Monday, January 30, 2012

30-1-2012 [26-6-2011 Mengapa mengamalkan agama Buddha dan bersadhana?]


26-6-2011 Why Practice Buddhism and Do Cultivation?
26-6-2011 Mengapa mengamalkan agama Buddha dan bersadhana?

Diterjemahkan oleh: Lotus Nino


Petikan artikel dari buku Shizun No.154: Aura Kebijaksanaan, 智慧的光環.
Ditulis oleh: Buddha Hidup Sheng-yen Lu
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Tim Penerjemah True Buddha Foundation


BAB 33 – Mengapa mengamalkan agama Buddha dan bersadhana?

Setelah banyak menulis mengenai ‘Pikiran-pikiran Tathagata’, kini saya kembali lagi ke titik awal untuk menanggapi persoalan: Mengapa mempraktekkan agama Buddha dan melatih diri (bersadhana)?
Kenapa mengamalkan agama Buddha? Kenapa perlu bersadhana?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini bahkan mungkin tidak akan muncul dalam pikiran kebanyakan orang yang merasa bahwa tujuan hidup sebagai manusia hanyalah untuk bertahan hidup saja, dan saat ajal menjelang maka semuanya akan berakhir.
Orang-orang seperti ini tidak melihat alasan untuk terikat dengan praktek Buddhisme dan menderita.

Ada yang bertanya kepada saya, “Saat waktunya berpesta, maka saya berpesta. Kenapa meributkan belajar agama Buddha? Kenapa harus menaati sila?”
Yang lainnya menambahkan, “Saya tidak tertarik untuk menjadi seorang Buddha atau Bodhisattva. Jadi kenapa harus melatih diri?” Ada juga yang berkata, “Benda yang bernama agama ini sungguh isinya omong kosong semua! Sama sekali tidak masuk akal! Sebab dan akibat, surga dan neraka… Saya tidak percaya semuanya.”

Oleh karenanya, saat menjelaskan ajaran-ajaran kepada orang-orang seperti ini, kita harus lebih melatih kesabaran. Anggap saja kita menjelaskan beberapa literatur pengenalan agama Buddha sebagai hadiah.

Saya ingin membagikan pemahaman dan realisasi saya kepada mereka.
Menurut saya, kehidupan manusia ibarat sebuah siklus penderitaan yang melibatkan kelahiran, usia tua, sakit dan kematian.
Oleh sebab itu, penderitaan, kekosongan dan ketidakkekalan akan selalu menyertai.
Saat saya melihat arti sejati dari kehidupan, saya menyadari bahwa kenikmatan hanya bersifat sementara saja karena hidup ini pendek.
Dan hidup ini bersifat ilusi, seperti mimpi saja.
Jadi alangkah bijaksananya bila bisa lebih dalam lagi menembus pandangan Anda saat ini mengenai kehidupan dan menjawab semua pertanyaan mengenai kehidupan dan kematian.

Cobalah pikirkan mengenai ketidakkekalan dalam berbagai peristiwa dalam kehidupan ini, dan betapa rentannya hidup ini.
Renungkanlah mengenai arti sejati dari keberadaan kita, dan kenapa hati kita selalu kosong.
Pikirkan bagaimana seseorang bisa mendapatkan semua harta dan berbagai pencapaian duniawi, hanya untuk kehilangan mereka semua saat kematian tiba.
Kenikmatan macam apa yang bisa dihasilkan oleh harta semacam ini?

Maka, dengan kesadaran semacam ini akan timbul kewaspadaan!
Saya sepenuhnya sadar bahwa hal yang paling berharga dalam masa hidup yang pendek di dunia ini adalah melatih diri (bersadhana) dengan tekun, mencapai Pembebasan Sejati, Realisasi Diri, dan Kebebasan Spiritual.
Selain itu hanyalah sampah yang merupakan hasil dari pikiran-pikiran yang bergerak terus.


Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School

No comments:

Post a Comment