Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Five Eyes - Physical Eye
Lima macam mata (Bhs. Sansekerta: pañca-cakṣu, Bhs. Mandarin: 五眼) adalah sebagai berikut:
(1) Mata Fisik – para insan terlahir dengan mata ini;
(2) Mata Dewa – mata yang dapat melihat apapun di mana saja;
(3) Mata Kebijaksanaan – mata yang dapat melihat sifat kekosongan segala macam dharma;
(4) Mata Dharma – mata yang dapat membedakan berbagai macam dharma;
(5) Mata Buddha yang Maha Mengetahui, meliputi empat mata di atas pada tingkatnya yang tertinggi.
LIMA MACAM MATA
Ceramah yang diberikan di Temple of Englightenment, Bronx, New York
25 Mei 1969, dalam rangka merayakan ulang tahun Buddha Shakyamuni
Dari pranala: The Five Eyes
Teman-teman yang terkasih:
Apa saja lima macam mata itu?
Agama Buddha mengkategorikan mata menjadi lima macam, yaitu: Mata Fisik, Mata Dewa/Langit, Mata Kebijaksanaan, Mata Dharma, dan Mata Buddha.
Perlu diingat bahwa istilah ‘mata’ yang digunakan di sini tidak mengacu pada mata manusia secara umum. Mata manusia hanyalah semacam mata fisik saja. Namun pada kenyataannya, mata manusia bukanlah contoh yang terbaik untuk kategori ini. Mata burung elang bisa melihat lebih jauh daripada mata seorang manusia. Burung hantu punya mata yang jauh lebih sensitif terhadap sinar daripada mata kita, matanya juga dapat melihat di dalam kegelapan di mana mata kita tidak bisa.
Mata Fisik
Untuk menggambarkan keterbatasan mata manusia, saya akan gunakan sebuah bagan yang telah disiapkan oleh para ilmuwan. Ini dinamakan spektrum elektromagnetik (lihat Bagan I). Bagan ini menjelaskan bahwa mata kita dengan telanjang hanya dapat melihat sepotong kecil dari alam semesta ini, yang dinamakan sebagai sinar yang terlihat. Kita tidak bisa melihat panjang gelombang infra merah dan selebihnya, atau gelombang ultraviolet dan selebihnya. Ini artinya bahwa sebelum manusia menemukan instrumen untuk membantu mata telanjangnya mendeteksi alam semesta di luar jangkauan yang mampu dilihatnya; dunia yang dilihatnya dan dianggapnya lengkap, benar, dan nyata malah sebenarnya tidak lengkap dan hanya merupakan sebagian yang sangat kecil dari keseluruhan alam semesta. Jadi sungguh menakjubkan saat kita menyadari bahwa lebih dari 2500 tahun yang lalu Sang Buddha juga menarik kesimpulan yang sama tanpa bantuan dari berbagai instrumen yang kita miliki sekarang ini.
[caption id="attachment_6144" align="aligncenter" width="529" caption="Bagan I: Lihat pada bagian warna pelangi sebagai tanda yang membatasi panjang gelombang yang hanya dapat dilihat oleh mata fisik manusia."][/caption]
Contoh berikut ini dapat dengan lebih jelas menggambarkan rendahnya kemampuan mata manusia, dan bagaimana mata tersebut dibandingkan terhadap Mata Dewa:
Bayangkan ada sebuah rumah yang semua bagiannya tertutup dan gelap di tengah sebuah kota besar. Di rumah tersebut ada sebuah jendela yang sangat kecil di mana kita hanya dapat melihat bangunan-bangunan besar yang penuh sesak, sedikit gambaran langit yang biru di atas, dan aktivitas manusia yang cukup terbatas. Lalu anggaplah seorang anak terlahir dan tumbuh di dalam rumah ini. Kira-kira apa kesan-kesannya mengenai dunia yang didiaminya? Pastilah hanya berdasarkan apa yang dia lihat dari lubang kecil (jendela) tadi. Bagaimanapun orang berusaha menjelaskan mengenai indahnya dan megahnya pemandangan laut, dan matahari terbit dan tenggelam yang terlihat menakjubkan, dia akan susah memahami dan menghayatinya.
Ini sama persis dengan mata manusia yang membatasi kita. Kita ini sebenarnya tinggal di rumah yang gelap, dan sedang melihat alam semesta lewat lubang yang sangat kecil – yaitu mata fisik kita. Tapi kita bersikeras kalau kita telah melihat dunia yang lengkap, nyata dan benar-benar ada.
Kini bayangkan ada sebuah rumah lain di ujung gunung. Rumah tersebut punya jendela yang sangat besar pada sebuah dindingnya di mana kita dapat melihat angkasa dan horison (cakrawala) yang tak terbatas. Supaya lebih romantis kita tambahkan lagi dengan menggambarkan bahwa di tamannya tumbuh berbagai macam bunga dan anak-anak perempuan sedang menari mengitari rumah tersebut. Seperti tadi lagi, seorang anak terlahir dan tumbuh di dalam rumah ini. Pastilah kalau dunia yang dilihatnya jauh lebih besar dan lebih cantik daripada contoh pertama di atas yang melihat lewat lubang kecil yang menghadap kota yang penuh sesak! Menurut analogi ini, anak yang kedua (di rumah di atas gunung) mempunyai Mata Dewa dan yang pertama hanya punya Mata Fisik.
[Bersambung]
Amituofo
Pure Karma
Lama Lotuschef
True Buddha School
[...] by lotuschef on May 2, 2012 Terjemahan Indonesia: Lima Macam Mata – Mata Fisik [...]
ReplyDelete