Saturday, May 26, 2012

Lima Macam Mata – [5] Mata Buddha

Ditulis dan disadur oleh Lotuschef – 2 Mei 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino

Dari pranala: The Five Eyes


Mata Buddha


Kini kita sampai pada Mata Buddha.

Sejauh ini saya telah berusaha untuk menjelaskan kepada Anda sekalian mengenai empat macam mata, tapi saya tidak bisa menjelaskan sepenuhnya mengenai Mata Buddha karena apapun yang saya katakan pasti akan melewatkan inti yang ingin disampaikan.

Tapi saya juga tahu dengan sangat baik untuk tidak hanya berhenti di sini saja, lalu tidak mengatakan apa-apa, dan kemudian mengangkat sekuntum bunga emas seperti yang dilakukan oleh Buddha. Selain saya tidak punya pancaran untuk menyampaikan pemahaman lewat keheningan semacam itu, tapi Anda sendiri juga tidak akan terpuaskan. Saya paham berhubung kita semua menggunakan Mata Fisik, Telinga Fisik dan Pikiran Fisik, maka saya setidaknya harus menjelaskan beberapa hal.

Kalau Anda sekalian perhatikan mengenai pembahasan empat macam mata tadi, selalu ada sebuah subyek dan sebuah obyek. Contohnya, dengan Mata Fisik, kita punya seorang manusia sebagai subyek dan fenomena duniawi sebagai obyek. Dengan Mata Dewa, kita punya mahluk surgawi sebagai subyek dan alam-alam yang sangat luas sebagai obyek. Dengan Mata Kebijaksanaan, kita punya Arahat sebagai subyek dan kekosongan sebagai obyek. Saat mengacu pada Mata Dharma, maka Bodhisattva adalah subyeknya dan berbagai macam alam di dalam alam semesta ini sebagai obyeknya. Namun saat kita berbicara mengenai Mata Buddha, akan menjadi kurang tepat bila mengatakan bahwa Buddha merupakan subyek dan alam semesta sebagai obyeknya, berhubung sudah tidak ada perbedaan lagi antara buddha dengan alam semesta. Buddha adalah alam semesta, dan begitu juga sebaliknya, alam semesta adalah buddha. Ini sama salahnya saat mengatakan bahwa buddha memiliki Mata Buddha karena sekali lagi tidak ada perbedaan antara Buddha dengan Mata Buddha. Mata Buddha adalah Buddha dan Buddha adalah Mata Buddha. Singkatnya, berbagai macam dualitas yang Anda bisa ciptakan pasti tidak relevan dengan Mata Buddha.

Poin kedua yang ingin saya jelaskan mengenai Mata Buddha ada hubungannya dengan sifat sejati dari ketidakterbatasan yang tak terbatas. Apa maksudnya? Meski kita mengatakan bahwa konsep manusia mengenai kosmos (alam semesta) adalah sebuah ketidakterbatasan, konsep seperti ini adalah bagaikan sebuah gelembung di dalam lautan yang luas saat dibandingkan dengan pengalaman Buddha akan alam semesta. Bukankah menakjubkan? Tentu saja! Kini coba kita lihat dari segi ilmu matematika. Anda tahu bahwa tingkat daya yang pertama adalah sebuah garis. Tingkat ke-dua adalah sebuah bidang. Ke-tiga adalah mewakili ruang tiga dimensi. Bentuk-bentuk seperti ini bisa saja punya ukuran yang tak terbatas. Lalu bagaimana dengan tingkat yang ke-empat, ke-lima, hingga ke-sembilan? Kalau Anda bisa menjelaskan sesuatu yang mewakili tingkat daya yang ke-sembilan, Anda mungkin punya beberapa pemahaman mengenai kosmologi Buddha: ketidakterbatasan yang tak terbatas.

Yang ketiga, saya ingin membahas sedikit mengenai sifat sejati dari ke-sekejap-an dan spontanitas. Ini juga merupakan konsep yang sangat susah dipahami oleh manusia. Bagi kita, durasi waktu adalah sesuatu yang solid. Dengan melewati faktor waktu, manusia tumbuh dari seorang bayi, menjadi remaja, lalu dewasa, lalu tua, dan seterusnya. Ini di luar pemahaman kita saat mengatakan bahwa waktu tidak berlaku di dalam Mata Buddha, tapi itulah konsekuensi logis dari Mata Buddha. Miliaran tahun tidak ada bedanya dengan satu detik. Sebuah dunia yang diukur sejauh miliaran tahun cahaya dari bumi menurut kosmologi kita ternyata bisa dicapai dalam sekejap waktu. Betapa menakjubkannya!

Poin terakhir yang ingin saya bahas mengenai Mata Buddha adalah sifat sejatinya akan totalitas dan mencakupi semuanya. Mungkin beberapa dari Anda sekalian pernah menonton film yang berjudul “Yellow Submarine” (kapal selam berwarna kuning). Monster yang bentuknya seperti mesin vakum yang menyedot apa saja yang ditemuinya. Setelah ia menyedot semua hal di dalam alam semesta, ia mulai menyedot bumi tempat ia berpijak. Mesin penyedot ini sebegitu kuatnya sehingga ia menyedot seluruh isi bumi dan akhirnya ia menyedot dirinya sendiri ke dalamnya. Ini merupakan gambaran Mata Buddha yang mampu mencakupi semuanya.



Kini saya akan menyimpulkan semuanya. Saya telah menjelaskan mengenai empat poin Mata Buddha:

1.  Tidak ada subyek dan obyek; yaitu tidak ada dualitas.

2. Ketidakterbatasan yang tiada berbatas; yaitu tidak ada ruang.

3. Ke-sekejap-an dan spontanitas; yaitu tiada batasan waktu.

4. Totalitas dan mencakupi semuanya; yaitu tiada ketidaktiadaan.

Itu adalah empat konsep penting mengenai Mata Buddha, bila kita harus mengekspresikannya dengan kata-kata.



Sebelum saya menutup ceramah hari ini, saya ceritakan sebuah kisah lain kepada Anda.

Ini mengenai sepasang suami istri yang selalu saling berbeda pendapat. Kemudian mereka mendengar mengenai Lima Macam Mata. Suatu saat mereka mulai bertengkar. Kelihatannya masalah perbedaan pendapat yang sering mereka alami. Si suami dan si istri kesal, marah dan frustrasi sehingga saling tidak mau bicara selama berhari-hari. Tiba-tiba si suami berkata. “Saya gunakan Mata Dewa saya sekarang. Kamu hanyalah tengkorak. Kenapa saya harus berdebat dengan tengkorak?” Si istri diam sebentar dan lalu tertawa. Suaminya bertanya, “Apa yang kamu tertawakan?” Istrinya menjawabnya, “Saya gunakan Mata Kebijaksanaan saya, dan kamu menghilang. Sekarang tidak ada lagi yang mengganggu saya. Saya berada di dalam shunyata (kekosongan).” Kemudian mereka berdua tertawa dan berkata, “Ya sudah mari kita gunakan Mata Dharma kita. Toh kita semua adalah sekedar manifestasi, tapi marilah hidup bersama dengan bahagia di alam ini.”



Hari ini kita sedang merayakan sang manusia agung ini, ulang tahun Buddha Shakyamuni. Reverend Chi Hoi akan membawakan kue ulang tahun yang besar kepada Anda sekalian. Saya hanya memberi Anda beberapa permen ulang tahun saja. Permennya dalam bentuk nasihat: Janganlah selalu menggunakan Mata Fisik Anda, tapi perluaslah pandangan Anda. Jangan biarkan pikiran Anda selalu terbawa oleh apa yang Anda lihat dalam jangkauan “sinar yang terlihat” yang sempit ini. Bebaskan diri Anda dari persepsi yang sempit ini dan perluaslah pandangan Anda. Kembangkan dan bukalah Mata Dewa Anda. Perlahan-lahan kembangkan dan bukalah Mata Kebijaksanaan Anda. Pada saat itu, ingatlah selalu bahwa banyak teman kita dan mahluk lain yang masih menderita dan berjuang di gurun (siklus) hidup & mati yang besar dan membakar ini. Bukalah Mata Dharma Anda! Akhirnya saya berharap bahwa Anda sekalian akan memiliki Mata Buddha, dan mencapai pencerahan tertinggi sehingga mampu menuntun para insan yang tak terbatas di ruang yang tak terbatas ini hingga mencapai kebuddhaan juga.



Amituofo
Pure Karma
Lama Lotuschef
True Buddha School

1 comment: