamen perhiasan yang berharga nan menakjubkan.
Kedua tangannya disilangkan di depan dadanya, dengan tangan kanan di depan tangan kirinya, memegang sebuah vajra di tangan kanannya dan lonceng di tangan kirinya.
Para guru pemegang silsilah duduk di atas ubun-ubunmu, membentuk garis lurus dari bawah ke atas; mereka masing-masing berada di dalam lingkaran aura sinar pelangi.
Di garis silsilah paling bawah duduklah Vajra Guru Lian-sheng yang Bermahkota Merah nan Mulia, yang merupakan guru yang berada di dunia.

Kemudian bayangkan para guru berubah menjadi sinar pelangi.
Sinar ini melebur ke dalam tubuhmu, dan bersama-sama mereka semua membentuk sebuah tubuh vajra yang menakjubkan.
Bayangkan dirimu berubah menjadi tubuh yang kosong dan bersinar cemerlang, di mana yang terlihat hanyalah nadi tengah utama dengan bagian paling atasnya yang melebar – terbuka seperti terompet.
Bagian nadi tengah yang paling bawah akan menyempit dan ujungnya tertutup.
Di atas bagian terompet yang terbuka duduklah para guru pemegang silsilah, dengan Vajradhara sebagai Sang Guru Akar.
Nadi tengah utama-mu diatur sedemikian rupa menjadi garis lurus yang segaris dengan nadi tengah utama Sang Guru Akar Vajradhara, di mana jalurnya saling terhubung dan tampak jelas.
Ini artinya nadi tengah utama-mu terhubung dengan nadi tengah utama Vajradhara.

Setelah itu bayangkan di dalam hatimu muncul aksara HUM yang berwarna biru yang juga sama halnya muncul di dalam hati Vajradhara.
Saat kamu menghembuskan nafas, teriakkan suara ZEE dan bayangkan aksara HUM di dalam hatimu terbang ke atas melewati bukaan terompet dari nadi tengah utama-mu.
Teriakkan ZEE terus-menerus sebanyak 21 kali.
Dengan teriakan yang ke-21, aksara HUM akhirnya mencapai bagian paling atas dari bukaan terompet nadi tengah utama.
Lalu hembuskan nafas dan teriakkan suara GA sambil membayangkan aksara HUM turun pelan-pelan dari bukaan nadi tengah utama paling atas hingga akhirnya kembali ke lokasi semula di dalam hatimu dengan teriakan GA ke-21.

Begitulah, jadi kamu meneriakkan ZEE sebanyak 21 kali dan kemudian meneriakkan GA sebanyak 21 kali.

Saat kamu berteriak, kamu harus meregangkan kapasitas suaramu dan berteriak sekencang mungkin.
Ini maksudnya menggunakan suara untuk menggetarkan aksara HUM di dalam hatimu supaya ia bisa naik dan turun.

Kamu harus melatih Phowa Yoga ini sehari sekali.
Dengan menggunakan kekuatan dua aksara mantra dan kekuatan pikiran, serta duduk dalam postur Tujuh Titik Vairocana, kamu akan mencapai keberhasilan pembukaan ubun-ubun kepala.
Praktisi Phowa, saat hampir meninggal, menggerakkan aksara HUM di dalam hatinya supaya keluar dari nadi tengah utamanya, kemudian aksara tersebut memasuki aksara HUM di dalam Vajradhara, sehingga kedua aksara HUM melebur menjadi satu.

Dengan cara ini, hati si praktisi Tantra melebur dan menyatu dengan hati para guru pemegang silsilah, dan ini terlihat sebagai sinar cemerlang di dalam hati sendiri yang melebur ke dalam sinar cemerlang para guru pemegang silsilah.
Inilah keberhasilan sejati yang didapatkan dari Phowa Yoga.


Si praktisi harus memperhatikan poin-poin utama berikut saat melatih Phowa Yoga:

[1] Sadhana ini sangat mementingkan adanya kekuatan pemberkatan dari para guru.
Sang Vajra Guru adalah Vajradhara, yang merupakan inti dari semua guru.
Mantra hati HUM-nya, memancarkan cahaya lima kebijaksanaan, utamanya menampilkan sifat sejati vajra yang tiada tara dari semua buddha.
Kita harus menghormati dan dengan penuh ketulusan tulus dalam bersandar pada vajra guru kita, sehingga kita bisa mendapatkan pemberkatannya.
Oleh karenanya, kita tidak boleh melatih Phowa Yoga ini dengan seenaknya tanpa mendapatkan panduan yang diperlukan dari seorang guru.

[2]Meski sadhana ini terkesan sederhana, namun ia sesungguhnya sangat ampuh.
Ia adalah metode yang menakjubkan yang disarikan dari maha kesempurnaan guru yoga, dan akan membawamu pada alam kenyataan sejati.
Saat si praktisi mendapatkan respon spiritual dengan sadhana ini, energi prana yang naik ke chakra mahkotanya akan membentuk tonjolan seperti yang terlihat di rupang-rupang Buddha.
Ubun-ubun kadang akan mengalami memar sedikit, dan sedikit darah dan cairan akan keluar dari chakra mahkota.
Di masa lampau, mereka yang telah berhasil membuka chakra mahkotanya akan menancapkan sebatang rumput kusha ke dalam ubun-ubunnya sebagai bukti terbukanya ubun-ubun tersebut.

[3] Praktisi yang ubun-ubunnya telah terbuka akan menyadari bahwa saat kematian telah datang, inti jiwa spiritualnya akan keluar lewat ubun-ubun.
Jiwa si praktisi ini telah mencapai realisasi diri sehingga ia akan keluar dari tubuh fisiknya lewat chakra mahkota dan naik dari nadi tengah yang berfungsi seperti kawat pengantar yang terhubung ke ubun-ubun.
Sebelum kematian dan saat melakukan sadhana harian, si praktisi bisa membayangkan sinar dari para guru pemegang silsilah melebur ke dalam dirinya melalui ubun-ubun dan memenuhi semua nadi dan chakra di dalam tubuh dengan kekuatan spiritual. Si praktisi bisa mengubah kekuatan ini menjadi tubuh sinar suci.

Tiap kali aku memasuki kondisi penyerapan dalam meditasi Mahamudra, sinar suci dari para guru silsilah berubah menjadi sinar suci yang tiada batasnya di dalam diriku.
Sinar-sinar suci ini bisa saling merespon.

[4] Aku merasa bahwa para bhiksu yang telah ditahbiskan yang benar-benar tahu sifat sejati dirinya dan mencari realisasi dari dalam diri mereka sendiri adalah mereka yang memahami dharma dan melatihnya.

Betapa kasihannya mereka para bhiksu yang tidak mengerti akan kebenaran dan hanya melatih ilmu-ilmu cenayang. Ilmu-ilmu tersebut hanyalah doktrin eksternal.

Yang kupegang adalah penyerapan meditatif dari realisasi batin, dan bukan dari doktrin-doktrin non-buddhis. Bila para muridku benar-benar memahami hal ini, maka mereka adalah murid sejati Aliran Satya Buddha.
Sadhana-sadhana tersebut berhubungan dengan pelatihan bindu!

[5] Saat aku mengamati para warga Amerika yang hanya hidup dalam materialisme, aku sungguh sedih melihatnya.
Para pendeta yang berceramah menginginkan supaya semua orang memuja Tuhan dan menjaga pikiran agar selalu baik dan penuh cinta kasih.
Dengan cara ini, Tuhan akan memberkati kita semua.
Lewat doa, kita membuka jalur komunikasi dengan Tuhan, dan saat waktunya telah tiba, kita akan naik ke Kerajaan Allah.
Namun, ajaran-ajaran Katolik dan Kristen, meski mengandalkan doa (yang berarti mencari di luar diri sendiri), tak akan membantu siapapun untuk bisa masuk ke Kerajaan Allah bila rintangan kebodohan belum disingkirkan.
Begitulah maka sejumlah besar umat pemeluk agama Katolik dan Kristen tak terselamatkan pada akhirnya, karena orang-orang ini hanya tahu cara mencari kebenaran di luar diri mereka, dan tidak sadar cara mencari kebenaran di dalam diri mereka sendiri.
Oleh karenanya, mereka berhenti pada kulit luarnya saja dan tidak menyadari kebenaran yang berada di dalamnya.


Mahamudra Membuka Ubun-Ubun Kepala menggabungkan dua pendekatan yang mencari di luar dan di dalam, menjadi sebuah metode, dan mencari kontak spiritual dari Yang Tertinggi.
Kontak spiritual ini didapatkan pada tingkat dharmakaya.

Hingga hari ini, aku punya banyak murid dari barat yang tahu akan sadhana ini, dan beberapa dari mereka telah berhasil membuka ubun-ubun kepalanya.
Mereka bisa merasakan kedamaian dalam tubuh dan pikirannya, dan tinggal di dalam kondisi Samadhi Ketenangan yang terunggul.

Ajaran-ajaran Tantra, yang telah masuk ke barat, benar-benar membuka mata masyarakat di sana.
Pelatihan Mahamudra telah membuatku mampu menyatu (melebur) dengan alam semesta, dengan guruku, dan dengan semua insan.
Sungguh ajaran-ajaran realisasi diri yang sejati telah berdiri dan berkembang di barat, dan banyak anggota masyarakatnya yang telah berlindung (bersarana).

Siapapun yang membaca bab ini dan mengikuti panduan dari guru dengan melatih bindu dan pembukaan ubun-ubun, pasti akan mencapai realisasi batin hatinya sendiri.
Bila aku tak membuat sumpah yang penuh welas asih untuk menolong semua insan supaya mendapatkan realisasi hatinya yang sejati, aku pasti tak akan mungkin bisa membagikan arus cahaya suci ini ke dalam hati mereka, dan juga memberi manfaat sebesar-besarnya bagi mereka.

---

Amituofo
Lotuschef
Pure Karma
True Buddha School

No comments:

Post a Comment