Friday, February 28, 2020

Makanan – Dikuduskan Terlebih Dahulu Ataukah Dipersembahkan Terlebih Dahulu? [2]



Ditulis oleh Lotuschef – 2 November 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Food – Purify First or Offer First? [2]




Subjek di dalam artikel ‘Makanan – Dikuduskan Terlebih Dahulu Ataukah Dipersembahkan Terlebih Dahulu?’ adalah seorang reverend. Oleh karenanya aku menyajikan pandangan Guru mengenai hal ini, seperti yang terlampir di kutipan berikut.



[--- Buddhisme Tantra menganggap bahwa semua Buddha adalah mahluk yang berdiam di dalam pikiran non-diskriminatif.

Seorang praktisi dengan pencapaian nyata mampu mengubah arak menjadi nektar, dan daging menjadi makanan yang bersih.
Karena ia menyeberangkan roh dari hewan yang dijagal, maka tak ada bahaya tindakan jahat yang timbul di dalam mengkonsumsi arak dan daging.

Seorang praktisi yang tak punya stamina batin akan meminum arak hingga mabuk, dan makan daging karena rakus. Demikianlah ia melanggar sila utama Buddhisme Tantra, dan menciptakan karma berat bagi dirinya sendiri, yang akan menariknya ke Neraka Vajra saat ia meninggal dunia.

Di luaran, kedua skenario nampak mirip, namun mereka terpisahkan oleh kutub suci dan tidak suci! ---]


[--- Mengkonsumsi makanan vegetarian tentunya ada pahalanya tersendiri, namun bukan kunci mutlak untuk mencapai kebuddhaan.

Bila bervegetarian sendiri dapat membawa menuju kebuddhaan, maka kuda, sapi dan kambing sudah dari dulu mencapai pencerahan!

Namun para praktisi yang memakan daging harus menyucikan daging tersebut dengan ‘meniupkan’ dan menjapa Mantra Penyeberangan Manjushri.
Ini berarti mengaplikasikan metode Tantra untuk menyeberangkan roh-roh hewan tersebut, mengubah daging menjadi makanan yang terkuduskan.

Setelah menyalurkan pahala kepada roh-roh hewan yang dagingnya akan dikonsumsi, maka daging tersebut boleh dimakan.

Ini karena saat kamu telah mengulurkan belas kasihmu dan menyeberangkan roh tersebut, maka sudah tak ada lagi ikatan jodoh karma negatif antara kamu dengan roh si hewan tersebut. ---]


Baca juga: Persembahan Internal dan Eksternal


[--- Ini berarti mengaplikasikan metode Tantra untuk menyeberangkan roh-roh hewan tersebut, mengubah daging menjadi makanan yang terkuduskan. ---]

Hahaha! Ini adalah jawaban Guru. Si reverend tidak paham mengapa kita harus melakukan penyeberangan hewan dan lainnya ‘untuk menyucikan makanan, sebelum mempersembahkannya kepada para Buddha di dalam’.

Oleh karenanya si reverend sebaiknya tidak asal menjawab bahwa: [--- DL: Fo Pusa (Buddha & Bodhisattva) tentunya harus makan sebelum punya tenaga untuk bekerja (melakukan penyeberangan)! ---]

Aku sungguh berharap tak ada orang yang mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku lagi, bahkan bila si reverend yang bersangkutan kebetulan juga terlihat sedang makan di hadapanmu dan kemudian melakukan penyucian setelah Buddha & Bodhisattva-nya telah punya kekuatan untuk bekerja!

Hal ini juga membuat kita tahu bahwa orang ini bukan seorang yogi sejati dan sama sekali tidak mendengarkan Guru, atau mencari tahu pandangan Guru mengenai hal ini. Suatu saat bila seorang murid mengajukan pertanyaan kepada seorang reverend, kadang kala bisa jadi Guru sedang hendak memberitahu si reverend itu untuk belajar metode yang benar dan tidak menyampaikan informasi yang salah dan tanpa dasar kepada para umat.

Aku ingin menyampaikan bahwa para murid/umat terkadang ingin mencari kesalahan berhubung aku orang baru, sedangkan si reverend DL sudah menjadi reverend bertahun-tahun sebelum aku. Seperti para murid yang mengatakan bahwa aku tidak melakukan penjapaan sutra untuk orang meninggal seperti yang telah dilakukan oleh para reverend lain semenjak lama!

Hahaha! Aku pun hendak memberitahukan kepada mereka semua yang berpikir demikian, bahwa [Penjapaan sutra untuk orang meninggal ada versi standarnya tersendiri yang telah diajarkan oleh Vihara Vajragarbha Seattle dan Taiwan], dan upacara penjapaan yang dilakukan oleh para reverend yang telah melakukannya semenjak dulu itu adalah Versi Pribadi mereka sendiri. Lagipula banyak dari mereka TIDAK menghadiri pelatihan di salah satu vihara vajragarbha tersebut.

Seperti yang telah kusarankan berkali-kali, lihatlah baik-baik para reverend itu dan bandingkan mereka dengan Guru. Mengapa beberapa orang telah melakukan upacara penjapaan untuk mendiang tapi (roh yang bersangkutan) masih gentayangan?
Dalam bahasa Guru: “Murid-murid ini masih belum berhasil beryoga dengan-Ku.”

Saat kamu tak mampu mengundang kehadiran Guru, maka kegiatan yang kamu lakukan menjadi tak karuan, menyia-nyiakan sumber daya, dan dalam situasi tertentu, KAMU, bisa dianggap sebagai Penipu Berkedok Agama!

Di dalam Tantrayana, si praktisi dapat melatih diri dengan cepat untuk naik, namun dapat jatuh terjerumus dengan cepat pula. Ingat-ingatlah hal ini.

Guru bilang bahwa beliau gemar membaca. Tentunya kita semua juga perlu untuk selalu mencari jawaban bagi diri kita sendiri.

Salam semuanya. Jawaban menurut versi Guru adalah Sucikan Makanan Terlebih Dahulu!


Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef


Thursday, February 27, 2020

Makanan – Dikuduskan Terlebih Dahulu Ataukah Dipersembahkan Terlebih Dahulu?



Ditulis oleh Lotuschef – 20 November 2011
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Food – Purify First Or Offer First?


Baca juga:


Pada waktu makan di dalam penerbangan, LJ melihat DL melakukan persembahan mandala terlebih dahulu baru kemudian mengkuduskan (menyucikan) persembahan tersebut.

LJ bertanya kepada DL mengapa ia tidak menyucikan makanan tersebut terlebih dahulu sebelum mempersembahkannya.

DL: Fo Pusa (Buddha & Bodhisattva) tentunya harus makan sebelum punya tenaga untuk bekerja (melakukan penyeberangan)!

Hahaha!

Bagaimana pandangan Mahaguru Lu mengenai hal ini?

Dari 2 artikel di atas, mari kita lihat bagaimana kita bisa bantu LJ menemukan jawabannya.

Aku juga sudah membaca artikel-artikel lainnya yang Mahaguru tulis seputar topik ini.

Mari saling berbagi bila teman-teman pembaca ada bahan bacaan lain tentang topik ini.


Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School


Persembahan Dalam & Luar 内供养/ 外供养



Ditulis oleh Lotuschef – 22 Agustus 2011
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: 内供养/ 外供养 Internal & External Offering


Saat berada di HSR, Taichung, kami membeli beberapa bungkus nasi kotak dengan menu daging.

Setelah melakukan penyeberangan dan penyucian, kami melakukan persembahan maha mandala dan mulai makan.

E berbagi makanan dengan si V, istrinya.

Kuberitahu Si V untuk menjapa [Om Ah Hom] untuk menyucikan sebelum mempersembahkan/makan.
[Buddha/para dewata di dalam tubuh juga perlu memakan makanan yang ‘tersucikan’.]

J dan S bertanya kepadaku mengapa Si V masih harus melakukan persembahan lagi dengan kotak makanan yang sama yang telah dipersembahkan oleh Si E.

Teman-teman pembaca yang terkasih, apakah kalian membaca tulisan-tulisan di blog ini?

Apa yang Mahaguru katakan perihal persembahan? Baru-baru ini aku telah mempublikasikannya.

Melakukan persembahan, kemudian memakannya, dengan demikian orang yang bersangkutan sesungguhnya sedang memberikan persembahan kepada Buddha dan Para Dewata DI DALAM TUBUHNYA.

Saat kita melakukan Puja Api Homa, kita sedang melakukan SECARA LUARAN kepada para dewata, dan mereka yang tertulis di dalam naskah doa sebagai yang mempersembahkan akan menerima berkat atau pahala. Tentunya para peserta juga merupakan pihak penerima dari sesi persembahan ini.

Si V adalah satu-satunya yang mengangkat topik [内供养/ 外供养 Persembahan Dalam dan Luar].

Ia pun patuh melakukan penyucian dan kemudian mempersembahkan.

Haha!

Mahaguru katakan bahwa segala hal yang kita lakukan adalah PELATIHAN DIRI!
Sering-sering bacalah artikel Mahaguru karena mengandung kebijaksanaan agung dari seorang yang telah Tercerahkan.


Amituofo
Lotuschef
Pure Karma
True Buddha School


Wednesday, February 26, 2020

Lotuschef Bercakap-cakap – Makanan Tercemar



Ditulis oleh Lotuschef – 11 Juni 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef in Conversation – Tainted Food

Rouleau des Etres Affamés, Collection of Kyoto National Museum

Aku menuliskan Kebenaran mengenai Makanan yang Tercemar.

Di bulan Maret silam, aku makan bersama Si Y, seorang temanku, yang mampu berkomunikasi dengan para roh. Ia memberitahuku bahwa ia sering menolak memakan makanan yang ada di hadapannya karena ia bisa melihat roh-roh memakannya dan meninggalkan air liur dan kadang kala malah lendir pada makanan tersebut.

Sedangkan Si M, seorang perempuan kecil dengan roh saudara kandungnya berada di badannya, tidak bisa melihat hal tersebut. Namun, ia memberitahuku bahwa ia sering menolak makanan pesanannya padahal saat itu memesan dengan nafsu makan yang besar, dan saat makanan pesanan datang, ia seperti tidak ingin memakannya lagi.
Ia seperti mampu merasakan bahwa makanan tersebut tercemari oleh sekresi dari para roh?

Kembali lagi ke Bhiksu Besar kita yang dulu bilang kepadaku supaya tidak makan bersama para umat karena makanan yang mereka sentuh akan menjadi Makanan Tercemar!

Sedangkan para umat sendiri mengeluh bahwa ia ingin makan duluan dan menghentikan mereka sewaktu mereka hendak mengambil makanan yang dihidangkan. Ia bilang bahwa ia harus makan duluan atau harus dilayani duluan!

Merasa setinggi dan berkuasa seperti itu, ia lupa bahwa Guru mengajarkan “Om Ah Hom” mampu menyucikan apapun juga!

Atau jangan-jangan ia tak punya keyakinan dalam menarik cahaya dengan “Om Ah Hom” untuk menyucikan makanan?

Guru juga mengajarkan kita Mantra Penyeberangan Manjushri untuk menyucikan makanan dan juga mempersembahkan kepada para dewata dan berbagi dengan semua insan di 6 alam melalui transformasi menjadi segala macam hal yang hati mereka dambakan.

Poin yang hendak kusampaikan adalah apapun yang kita pelajari, kita juga harus menggunakannya, bukan? 😊

Bertanya:

Kiranya Si Bhiksu itu merasa sebegitunya bersih dan suci sampai-sampai menganggap orang lain sebagai mahluk rendahan yang akan mencemari makanannya saat tersentuh?

Kalau iya lantas mengapa ia menerima undangan orang-orang untuk makan gratis?

Saatnya kamu mengaplikasikan pengetahuan Buddha Dharma.

Apakah ia tahu apa yang seorang Buddha sungguh-sungguh lihat di dalam diri semua insan?

Sungguhkah ia tahu beberapa dasar Buddha Dharma dan mempraktikkannya?

Ah! Oh! 😊

Melatih Tantrayana, butuh Bodhicitta sebagai Kunci Akhir menuju Kebuddhaan.

Dan Bodhicitta berarti memprioritaskan orang lain, diri sendiri belakangan!

Sekarang kamu tahu mengapa aku bilang bahwa si bhiksu tersebut tak punya Bodhicitta?

Aku menganalisanya untuk berbagi denganmu cara menggunakan Jalan Utama Berunsur 8.

Si Bhiksu hanyalah salah satu contoh bagus untuk menjelaskan salah satu poin saja.

Menulis artikel ini tanpa prasangka!


Amituofo
Pure Karma
Lama Lotuschef
True Buddha School


Tuesday, February 25, 2020

Mempersembahkan Arak dan Daging Kepada Buddha 酒肉供佛



Karya tulis Mahaguru Lu Sheng Yan, Buku No.154 ‘Aura Kebijaksanaan’ 智慧的光環.
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh True Buddha Foundation Translation Team
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber: Offering Wine and Meat to the Buddha


Bab 32 – Mempersembahkan Arak Dan Daging Kepada Buddha


Sewaktu kepala Buddhisme Tibet dari Ordo Gelug, Yang Mulia Ganden Tripa, mengunjungi Vajragarba Seattle, beliau menghadiahkan sebuah jubah dharma kepadaku.

Di saat beliau berkunjung ternyata bertepatan dengan hari ulang tahun seorang Vajra Buddha yang dipujanya.

Yang Mulia kemudian meminta para bhiksu di Vihara Vajragarbha untuk membantunya membeli sebotol arak, daging sapi dan kambing dari supermarket.
Beliau hendak bersadhana dan memberikan persembahan kepada Vajra Buddha.

Kemudian, seorang bhiksu bertanya kepadaku secara privat, “Bolehkan kita mempersembahkan arak dan daging kepada para Buddha?”

Kujelaskan kepada si bhiksu bahwa dalam pandangan tradisi Sutra, minum arak dan makan makanan berdaging dianggap melanggar sila. Namun tidak begitu halnya di dalam ajaran Tantra.

Buddhisme Tantra menganggap bahwa semua Buddha adalah mahluk yang berdiam di dalam pikiran non-diskriminatif.

Oleh karenanya, di mata para buddha, arak dan daging tak terlihat sebagai arak dan daging.

Sebagai contoh, di mata manusia, arak adalah arak.
Di mata Asura, arak adalah pedang dan pisau.
Bagi setan kelaparan (preta), arak menjadi api yang membakar.
Mahluk neraka melihat arak bermanifestasi menjadi kolam darah.
Namun, bagi para buddha, arak adalah nektar berkualitas.

Aku katakan:
Terhadap praktisi yang suci, arak dan daging yang dikonsumsi akan menjadi suci.
Sehingga tindakan mengkonsumsi arak dan daging juga suci.
Sebaliknya, terhadap praktisi yang kotor, arak dan daging yang dikonsumsi akan menjadi kotor.
Demikianlah maka tindakan mengkonsumsi arak dan daging menjadi kotor.
Mohon renungkan baik-baik dan pahamilah kebenarannya!

Seorang praktisi dengan pencapaian nyata mampu mengubah arak menjadi nektar, dan daging menjadi makanan yang bersih.
Karena ia menyeberangkan roh dari hewan yang dijagal, maka tak ada bahaya tindakan jahat yang timbul di dalam mengkonsumsi arak dan daging.

Seorang praktisi yang tak punya stamina batin akan meminum arak hingga mabuk, dan makan daging karena rakus. Demikianlah ia melanggar sila utama Buddhisme Tantra, dan menciptakan karma berat bagi dirinya sendiri, yang akan menariknya ke Neraka Vajra saat ia meninggal dunia.

Di luaran, kedua skenario nampak mirip, namun mereka terpisahkan oleh kutub suci dan tidak suci!

Aku merasa sama saja dan tidak membeda-bedakan dalam mempersembahkan makanan vegetarian ataupun berdaging kepada para buddha.
Namun bila kamu ingin mengkonsumsi arak dan daging, kamu harus paham akan kapasitas stamina batinmu sendiri.
Bila terkorupsi oleh konsumsi daging dan arak, maka lebih baik menjalani sila dengan ketat dan menahan diri dari mengkonsumsi arak dan daging!


Amituofo
Lotuschef
Pure Karma Vihara
True Buddha School


Makan Makanan Berdaging atau Bervegetarian



Karya tulis Mahaguru Lu Sheng Yan, Buku No.154 ‘Aura Kebijaksanaan’ 智慧的光環.
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh True Buddha Foundation Translation Team
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber: Taking Meat or Vegetarian Meals




Bab 31 – Makan Makanan Berdaging atau Bervegetarian


Suatu saat seseorang bertanya kepada Dalai Lama, “Bagaimana pandangan Buddhisme Tantra perihal bervegetarian dan makan makanan berdaging?”

Dalai Lama menimpalinya, “Saya pribadi seorang vegetarian, tapi para lama tidak bervegetarian.”

Si penanya kemudian mengangkat isu berikut: “Bila seseorang bukan vegetarian, maka ia sedang melakukan pembunuhan. Bukankah hal itu sebuah pelanggaran dari Lima Sila?”
Jawaban yang diberikan oleh Dalai Lama juga ambigu, memberikan kesan bahwa menjadi non-vegetarian bukan berarti membunuh, dan bahwa tak ada hubungan antara membunuh dengan mengkonsumsi makanan vegetarian.

Bahkan Dalai Lama dengan malu-malu tertawa dan mengatakan, “Para lama tidak membunuh demi makanan, dan mereka pun juga bukan vegetarian.”

Saat aku sedang berada di Biara Drepung Loseling dan makan bersama dengan Sang Khenpo di sana, hanya daging saja yang disajikan.

Sejauh yang kuketahui, aturan yang diberlakukan kepada pemeluk agama Buddha Tiongkok ini diturunkan oleh Xiao Yan, Kaisar Tiongkok Wu dari Dinasti Liang, yang memerintahkan agar para bhiksu dan bhiksuni menjalani gaya hidup vegetarian.
Ini merupakan karakteristik Buddhisme Tiongkok, yang bertujuan untuk memelihara welas asih dan menghindari menciptakan karma negatif.

Mengkonsumsi makanan vegetarian tentunya ada pahalanya tersendiri, namun bukan kunci mutlak untuk mencapai kebuddhaan.

Bila bervegetarian sendiri dapat membawa menuju kebuddhaan, maka kuda, sapi dan kambing sudah dari dulu mencapai pencerahan!

Banyak pemula yang mempelajari agama Buddha tidak terbiasa dengan gaya hidup bervegetarian. Jadi mereka disarankan untuk mengkonsumsi ‘tiga daging bersih’
(di mana tidak melihat saat hewan sedang dibunuh, tidak mendengar saat si hewan menangis saat sedang dibunuh, dan diri sendiri tidak secara khusus melakukan pembunuhan untuk konsumsi pribadi).

Hal ini merupakan solusi kemudahan sebagai alternatif pengganti gaya hidup vegetarian.

Lantas apakah praktisi Satya Buddha harus menjalani gaya hidup vegetarian secara ketat?

Jawabanku adalah: “Terserah kamu.”

Namun para praktisi yang memakan daging harus menyucikan daging tersebut dengan ‘meniupkan’ dan menjapa Mantra Penyeberangan Manjushri.
Ini berarti mengaplikasikan metode Tantra untuk menyeberangkan roh-roh hewan tersebut, mengubah daging menjadi makanan yang terkuduskan.

Setelah menyalurkan pahala kepada roh-roh hewan yang dagingnya akan dikonsumsi, maka daging tersebut boleh dimakan.

Ini karena saat kamu telah mengulurkan belas kasihmu dan menyeberangkan roh tersebut, maka sudah tak ada lagi ikatan jodoh karma negatif antara kamu dengan roh si hewan tersebut.

Ada perbedaan dalam pandangan yang diimani oleh tradisi Sutra dan Tantra perihal makan makanan berdaging dan bervegetarian, namun mohon ingatlah ayat yang dibabarkan oleh Sang Buddha berikut ini:
“Seteguk air bersih
Mengandung 84000 ekor cacing
Bila kamu tidak menjapa mantra
Sama artinya dengan melakukan pembunuhan.”

Kebenaran subtil semacam ini harus dipahami secara hati-hati!


Amituofo
Lotuschef
Pure Karma Vihara
True Buddha School

Saturday, February 15, 2020

欲戴王冠,必承其重 Uneasy lies the head that wears a crown




Uneasy lies the head that wears a crown. A person who has great responsibilities, such as a king, is constantly worried and therefore doesn't sleep soundly. This saying is a line from the play King Henry the Fourth, Part Two, by William Shakespeare.

莎剧《亨利四世》:
Canst thou, O partial sleep, give thy repose
To the wet sea-boy in an hour so rude,
And in the calmest and most stillest night,
With all appliances and means to boot,
Deny it to a king? Then happy low, lie down!
Uneasy lies the head that wears a crown.

解释:如果想戴着这个帽子,就必须承受它的重量。

引申义:如果想要做某件事,就需要承受这件事所有的压力和责任等。
~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haha! 
In TBS, how many craved and still craving the "dharma crown"?

We have seen the downfall of the "topmost", the "successor", or the #2!
Follow his rise and fall?
Even a layman's crown comes with Great Responsibilities, what more the Dharma one!

Yes! 
Things should not be like this in context with a Dharma Crown, concur?
Dharma crowns are not to be crave for, or pursue with Sentient Mindsets!
They are a NATURAL "gift" when One attains Buddhahood!

The pursuit or chase for the Dharma Crown and associated Throne or Seat, will only be frivolous and in some cases lethal to the ones that chase or pursue such items.

Bear in mind the key points of the Diamond & Heart Sutras.
Formlessness!

With Metta

Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef