by on OCTOBER 11, 2012
Ditulis oleh Lotuschef – 11 Oktober 2012
Artikel diambil dari buku karya Guru: Keberhasilan Pencapaian Tubuh Pelangi, Buku I, halaman 39-43
Diringkas dan diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Lotuschef
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef in Contemplation – 坐忘 Sit & Forget
Duduk dan melupakan – berarti Samadhi.
Artikel diambil dari buku karya Guru: Keberhasilan Pencapaian Tubuh Pelangi, Buku I, halaman 39-43
Diringkas dan diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Lotuschef
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef in Contemplation – 坐忘 Sit & Forget
Duduk dan melupakan – berarti Samadhi.
Pikiran masa lampau tak dapat dipegang; pikiran saat ini juga tak dapat dipegang, pikiran masa mendatang juga tak dapat dipegang pula; lalu di sini apa yang bisa kamu pegang?
Sebenarnya inilah Samadhi, saat kamu tak memikirkan masa lalu, saat ini dan masa mendatang; tak memikirkan yang Baik ataupun yang Buruk.
Karena saat kamu memikirkan kebaikan, kamu akan menjadi gembira, dan dengan hati yang gembira ini kamu tak bisa memasuki Samadhi.
Saat kamu memikirkan yang buruk/jahat, maka penyesalan juga bertambah, sama pula tak bisa memasuki Samadhi.
Namun ketika kamu tak memikirkan masa lalu, saat ini, maupun masa mendatang, maka pikiran apa yang bisa dipegang atau didapatkan? Kamu mendapatkan pikiran/hati Semesta yang agung. Kamu sepenuhnya melebur (menyatu) dengan Alam Semesta, hati yang agung.
Karena saat kamu memikirkan kebaikan, kamu akan menjadi gembira, dan dengan hati yang gembira ini kamu tak bisa memasuki Samadhi.
Saat kamu memikirkan yang buruk/jahat, maka penyesalan juga bertambah, sama pula tak bisa memasuki Samadhi.
Namun ketika kamu tak memikirkan masa lalu, saat ini, maupun masa mendatang, maka pikiran apa yang bisa dipegang atau didapatkan? Kamu mendapatkan pikiran/hati Semesta yang agung. Kamu sepenuhnya melebur (menyatu) dengan Alam Semesta, hati yang agung.
Kamu tak bisa mengatakan pada dirimu sendiri: Aku sedang bermeditasi sekarang. Pikiran ini akan menghambatmu memasuki samadhi dan melebur dengan alam semesta.
Saat menjadi satu dengan Hati Semesta, kondisi seperti ini dinamakan sebagai “tidak melakukan tindakan namun melakukan”, yang artinya adalah Memutar Roda Dharma (Dharmachakra).
Alam Semesta ini: tanpa keterpakuan, ia bertindak ataupun tak bertindak dengan alamiah. Alam Semesta tak memerintahkan matahari untuk berotasi ataupun bersinar, sama halnya terhadap bulan, kemudian juga tak memerintahkan dua kutub untuk memancarkan kekuatan magnet; semuanya berjalan sendiri secara alamiah.
Saat kamu memahami bagaimana alam ini bekerja sebagaimana mestinya, materi sebagaimana mestinya (ia berfungsi), maka kamu memenuhi syarat untuk mendapatkan Hati Alam Semesta yang agung, bisa dikatakan telah mendekati “Jalan”, atau Pencerahan.
Saat semua materi berjalan mengikuti proses alam, semua roda dharma di dalam dirimu akan mulai berputar, namun kamu tak menyadari perputaran mereka. Di saat inilah kamu mendapatkan semua kemampuan transendental (spiritual), tapi kamu juga pasti tak akan berkata: aku mengeluarkan atau menjalankan kekuatan transendental – karena semuanya menyatu secara alamiah.
Oleh karenanya, Meditasi kalau bisa sampai pada tingkat terdalam, di sana kamu tak akan menyadarinya. Kamu akan selalu berada dalam kondisi Samadhi meski kamu menjalankan aktivitas harianmu seperti bepergian, duduk, tidur, makan, dan sebagainya.
Begitu kamu muncul sebuah pikiran yang melekat di dalam hatimu, maka kamu tak akan bisa memasuki Samadhi.
Di sini kamu harus melatih “hati yang tak terpengaruh oleh kekacauan”, barulah kemudian bisa mencapai kebuddhaan.
Kamu bisa menggunakan visualisasi, menghitung nafas dan berbagai macam metode lainnya untuk mencapai kondisi peleburan dan lepas dari kesadaran.
Di dalam Tantrayana, kita juga melakukan hal yang sama dengan cabang-cabang agama Buddha lainnya. Kita memulai dari menggunakan Bentuk, Visualisasi; hingga akhirnya sampai ‘tak terpengaruh’ oleh apapun dan memasuki kondisi Samadhi.
—
Amituofo!
Teman-teman pembaca sekalian, aku berbagi artikel tulisan Guru di atas, serta berharap agar teman-teman semua sungguh-sungguh melatih diri, mencapai ketenangan dan bisa berdamai dengan semua insan dan lingkungan sekitar. Dari sana pengetahuan akan Sifat Alam yang telah ada sejak awal (sifat kebuddhaan) akan terbuka dengan sendirinya di dalam diri kita semua.
Sungguh pentingkah untuk MENANG dan membuat orang lain kalah?
Dan sebegitu pentingnyakah hingga harus memimpin bala tentara besar yang berisi orang-orang bodoh untuk memenangkan peperanganmu?
Coba pikirkan dari sisi karma bagi diri sendiri, dan juga mereka yang kamu setir untuk melakukan “pekerjaan kotor”-mu!
Katakanlah kamu MENANG, lalu setelah itu apa?
Apakah sebegitu berartinya hingga kamu rela menjual jiwamu kepada Mara demi kemenangan seperti itu?
Jangan gunakan kepopuleran, reputasi, itikad baik orang lain untuk menjalankan peperanganmu dan membalas dendam lama kepada mereka yang kamu anggap bersalah!
Teman-teman semua, jauhilah segala macam konflik.
Di sini dengan rendah hati turut menyarankan supaya kita semua menjapa mantra Guru sebanyak-banyaknya untuk dilimpahkan pahalanya kepada semua insan, semoga mereka diberkati dan meninggalkan semua kejahatan dan penderitaan, semoga mereka dipenuhi dengan cahaya nan cemerlang dan keberuntungan, semoga mereka menerima dan memahami Dharma yang mampu menyelamatkan diri dan juga para insan lainnya.
Om Bulin. Om Bulin. Om Bu Lin.
Om Mani Padme Hom!
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef
Om Mani Padme Hom!
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef
No comments:
Post a Comment