Tuesday, May 29, 2012

Samsara Sama Dengan Nirwana

Ditulis oleh Lotuschef – 7 Mei 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Samsara Equals Nirvana

 

Ekstrak di bawah ini diambil dari buku “Advice from the Lotus Born” (Saran-saran dari Ia yang Terlahir dari Teratai), dipublikasikan oleh Ranjung Yeshe Publication.

 

[caption id="attachment_6855" align="aligncenter" width="299" caption="Advice from the Lotus Born"][/caption]

[Sungguh susah untuk merealisasikan sifat sejati Ati Yoga dari Kesempurnaan Tertinggi (Dzogchen/Mahasandhi), maka dari itu latihlah!

Sifat sejatinya adalah kondisi Pikiran yang tersadarkan. Meski kamu tetap tinggal dalam tubuh manusia, pikiranmu sudah mencapai tingkat Kebuddhaan.

Betapapun mendalamnya, luasnya, atau cakupannya yang tiada batas dari ajaran-ajaran Kesempurnaan Tertinggi, mereka semua tercakup di dalam hal berikut:

Jangan bermeditasi atau Memalsukan bahkan untuk hal yang sekecil Atom, dan jangan sampai perhatianmu terganggu/teralihkan sedikitpun.

Bahayanya yang terletak pada orang-orang yang gagal memahami ajaran ini lalu menggunakan alasan basi seperti ini: “Jadi tak ada masalah bila tidak bermeditasi!”

Pikiran-pikiran mereka terus terbelenggu oleh berbagai kesibukan duniawi. Saat ada yang merealisasikan sifat sejati dari ‘tanpa meditasi’, mereka seharusnya juga telah mencapai tingkat di mana Samsara dan Nirwana adalah setara.

Saat realisasi telah muncul, kamu pasti akan terbebas dari Samsara, sehingga berbagai emosimu yang mengganggu1 akan mereda dengan sendirinya dan berubah menjadi kesadaran asal2.

Apa gunanya sebuah Realisasi bila gagal mengurangi emosi-emosimu yang mengganggu?

Tapi, beberapa orang malah memanjakan diri di dalam 5 racun dan menghindari meditasi. Mereka-mereka ini belum merealisasikan Sifat Sejati dan pasti akan terjatuh ke dalam Neraka.]

 


    1. Emosi yang mengganggu (Bhs. Tibet: nyon mongs pa)
      Adalah lima racun yang terdiri dari nafsu, marah, delusi (berkhayal), sombong, dan iri; mereka semua ini melelahkan, mengganggu, dan menyiksa pikiran insan. Keberadaan emosi-emosi ini yang tak pernah hilang adalah salah satu dari penyebab keberadaan samsara.



 

  1. Kesadaran asal (Bhs. Tibet: ye shes).
    Biasanya diterjemahkan sebagai kebijaksanaan.’ Kesadaran dasar yang bebas dari konstruksi/konsep-konsep intelektual.


 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

 

Wah tulisan yang pendek ya?

Hahaha! Tapi sungguh penuh dengan Harta Dharma.

Kami sedang membahas mengenai Meditasi setelah sesi puja api homa beberapa waktu lalu.

Kalau diingat, Guru juga selalu menekankan pentingnya Meditasi.

 

Mengenai Meditasi, ada pernyataan berikut:

“Lihat Buddha, Bunuh Buddha!” [见佛杀佛!]

Apapun yang Anda lihat di dalam meditasi, biarkan mereka lewat. Jangan sampai perhatian Anda teralihkan dan mengikuti pikiran/bentuk-bentuk palsu tersebut hingga Anda disesatkan olehnya.

Sadhana yang disusun oleh Guru sungguh bagus sekali dan dibuat sedemikian rupa sehingga pikiran kita terarah setahap demi setahap ke dalam kondisi meditatif lewat berkonsentrasi pada Satu Pikiran/Visualisasi, baru kemudian disambung ke tahap selanjutnya.

Ini gunanya supaya si sadhaka bisa tetap menjaga fokusnya ke dalam Satu Pikiran/Pandangan dari awal hingga akhir.

Saat kita berkonsentrasi pada Satu, maka kita juga secara tak sadar “melepas” fungsi-fungsi tubuh kita seperti pernafasan, rasa tak nyaman dari duduk diam dalam waktu lama, dan kemudian secara bertahap kita akan merasa bahwa tubuh kita juga menghilang!

 

Saya sarankan teman-teman murid untuk mengenakan jubah seremonial pada saat melakukan sadhana, ini tujuannya supaya mereka belajar mengatasi rasa tak nyaman karena panas; belitan-belitan jubah saat sedang melakukan sesuatu hal, rasa aneh (tidak cocok) karena mengenakan jubah ........

Dan saya percaya bahwa sadhaka harus bisa mengatasi berbagai macam rintangan dalam pelatihan dirinya, dan itu berjalan selamanya dengan bantuan dari pengetahuan Dharma yang telah didapatkannya.

 

‘Pikiran’ (Hati) adalah awal dan akhir dari semua pelatihan dalam Yoga Tantra, dan halangan adalah faktor-faktor lingkungan yang bisa mengalihkan pikiran si sadhaka, bahkan dalam beberapa hal, si sadhaka sampai merealisasikan Pikirannya ke dalam Tindakan.

Samsara & Nirwana, menurut Guru Akar kita, adalah sama.

Beliau juga mengatakan bahwa Buddha & Mara juga sama. [佛魔一如]

 

Ada seorang murid yang lahir pada Hari Raya Waisak dan ia berlindung (bersarana) pada Hari Raya Waisak kemarin. Kita juga turut merayakan ulang tahunnya di hari raya tersebut.

Terlahir pada Hari Raya Waisak atau untuk kasus yang mirip – pada hari yang dianggap Penuh Keberuntungan, adalah suatu Kemelekatan!

Hahaha! Kalau ada orang yang berpikir bahwa dia lebih istimewa dan lebih unggul di banding orang-orang lain, maka orang itu sedang melakukan kesalahan.

Kapanpun Anda dilahirkan, kalau Anda tidak melatih diri dengan tekun dan benar seperti yang diajarkan oleh Sang Guru Akar, maka Anda akan menjadi Mara, bukannya Buddha.

Guru Akar kita terlahir pada tanggal 18 bulan 5 pada penanggalan bulan, dan Beliau melatih diri hingga merealisasikan Kebuddhaan. Kita, di dalam Satya Buddha, merayakan hari tersebut sebagai hari spesial yang penuh keberuntungan. Begitu juga untuk hari Guru ditahbiskan, pada tanggal 10 bulan 2 pada penanggalan bulan.

 

Seperti yang Buddha pernah katakan: Semua insan bisa menjadi Buddha!

Tiap insan punya pontensi menjadi seorang Buddha, tanpa menghiraukan pada hari apa ia terlahir.

Oleh karenanya, semua insan adalah setara dan punya potensi yang sama dalam melatih diri untuk merealisasikan Kebuddhaan.

Dan seperti yang dikatakan oleh Patriak Zen ke-6, Hui Neng: Semua Pikiran itu Buruk adanya!

:)

Begitu Anda merasa Unggul dan bertindak sedemikian rupa untuk menunjukkan bahwa Anda Maha Kuasa dan bisa memerintah orang-orang lain, maka Anda Benar-Benar Bermasalah!

 

Amituofo
Pure Karma
Lama Lotuschef
True Buddha School

1 comment:

  1. [...] by lotuschef on May 7, 2012 Terjemahan Indonesia: Samsara Sama Dengan Nirwana [...]

    ReplyDelete