1-11-2011
Phowa 破瓦
1-11-2011 Phowa Yoga
Translated by Lotus Nino
Sumber:
Phowa (Skt. saṃkrānti; ‘pho ba) adalah
sebuah metode yoga untuk mengarahkan pemindahan kesadaran pada saat kematian,
baik untuk diri sendiri atau untuk mahluk lain. Kesadaran tersebut dapat
dipindahkan ke sifat asal dharmakaya, ke tanah suci seperti Sukhawati atau ke
kehidupan yang baik di alam manusia.
Phowa adalah salah satu bagian dari Enam Yoga dari Guru Naropa.
Ia juga ditemukan di banyak silsilah dan sistem pembelajaran yang lain,
termasuk di antaranya adalah siklus Longchen Nyingtik dan Namchö. Meski yoga
ini termasuk dalam ‘5 macam latihan untuk mencapai pencerahan tanpa meditasi”,
sesungguhnya yoga ini membutuhkan latihan yang serius supaya pencapaiannya
dapat digunakan dengan efektif.
Terlebih lagi, ajaran-ajaran ini menganjurkan agar sadhana Phowa
yang dilakukan untuk mahluk lain harus dilaksanakan oleh seseorang yang telah
mencapai Jalan Melihat (ket: Jalan Melihat/The Path of Seeing/
darśanamārga
adalah jalan ke-3 dari 5 Jalan).
Pengenalan kepada Phowa Yoga
Yang Mulia ‘Choeje’ Ayang Rinpoche dianggap sebagai guru Phowa
hidup kelas dunia. Sebagai pemegang silsilah Phowa dari Ordo Nyingma dan
Drikung, Beliau melanjutkan silsilah para lhama phowa Ordo Drikung yang tak
terputus mulai dari Buddha Vajradhara.
‘Phowa – pemindahan
kesadaran pada saat menjelang ajal’
Peristiwa paling menakjubkan dari kehidupan adalah kematian, dan
ia datang kepada semua insan tanpa menghiraukan kekayaan,
kecantikan/ketampanan, kecerdasan ataupun status yang dimilikinya.
Kematian tidak bisa dihindari, tapi pilihan untuk meninggal
dengan ketakutan dan kebingungan, atau dengan penuh keyakinan dan penguasaan
spiritual – semuanya ada dalam genggaman tangan Anda sendiri.
Phowa, atau ‘pemindahan kesadaran pada saat kematian’ adalah
cara termudah dan paling langsung untuk mencapai pencerahan.
Sebagai salah satu bagian dari Enam Yoga dari Guru Naropa, Phowa
diajarkan oleh semua tradisi agama Buddha Tibet; namun Silsilah Drikung Kagyu
mempunyai kekuatan spesial untuk memindahkan kesadaran seseorang ke Tanah Suci
Buddha Amitabha.
Di Tibet, Yoga Phowa Drikung yang terkenal diberikan setiap 12
tahun sekali oleh dua Kepala Lhama dari Silsilah Drikung. Yang Mulia Choeje
Ayang Rinpoche pertama kali mulai mengajarkan yoga Phowa di India pada tahun
1963 dan di Barat pada tahun 1975 sesuai dengan instruksi dari guru akar-Nya, Yang Mulia Gyalwang Karmapa ke-16 Ranjung
Rigpe Dorje.
Phowa yoga adalah salah
satu cara yang memampukan seseorang untuk bisa memasuki Tanah Suci Buddha
Amitabha.
Melalui kombinasi teknik
pernapasan, mantra, dan visualisasi yang dilakukan pada saat menjelang ajal,
kesadaran diri dikeluarkan lewat lubang di puncak kepala, sehingga kesadaran
tersebut sudah tidak perlu lagi melewati tahapan-tahapan Bardo (kondisi antara
kematian sampai dengan kelahiran kembali) dan oleh karenanya menghindari
kelahiran kembali di 6 alam samsara.
Lewat pintu ini (lubang di puncak kepala), kesadaran seseorang
dapat dipindahkan secara langsung ke surga Buddha Amitabha (Dewachen, tanah
suci di sebelah Barat). Guru Naropa berkata, “Ada 9 pintu (lubang biasa disebut
sebagai Buga) yang bersifat duniawi, tapi hanya ada satu saja yang merupakan
pintu Mahamudra (nirvana). Bila Anda mampu menutup 9 pintu duniawi tersebut
maka Anda pasti akan mampu memasuki jalan pembebasan tanpa diragukan lagi.”
Menurut Guru Marpa Sang Penerjemah, “Bila Anda mempelajari
(melatih) Phowa yoga, maka saat kematian mendatangi Anda, Anda tidak akan takut
dan berputus asa lagi. Bila sebelumnya Anda telah terbiasa dengan jalan dharma
Phowa, maka saat ajal menjemput, Anda pasti penuh dengan keyakinan dan kebahagiaan.”
Ajaran ini menyebutkan bahwa seseorang tidak kembali lagi ke alam samsara
setelah memasuki Surga Barat, dan ia akan mencapai pencerahan dengan cepat dan
mudah di Surga tersebut. Oleh karenanya, Phowa yoga ini bagaikan sebuah jaminan
bahwa keberhasilannya pasti akan diikuti dengan kematian.
Yoga ini terutama relevan untuk masa kini di mana kebanyakan
orang tidak mempunyai kemampuan meditatif menyendiri dalam jangka waktu yang
panjang. Karena adanya kekurangan ini, dan juga adanya jalur luar biasa yang
mudah dan langsung ini, kita akan mampu merubah berbagai macam kondisi stress
dan ketegangan kehidupan moderen ini menjadi kekuatan vital yang memotong
kemelekatan terhadap berbagai obyek ilusi dan merealisasikan sifat alami
kebuddhaan kita.
Hidup ini sungguh singkat dan dapat berakhir dengan tiba-tiba
tanpa ada peringatan sebelumnya. Saat kematian datang menjemput, sungguh kita
tidak bisa lari untuk menghindarinya. Bahkan kekayaan yang kita kumpulkan
ataupun orang-orang yang kita sayangi juga tidak dapat menolong kita... Tidak
ada yang dapat, kecuali ajaran dharma yang sungguh berharga.
Ajaran komprehensif (lengkap) mengenai Phowa Yoga dari silsilah
Nyingma dan Drikung meliputi ajaran-ajaran yang ekstensif pada saat ajal
menjelang, pada saat kondisi bardo, yoga pertobatan/pemurnian Vajrasattva dan
berbagai topik-topik penting lainnya yang saling berhubungan, kemudian juga
instruksi-instruksi meditasi yang mendetil, abhiseka dan sesi-sesi pelatihan.
Pemberkatan untuk semua kondisi yang menguntungkan ini
digabungkan dengan praktek pelatihan yang mendalam, silsilah transmisi Phowa
yoga yang spesial, lokasi suci, keyakinan dan pengabdian (devosi) para murid
yang mendalam tentunya membuat banyak orang mendapatkan pengalaman yang kuat
dan transformatif yang sungguh memperkaya kehidupan spiritual mereka.
“Secara empiris (lewat pengalaman) diketahui bahwa kesadaran
super dan pencerahan hanya dapat dicapai dengan menerobos pikiran biasa, di
mana kesadaran tersebut punya fungsi yang sangat berhubungan dengan korteks
otak besar. Gelombang 0 yang lambat dan sering timbul pada saat meditasi Phowa
nampaknya memvalidasi hal tersebut. Saat kesadaran diputuskan/diakhiri maka
kesadaran super akan terbangunkan.”
Dr. Fujiki mendukung pandangan Dr. H. Motoyama yang menjelaskan
mengenai perubahan dalam EEG* Rinpoche: “Fungsi cuping bagian depan yang
ditekan menunjukkan bahwa fungsi kesadaran ternyata dapat dihentikan saat
meditasi Phowa. Konsentrasi dan meditasi merubah kondisi kesadaran seseorang
dan memampukannya untuk bangkit dalam kondisi kesadaran supernya di luar
batas-batas pengalaman manusia biasa.”
Menurut Dr. Motoyama, saat
pikiran yang sedang berfungsi di dalam kerangka kerja keberadaan individu
menghentikan ketergantungan totalnya pada tubuh fisik (terutama otak), ia akan
mulai berfungsi pada alam yang lebih luas, melebihi batasan waktu dan ruang.
Perubahan-perubahan psiko-fisiologikal yang ditunjukkan oleh Rinpoche saat
melakukan meditasi Phowa menjelaskan bahwa fungsi mental di alam non-fisik
harus mulai dipertimbangkan dalam bidang pengobatan psikosomatik.
*) Electroencephalography (EEG) - rekaman aktivitas elektrikal
spontan otak dalam jangka waktu pendek tertentu.
Amituofo
/ Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School
No comments:
Post a Comment