Original Script: GM, Living Buddha Lian Sheng
English Translation: Lama Lotuschef
Bahasa Translation: Lotus Junhao
Hinayana & Mahayana [2]
1997-10-29
1997-10-29
Kita sedang membahas tentang aliran Hinayana dan
Mahayana.
Pada sesi sebelumnya kita menyatakan bahwa kedua
aliran / yana tergantung pada Jodoh. Semasa hidup Buddha, dia membabarkan
Hinayana. Buddhisme kuno berasal dari Hinayana kemudian Mahayana dan akhirnya
Tantrayana.
Empat Kebenaran
Mulia adalah inti dari Hinayana. Melatih [Tiada Aku] [Tiada Dia/Mereka]
melenyapkan Penderitaan dengan sempurna, mencapai Arahat [Buah Keberhasilan],
tidak ada lagi reinkarnasi ke dalam 6 alam sengsara. Melatih diri dengan cara
ini, patut kita hargai, bukan karena tiada manfaat dari pencapaiannya, tetapi
hanya karena dia adalah Yang Hanya Mencerahi Diri Sendiri.
Aliran Mahayana adalah aliran yang membuat tekad
Bodhicitta, membuat tekad besar, seperti Bodhisattva Ksitigarbha “Jika neraka
tidak kosong, tidak akan menjadi Buddha”. Karena itu, Beliau tetap seorang
Bodhisattva. Oleh karenanya, bila Beliau mengganti nama-Nya menjadi Buddha
Ksitigarbha maka itu menjadi tidak benar. Beliau akan berkata "Wah itu
tidak tepat! Saya masih di sini sebagai seorang Bodhisattva! Mengapa memanggil
saya sebagai Buddha Ksitigarbha?" Selama Anda masih di sana dan hidup
sebagai seorang insan, maka Beliau akan tetap menjadi seorang Bodhisattva.
Kecuali anda menjadi Buddha, maka Beliau akan bergelar Buddha. Bahkan jika anda
menjadi Buddha sekalipun, Beliau tetap masih saja Bodhisattva [karena para
insan lain masih belum tercerahkan].
Inilah Tekad Bodhicitta, inti dari Mahayana,
tujuan utamanya untuk menyelamatkan para insan. Berdasarkan pencerahan diri
sendiri, untuk mencerahi semua insan menjadi Buddha, Bodhisattva [mencerahi
insan yang memiliki jodoh]
Seperti Guru, diriku sendiri, juga telah membuat Tekad
Mahayana untuk menyelamatkan para insan dalam setiap kehidupan. Mereka yang di
aliran Hinayana tidak menyukai Reinkarnasi, tidak menyukai Kelahiran Kembali.
Keduanya terlalu menyakitkan dan diliputi banyak penderitaan. Berada bersama
para insan, maka akan turut Tercemar.
Sebagai contoh, saya memberikan konsultasi pada
setiap Sabtu. Vajra Acarya Lian Ning datang dan berkata “Yang berikutnya sangat
bau, sungguh, sangat sulit untuk menghadapi baunya.” Menyuruhku untuk
bersiap-siap. Ketika orang ini masuk, saya menahan nafas. Tidak terlalu
menolong, saya bernafas. Wow! Kedua bola mataku menjadi putih. Bau apa ini
sebenarnya? Seluruh ruangan dipenuhi bau menyengat ini. Tercemar oleh Para
insan seperti ini.
Karenanya ketika anda mengatakan menyelamatkan
para insan, apakah anda sungguh-sungguh menyelamatkan mereka atau mereka yang
menyelamatkan anda?
[Menekuni] Mahayana harus mulai belajar dari Hinayana, ketika memperoleh
hasil, benar-benar memiliki fondasi, anda membuat Tekad Bodhicitta. Namun,
sebelum anda memperoleh hasil, anda juga dapat membuat Tekad Bodhicitta seagung
yang anda inginkan dan pencapaian/hasil anda bergantung pada tekad &
praktek Bodhicitta.
Karena itu tidak dapat mengkritik Hinayana “anda haruslah
memperoleh hasil dari Hinayana, baru pada saat itu membuat Tekad Bodhicitta”,
namun [langsung] menekuni Mahayana juga dapat membuat Tekad Bodhicitta.
Meskipun demikian,
anda harus ingat, bahwa para insan itu tercemar dan tidak dapat diselamatkan semuanya
karena jumlah mereka tidak ada habis-habisnya.
Jadi orang
mengatakan [Ksitigarbha ingin Neraka pada akhirnya kosong pada satu hari baik].
Hari yang mana?
Jawaban yang pasti yakni ketika memeras pasir
bisa menghasilkan minyak maka pada saat itu semua insan akan terselamatkan.
Mengumpulkan pasir dari pantai dan terus memeras, memeras, memeras, memeras,
dapatkah menghasilkan tetesan minyak?
Para insan tidaklah dapat dikira [jumlahnya]! Neraka kosong? Akan kosong pada suatu hari ketika memeras pasir dapat menghasilkan minyak, ya, Neraka akan kosong. [suatu hal yang mustahil]
Karena itu bagi
mereka yang membuat Tekad Bodhicitta, tidak mempermasalahkan masa depan, mereka
menyukai Reinkarnasi, Kelahiran Kembali, dalam setiap kehidupan bersumpah untuk
menyelamatkan para insan, bersumpah untuk datang kembali lagi bersama mereka,
dengan rela menerima penderitaan, sesungguhnya penderitaan adalah kebahagiaan
[bagi mereka].
Aksara Mandarin paling baik mengungkapkan hal
ini. Istilah Kebahagiaan dalam Mandarin yakni 痛快 - tòng kuài terdiri dari kata “Sakit” - 痛 dan kata
“Cepat” - 快 dari kata “Cepat Bahagia” - 快乐-- di mana setelah menderita Rasa Sakit maka
kemudian datanglah Kebahagiaan dengan Cepat.
Karena itu intisari Bodhisattva dalam Mahayana
ada pada hal ini, semua hal dilakukan dengan sukarela. Menghadapi penderitaan
juga sukarela, reinkarnasi dan kelahiran kembali juga sukarela, inilah
Bodhicitta Agung.
Menyelamatkan para
insan dalam banyak kehidupan, mengetahui bahwa para insan sangat sulit untuk
diselamatkan, akan tetapi dia tetap saja hendak melakukannya, sulit dilakukan
tetapi tetap dilakukan, inilah seorang Bodhisattva.
Maka dari itu, kedua yana / aliran memiliki
jodohnya masing-masing. Juga tidak dapat menyalahkan Hinayana yang mengatakan
Mahayana tidaklah bagus. Karena begitu Mahayana membuat Tekad / Cita-Cita,
tekadnya dan Bodhicitta nya adalah Agung. Pemikiran utama Hinayana adalah Tiada
Aku dan Tiada Dia, merealisasikan pencapaian Arahat yang suci dan murni, Arahat
yang suci dan murni, ini juga merupakan hal yang Agung. Semuanya adalah Agung.
Semuanya bergantung pada Jodoh. Shizun hanya perlu sekali melihat para insan
dan langsung bisa tahu apakah orang tersebut mempunyai jodoh dengan para insan
atau tidak. Bila memang berjodoh, maka dia akan melatih Mahayana dan itu
sangatlah bagus. Dia akan menyelamatkan para insan dan melatih 6 Latihan
Penyempurnaan Diri (Sad Paramita)
Orang ini punya sifat suka menyendiri, jadi
belum tentu dia punya kekuatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Oleh
karenanya dia hanya dapat melatih Hinayana. Melatih Tiada Aku dan melenyapkan
penderitaan sendiri. Kemudian melatih Tiada Dia, sehingga memasuki kekosongan.
Ketika anda meminta dia untuk menyelamatkan para insan, dipukul sampai
meninggal pun dia tidak akan muncul. Secara gamblang berbicara, anda tendang
bokongnya sampai bahkan buang angin juga tetap sulit baginya [untuk turun
menolong para insan].
Karena itu, semua ini
tergantung pada Jodoh, semua insan memiliki sifat bawaan mereka masing-masing. Terkadang, mereka ada untuk dirinya sendiri,
terkadang mereka ada untuk menyelamatkan para insan.
Maka dari itu, ajaran Dharma yang saya babarkan
untuk kedua yana / aliran adalah berbeda, tidak bisa dibandingkan satu sama
lain dan saling bergantung satu sama lainnya. Meskipun membabarkan Dharma,
Dhama yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, namun baik itu Hinayana atau
Mahayana harus bergantung pada jodoh pribadi masing-masing individu.
Sebagai contoh misalnya Shizun, menyelamatkan para
insan di setiap kehidupan, tidak takut akan penderitaan dan kesukaran.
Begitu berhadapan dengan penderitaan dan
kesukaran, bahkan menjadi semakin berani dan rajin. Menganggap “Penderitaan”
sebagai “Kebahagiaan”, seperti meminum teh pahit, aiyaa! Sangat pahit. Tetapi
tetap saja diminum, pada akhirnya akan merasa baik setelah diminum! Inilah
Bodhicitta!
Om mani pad me hom.
Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School
No comments:
Post a Comment