Thursday, December 22, 2016

Puja Asap?



Dibagikan dengan tambahan anotasi oleh Lotuschef – 20 Desember 2016
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Smoke Offering? 烟供?


Di atas ini tertangkap oleh kamera di salah satu upacara Pure Karma di Semarang.

Disclaimer: Isi dari artikel ini adalah Tanpa Prasangka Sama Sekali terhadap pihak atau individu manapun. Bila kamu bisa menarik pelajaran darinya untuk membantumu memasuki Jalan Bodhi, maka Sādhu! Sādhu! Sādhu!

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Dari Petunjuk untuk Menyelesaikan Tugas 作业提示:
Murid A1 – menuliskan jawabannya.

Dari Tugas 作业提示 [2]:
1. Kembali di waktu awal kamu bersarana, apa arti Puja Asap bagimu, kapan pertama kali kamu mendengarnya?
> Sadhana yang harus membutuhkan abhiseka dari guru, puja asap merupakan salah satu cara untuk memberikan persembahan selain puja api homa. Bila tidak mendapatkan abhiseka-nya, maka hanya bisa mendengarkan/membaca prosedur sadhananya saja.

2. Siapa yang mengajarkanmu Puja Asap dan bagaimana cara kamu mempraktikkannya?
> Mahaguru shizun memberikan detil ajarannya.

Shizun bilang ada 4 poin penting.

  1. Waktu: Pagi dari jam 5 AM – 7 AM (mempersembahkan untuk Buddha), malam 5 PM – 7 PM (mempersembahkan untuk para musuh karma).
  2. Siapa: Murid melakukannya sendiri-sendiri. Mempraktikkan persembahan puja asap sendiri-sendiri, tidak bisa diwakilkan oleh orang lain, karena setiap orang punya musuh karmanya masing-masing.
  3. Letak pendupaan: Mempersembahkan kepada Buddha – diletakkan di dalam rumah, mempersembahkan kepada musuh karma diletakkan di luar rumah sehingga asap bisa membubung ke luar rumah.
  4. Puja asap: bisa mengubah nasib kita, bisa mengubah karma buruk menjadi karma baik, setelah kita tulus memohon maaf kepada mereka dan tak mengulang menciptakan karma buruk kembali.

3. Bagaimana kamu tahu bahwa kamu butuh Guru Akar untuk memberimu Transmisi Abhiseka?
> Sebelum kita bersarana, kita mendapatkan informasi atau ajaran dharma seputar Tantrayana bahwa setiap sadhana butuh abhiseka dari guru.

4. Apakah Puja Asap mudah dipelajari?
> Puja Asap, aku belum mempelajarinya. Tapi sempat membaca beberapa artikel guru bahwa langkah-langkahnya lebih sederhana dibanding puja api homa. Namun bila kita punya sumber daya, maka melakukan puja api homa lebih baik daripada puja asap.

5. Renungkan: Mengapa orang-orang memilih untuk melakukan Puja Asap? [Aku sudah pernah menjelaskan hal ini kepadamu semua saat Puja Api Homa.]
> Karena mereka ingin memberikan persembahan kepada para insan demi membayar hutang karma mereka, untuk bertobat, untuk memohon maaf atas hutang karma mereka, dan juga memberikan persembahan kepada Buddha sehingga mendapat berkat lebih banyak.

Terima kasih fashi telah meluangkan waktu untuk mengajar kami hahaha.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Hahaha!

Bila kamu membaca ulang Tugas tersebut dan berbagai komentar dari para murid, kebanyakan tidak paham apa itu Bersadhana!

Puja Asap merupakan salah satu metode Sadhana dengan tujuan yang sama seperti sadhana-sadhana lain dengan yidam yang dipilih!

Jadi mengapa Membeda-bedakan?

Perbedaannya justru dimunculkan oleh pikiran orang-orang awam!

Ya! Bila mentalitas Buddha Dharma-mu seperti itu dan ingin meningkatkan kesejahteraanmu sendiri tanpa mempedulikan kesejahteraan orang lain, maka kamu masihlah seorang yang sangat awam dan jauh dari anak tangga pertama Pelatihan Kebatinan!
Jika ada 9 Yana, maka ada 9 anak tangga yang harus kamu naiki, sambil mengingat bahwa setiap anak tangga harus telah dikuasai sepenuhnya!

Puja asap merupakan cara yang bagus dan mudah untuk memberikan persembahan kepada para dewata, dan juga langkah pertama yang baik di dalam Jalur Mengumpulkan Berkah (Sambhara Marga)!
Bila kamu mempersembahkan untuk para musuh karmamu, metode ini juga merupakan cara yang bagus untuk memohon maaf.
Tentunya bila kamu mempersembahkan dengan tulus!

Pernahkah kamu menyadari bahwa Mahaguru Lu memastikan kita tak meninggalkan satu insan pun di 6 alam samsara ini, dengan menyertakan mereka di dalam Visuaslisasi 4 Hati yang Tak Terbatas (Apramana) ke dalam langkah-langkah awal di setiap Sadhana yang dilatih?

Ya! Beliau telah memberimu sumber daya yang Terbaik supaya bisa bersadhana dengan baik!

Sayangnya, masih ada banyak murid yang telah menyertai Mahaguru Lu dari hari pertama, sekitar 40 tahun yang lalu, hingga sekarang, namun tak paham konsep bersadhana!


20161217蓮真上師發表意見-TBSN高清版

Coba pelajarilah “bahasa tubuh” teman murid di atas baik-baik.
Bukankah ia terlihat terlalu menikmati dalam “Menancapkan paku kepada XX”?

Mahaguru Lu bilang bahwa: Lian Jing (Panama) tak terpengaruh apapun oleh hal-hal negatif yang diduga berasal dari 5 Pimpinan Hantu Jepang yang dipuja oleh XX!

Hahaha!

Karma merupakan salah satu topik penting dalam Buddha Dharma yang harus dipelajari dan dipahami oleh murid yang mempraktikkan ajaran Buddha dengan sungguh-sungguh!

Ya-qi sebagai seorang murid, menduga kematian teman-temannya disebabkan oleh XX!
Kemudian Prof. Wang dan keluarga muncul dengan dugaan-dugaan lebih lanjut seputar nasib sial yang disebabkan oleh XX juga!
Dan sekarang Lian-zhen menambahkan darinya berbagai dugaan kesalahan kepada XX!

Setelah itu, Mahaguru Lu bilang bahwa saat beliau sedang berada di Vajragarbha Caotun lantai 6, ada sepasang suami-istri yang juga “mengajukan” laporan kesalahan si XX juga!

Wow!
Teman-temanku yang terkasih,
Apakah kamu mengikuti orang-orang yang “menancapkan paku” kepada orang lain?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Penyaliban Yesus


Menurut Injil Markus, Yesus menahan siksa penyaliban selama sekitar 6 jam dari jam ke-3, kira-kira jam 9 pagi, hingga maut menjemputnya di jam ke-9, yang setara dengan sekitar jam 3 sore.

Berikut ini adalah beberapa opini:

Joi Hubbard – Mempertimbangkan pertanyaan Anda, kami akan membahas 2 poin utama. Pertama adalah asal-muasal salib, dan yang satunya adalah berdasarkan ajaran Injil mengenai bagaimana Yesus meninggal.

1) Banyak yang akrab dengan fakta bahwa Yesus mati tergantung, tapi banyak yang tak menyadari bahwa ia tak mati di atas kayu salib. Perhatikanlah bahwa W.E. Vine, seorang cendekiawan berkebangsaan Inggris yang terhormat, mendefinisikan kata benda “salib” dan kata kerja “menyalibkan” sebenarnya mengacu pada “tiang kayu yang dibedakan dari wujud eklesiastikal dari dua buah kayu yang bersilangan. Alkitab Pendambing keluaran Universitas Oxford juga seia-sekata dan mengatakan bahwa: “Sang Raja terbukti meninggal di atas kayu salib yang berdiri tegak lurus, dan bukan di atas dua buah kayu yang dipasang dengan sudut tertentu.” Lebih lanjut lagi, penelitian menunjukkan bahwa penggunaan salib dapat dilacak kembali ke jaman Mesopotamia, hingga 2000 tahun Sebelum Masehi. Umat non-kristen menggunakan salib “sebagai simbol gaib yang memberikan perlindungan, membawa keberuntungan,” tulis Sven Tito Achen, ahli sejarah dan simbologi berkebangsaan Denmark, di dalam buku Symbols Around Us. Salib tidak digunakan untuk tujuan membunuh.

2) Setelah Yesus ditahan dan diadili, ia dicambuk dan atas desakan kerumunan orang-orang yang dipimpin oleh pendeta, diserahkan untuk ditusuk. Sungguh pengalaman yang mengerikan, rasa sakit yang dideritanya sudah pasti agak berkurang oleh matinya syaraf-syaraf yang telah dialaminya. Daripada membuat Yesus menderita lebih lama di atas tiang kayu atau membiarkan para prajurit menghabisi nyawanya dengan menghancurkan tulang-tulangnya, “Kehendak Jehovah  adalah untuk meremukkannya, dan membiarkannya menjadi sakit.” Dan sungguh benar dilakukannya dengan membiarkannya hidup beberapa jam lagi setelah ia ditusuk. Yesus, saat menyadari apa yang sedang terjadi, kemudian berseru: “Tuhanku, Tuhanku, mengapa engkau mengabaikanku?” Dan, segudang kesedihan menguasainya, “Yesus berseru dengan lantang dan kemudian wafat.” (Markus 15:34, 37) Menjelaskan apa yang terjadi saat itu, William Stroud, M.D., di dalam Penyebab Fisik Wafatnya Kristus, mengacu kepada pengamatan Grüner, yang mengatakan bahwa: “Adalah hal umum bagi orang-orang yang jantungnya tertekan oleh macetnya aliran darah secara berlebihan, yang disebabkan oleh kekuatiran dan debaran jantung, dan terancam oleh kekurangan nafas, sehingga kemudian berseru/berteriak dengan suara yang kencang.” Sepertinya jantungnya telah rusak atau salah satu pembuluh darah besarnya telah pecah, yang menyebabkan ia meninggal.

Dengan demikian, salah satu rencana Jehovah yang penting telah terpenuhi. “Bila tak ada darah yang tertumpahkan, maka pengampunan tak akan terjadi.” (Heb. 9:22) Dan mengenai wafatnya Yesus di sana ditulis: “Ia menumpahkan (memberikan) nyawanya hingga ajal menjemput.” (Isa. 53:12) Kematiannya harus terjadi di atas tiang kayu untuk menghilangkan kekuatiran orang-orang Yahudi yang percaya akan kutukan karma, namun kematian di atas tiang kayu tidak akan menyebabkan darah mengalir keluar, padahal hal tersebut dibutuhkan sebagai pemenuhan persyaratan ilahi agar dosa orang-orang yang beriman bisa terhapuskan. (Gal.3:13) Namun setelah Jehovah menghancurkan Yesus dengan membiarkan kedua tangan dan kakinya ditancap oleh paku dan mengizinkan jantung atau salah satu pembuluh darahnya hancur, darahnya kemudian tertumpah ke dalam pericardium (selaput jantung) atau dadanya. Demikianlah saat salah seorang prajurit mengambil tombak dan menusuk sisi tubuhnya, “darah dan air mengalir keluar.” (Yohanes 19:34) Dengan cara ini, saat Jehovah gembira karena mengakhiri derita Putra-Nya lebih awal, ia juga membuat semua hal yang ditulis para nabi yang mendapatkan wahyu menjadi terwujud dan semua syarat penyelamatan terpenuhi.

Kemudian mengenai pertanyaan berapa lama Yesus digantung di tiang kayu sebelum ia wafat, kita perlu meninjau beberapa naskah. Seluruh bagian dari Injil Matius bab 26 memberikan referensi yang penting mengenai apa yang terjadi dari Nissan 14 hingga Nissan 15. Di dalam bab tersebut kita melihat bahwa para murid diminta untuk mempersiapkan perjamuan kudus, mereka makan kira-kira di malam hari, Yesus mengatakan bahwa salah satu dari mereka akan mengkhianatinya, mereka kemudian pulang dan pergi menuju Bukit Zaitun. Setelah dikhianati oleh Yudas, Yesus diadili dan dihukum mati, semuanya terjadi di pagi hari. Matius 27:1-61 memberikan gambaran yang jelas mengenai berbagai kejadian sampai Yesus digantung di atas tiang kayu dan kemudian diturunkan atas permintaan Yosef, salah satu murid Yesus, kira-kira di sore hari. Kejadian wafatnya Yesus dan diturunkannya dari tiang kayu semuanya terjadi di hari yang sama Nisan 14.

Anonim – Ia tidak meninggal di kayu salib. Sedari awal ia tidak disalibkan. Tuhan mengangkatnya ke Surga, di mana suatu hari ia akan kembali sebelum Hari Penghakiman, di mana ia akan menyaksikan dan menunjukkan kepada umat manusia dan memproklamirkan bahwa ia tak pernah mendorong ataupun menginginkan siapapun untuk memujanya. Ia meminta semua umat untuk memuja ia yang berada DISEBELAH-nya… untuk memuja Tuhan Allah satu-satunya, ia yang tanpa pendamping, tiada yang setara dengannya, dan tak punya kerabat.
Dosa terbesar yang bisa dilakukan seorang manusia adalah memuja seseorang selain Tuhan.

~~~~~~~~~~~~

Bila kamu “menjelajahi ” internet, kamu akan mendapatkan beberapa pandangan Hanya seputar kematian Yesus!
Aku mendapatkan sebuah Penglihatan di mana para barbar melempar XX dan orang-orang yang mereka anggap sebagai ancaman yang menggerogoti status mereka, ke dalam area yang penuh dengan singa!
Hahaha!


Damnatio ad bestias (Bahasa Latin untuk “Hukuman dengan dilempar ke kandang binatang buas”) merupakah sebuah hukuman mati alla orang Romawi di mana mereka yang terhukum akan dibunuh oleh binatang-binatang buas. Eksekusi seperti ini, yang berasal dari jaman Romawi kuno sekitar abad ke-2 Sebelum Masehi, merupakan bagian dari kelas olahraga berdarah yang dinamakan Bestiarii. Damnatio ad bestias dulunya dianggap sebagai hiburan orang-orang Romawi. Pembunuhan oleh binatang-binatang buas, seperti singa, menjadi bagian dari permainan (game) perdana dari Amfiteater Flavia di tahun 80 Sesudah Masehi. Di antara tahun pertama hingga ke-3 Sesudah Masehi, hukuman seperti ini utamanya dijatuhkan kepada para penjahat kelas atas, budak, dan pemeluk agama Kristen awal. 


Hahaha!

YA! Kalau kamu masih mengaku sebagai murid Buddha yang Otentik, maka mulailah menahan diri dari praktik-praktik dan tindakan barbar, yang akan membuatmu jatuh ke 3 Alam Rendah atau bahkan Neraka Vajra!

Solusi dari Mahaguru Lu: Bertobat dan Membuka Lembaran Baru Kembali!


Salam Metta,


Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef

No comments:

Post a Comment