Friday, November 4, 2011

4-11-2011 [1-11-2011 Phowa Yoga]



1-11-2011 Phowa 破瓦
1-11-2011 Phowa Yoga
Translated by Lotus Nino
Sumber:


Phowa (Skt. sakrānti; ‘pho ba) adalah sebuah metode yoga untuk mengarahkan pemindahan kesadaran pada saat kematian, baik untuk diri sendiri atau untuk mahluk lain. Kesadaran tersebut dapat dipindahkan ke sifat asal dharmakaya, ke tanah suci seperti Sukhawati atau ke kehidupan yang baik di alam manusia.

Phowa adalah salah satu bagian dari Enam Yoga dari Guru Naropa. Ia juga ditemukan di banyak silsilah dan sistem pembelajaran yang lain, termasuk di antaranya adalah siklus Longchen Nyingtik dan Namchö. Meski yoga ini termasuk dalam ‘5 macam latihan untuk mencapai pencerahan tanpa meditasi”, sesungguhnya yoga ini membutuhkan latihan yang serius supaya pencapaiannya dapat digunakan dengan efektif.

Terlebih lagi, ajaran-ajaran ini menganjurkan agar sadhana Phowa yang dilakukan untuk mahluk lain harus dilaksanakan oleh seseorang yang telah mencapai Jalan Melihat (ket: Jalan Melihat/The Path of Seeing/ darśanamārga adalah jalan ke-3 dari 5 Jalan).


Pengenalan kepada Phowa Yoga

Yang Mulia ‘Choeje’ Ayang Rinpoche dianggap sebagai guru Phowa hidup kelas dunia. Sebagai pemegang silsilah Phowa dari Ordo Nyingma dan Drikung, Beliau melanjutkan silsilah para lhama phowa Ordo Drikung yang tak terputus mulai dari Buddha Vajradhara.


‘Phowa – pemindahan kesadaran pada saat menjelang ajal’

Peristiwa paling menakjubkan dari kehidupan adalah kematian, dan ia datang kepada semua insan tanpa menghiraukan kekayaan, kecantikan/ketampanan, kecerdasan ataupun status yang dimilikinya.

Kematian tidak bisa dihindari, tapi pilihan untuk meninggal dengan ketakutan dan kebingungan, atau dengan penuh keyakinan dan penguasaan spiritual – semuanya ada dalam genggaman tangan Anda sendiri.

Phowa, atau ‘pemindahan kesadaran pada saat kematian’ adalah cara termudah dan paling langsung untuk mencapai pencerahan.

Sebagai salah satu bagian dari Enam Yoga dari Guru Naropa, Phowa diajarkan oleh semua tradisi agama Buddha Tibet; namun Silsilah Drikung Kagyu mempunyai kekuatan spesial untuk memindahkan kesadaran seseorang ke Tanah Suci Buddha Amitabha.

Di Tibet, Yoga Phowa Drikung yang terkenal diberikan setiap 12 tahun sekali oleh dua Kepala Lhama dari Silsilah Drikung. Yang Mulia Choeje Ayang Rinpoche pertama kali mulai mengajarkan yoga Phowa di India pada tahun 1963 dan di Barat pada tahun 1975 sesuai dengan instruksi dari guru akar-Nya,  Yang Mulia Gyalwang Karmapa ke-16 Ranjung Rigpe Dorje.

Phowa yoga adalah salah satu cara yang memampukan seseorang untuk bisa memasuki Tanah Suci Buddha Amitabha.

Melalui kombinasi teknik pernapasan, mantra, dan visualisasi yang dilakukan pada saat menjelang ajal, kesadaran diri dikeluarkan lewat lubang di puncak kepala, sehingga kesadaran tersebut sudah tidak perlu lagi melewati tahapan-tahapan Bardo (kondisi antara kematian sampai dengan kelahiran kembali) dan oleh karenanya menghindari kelahiran kembali di 6 alam samsara.

Lewat pintu ini (lubang di puncak kepala), kesadaran seseorang dapat dipindahkan secara langsung ke surga Buddha Amitabha (Dewachen, tanah suci di sebelah Barat). Guru Naropa berkata, “Ada 9 pintu (lubang biasa disebut sebagai Buga) yang bersifat duniawi, tapi hanya ada satu saja yang merupakan pintu Mahamudra (nirvana). Bila Anda mampu menutup 9 pintu duniawi tersebut maka Anda pasti akan mampu memasuki jalan pembebasan tanpa diragukan lagi.”

Menurut Guru Marpa Sang Penerjemah, “Bila Anda mempelajari (melatih) Phowa yoga, maka saat kematian mendatangi Anda, Anda tidak akan takut dan berputus asa lagi. Bila sebelumnya Anda telah terbiasa dengan jalan dharma Phowa, maka saat ajal menjemput, Anda pasti penuh dengan keyakinan dan kebahagiaan.” Ajaran ini menyebutkan bahwa seseorang tidak kembali lagi ke alam samsara setelah memasuki Surga Barat, dan ia akan mencapai pencerahan dengan cepat dan mudah di Surga tersebut. Oleh karenanya, Phowa yoga ini bagaikan sebuah jaminan bahwa keberhasilannya pasti akan diikuti dengan kematian.

Yoga ini terutama relevan untuk masa kini di mana kebanyakan orang tidak mempunyai kemampuan meditatif menyendiri dalam jangka waktu yang panjang. Karena adanya kekurangan ini, dan juga adanya jalur luar biasa yang mudah dan langsung ini, kita akan mampu merubah berbagai macam kondisi stress dan ketegangan kehidupan moderen ini menjadi kekuatan vital yang memotong kemelekatan terhadap berbagai obyek ilusi dan merealisasikan sifat alami kebuddhaan kita.

Hidup ini sungguh singkat dan dapat berakhir dengan tiba-tiba tanpa ada peringatan sebelumnya. Saat kematian datang menjemput, sungguh kita tidak bisa lari untuk menghindarinya. Bahkan kekayaan yang kita kumpulkan ataupun orang-orang yang kita sayangi juga tidak dapat menolong kita... Tidak ada yang dapat, kecuali ajaran dharma yang sungguh berharga.

Ajaran komprehensif (lengkap) mengenai Phowa Yoga dari silsilah Nyingma dan Drikung meliputi ajaran-ajaran yang ekstensif pada saat ajal menjelang, pada saat kondisi bardo, yoga pertobatan/pemurnian Vajrasattva dan berbagai topik-topik penting lainnya yang saling berhubungan, kemudian juga instruksi-instruksi meditasi yang mendetil, abhiseka dan sesi-sesi pelatihan.
Pemberkatan untuk semua kondisi yang menguntungkan ini digabungkan dengan praktek pelatihan yang mendalam, silsilah transmisi Phowa yoga yang spesial, lokasi suci, keyakinan dan pengabdian (devosi) para murid yang mendalam tentunya membuat banyak orang mendapatkan pengalaman yang kuat dan transformatif yang sungguh memperkaya kehidupan spiritual mereka.

“Secara empiris (lewat pengalaman) diketahui bahwa kesadaran super dan pencerahan hanya dapat dicapai dengan menerobos pikiran biasa, di mana kesadaran tersebut punya fungsi yang sangat berhubungan dengan korteks otak besar. Gelombang 0 yang lambat dan sering timbul pada saat meditasi Phowa nampaknya memvalidasi hal tersebut. Saat kesadaran diputuskan/diakhiri maka kesadaran super akan terbangunkan.”

Dr. Fujiki mendukung pandangan Dr. H. Motoyama yang menjelaskan mengenai perubahan dalam EEG* Rinpoche: “Fungsi cuping bagian depan yang ditekan menunjukkan bahwa fungsi kesadaran ternyata dapat dihentikan saat meditasi Phowa. Konsentrasi dan meditasi merubah kondisi kesadaran seseorang dan memampukannya untuk bangkit dalam kondisi kesadaran supernya di luar batas-batas pengalaman manusia biasa.”

Menurut Dr. Motoyama, saat pikiran yang sedang berfungsi di dalam kerangka kerja keberadaan individu menghentikan ketergantungan totalnya pada tubuh fisik (terutama otak), ia akan mulai berfungsi pada alam yang lebih luas, melebihi batasan waktu dan ruang. Perubahan-perubahan psiko-fisiologikal yang ditunjukkan oleh Rinpoche saat melakukan meditasi Phowa menjelaskan bahwa fungsi mental di alam non-fisik harus mulai dipertimbangkan dalam bidang pengobatan psikosomatik.

*) Electroencephalography (EEG) - rekaman aktivitas elektrikal spontan otak dalam jangka waktu pendek tertentu.


Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School

No comments:

Post a Comment