8-1-2012 Cultivation – Hindrances
8-1-2012 Pelatihan diri – Rintangan
Translated by Lotus Nino
Sumber:
Cerita ini kembali pada kurun waktu
Agustus dan September 2008.
Saya berlindung (bersarana) pada
tanggal 3 Agustus 2008 dan mulai membaca Sutra Maharaja Avalokiteshvara dengan
sungguh-sungguh! Hahaha!
Dan hal ini masuk akal karena saya
memahami artinya!
[Saat itu saya masih belum menemukan
manfaat baik dari penjapaan Mantra Guru, Mantra Penyeberangan Bardo, Mantra 100
aksara, …]
Sampai pada penjapaan yang ke-400+
[sekitar 3 minggu setelah bersarana kepada Satya Buddha], saya mendapatkan
penglihatan berupa bunga teratai berwarna seperti susu, mekar dan bersinar
terang di chakra hati saya.
Saya heran dan tidak tahu apa itu,
jadi saya membiarkannya dan terus melanjutkan dengan pembacaan sutra.
Para dewata dari sutra tersebut
terlihat seperti berdiri di atas teratai tersebut dan terus memancarkan sinar.
Saat saya menutup mata untuk tidur,
saya seperti dapat melihat beberapa bentuk “bunga api” yang bersinar terang dan
melesat kesana kemari.
Saya meminta tolong pada
Avalokiteshvara dan menjapa mantra-Nya.
Tapi “hal tersebut” malah “bertambah
parah”!
Saya jadi lebih berenergi dan siaga
daripada sebelumnya sampai sampai tidak bisa tidur.
Akhirnya saya memohon kepada Shizun
untuk membantu saya supaya bisa tidur!
Saya japa mantra Shizun dan
pelan-pelan dapat memasuki kondisi tidur.
Saya bisa merasakan bahwa saya bisa
“menggapai” Shizun saat saya memohon bantuan dari Buddha waktu saya sedang
bekerja sebagai sukarelawati di biara setempat. Beliau membantu membuka jalan
untuk saya! Dari sinilah asalnya saya bisa mempunyai Rasa Percaya dan Beriman
kepada Shizun.
Dalam 2 bulan saya bersarana, saya
telah menjapa sutra yang menakjubkan ini sebanyak 3000x.
Sekarang mengenai
Rintangan-rintangan yang saya ciptakan saat bersadhana.
Saya mencoba “menguji” seberapa
teguh diri saya saat membaca sutra dengan berbagai macam rintangan yang ada.
Saya duduk di depan layar TV saya
yang besar, lalu saya kencangkan speaker-nya hingga keras supaya pembacaan saya
tidak terdengar, dan kemudian saya pindahkan salurannya ke acara yang menggunakan
bahasa Mandarin dan setelah itu bahasa Inggris di mana saya bisa mengerti dan
memahami suara-suara yang keluar dari saluran itu.
Saat itu saya tidak membaca sutra
tersebut dengan cukup keras.
Namun pelan-pelan saya menemukan
diri saya “terlepas” dari siaran TV tersebut. Sebaliknya, visualisasi mengambil
alih dan memenuhi pikiran saya!
[Ini telah saya saya bagikan
baru-baru ini dalam blogspot ini.]
Saat saya mulai menyadari (memahami)
kondisi seperti itu, itulah yang disebut sebagai Samadhi – di mana semua hal di
sekitar kita tidak dapat mempengaruhi dan mengubah pikiran & tindakan kita.
Di sini saya percaya bahwa sedikit
rintangan yang diletakkan dalam pelatihan diri bisa menjadi sebuah dorongan.
Tapi kalau ada yang meniru para
pertapa yang membuat dirinya sendiri serba kekurangan sampai menjadi kelaparan
dan tidak bisa menjaga kekuatan hidupnya, atau mengkompromi dirinya dengan
membuat dirinya kelaparan, hal seperti inilah yang saya sungguh tidak anjurkan.
Keseimbangan!!!
Ia sebagai kata kuncinya di mana
rintangan dalam jumlah yang pas akan menjadi rangsangan untuk maju, namun saat
berlebihan malah tidak dianjurkan.
Selamat melatih diri!
Amituofo /
Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School
No comments:
Post a Comment