Tuesday, October 29, 2013

Reinkarnasi Para Dewata


Ditulis oleh Lotuschef – 25 Oktober 2013
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef on Reincarnation of Deities & Divinities 仙佛转世


Berikut adalah pranala ceramah dharma Guru tanggal 20 Oktober 2013 di Vajragarbha Pelangi, Seattle:
10/20/2013 Nine Stages Dharma of the Great Perfection (Dzogchen) by Grand-Master Lu – Rainbow Temple

Di ceramah tersebut, Guru membahas mengenai berbagai Reinkarnasi.
Beliau mengatakan bahwa seorang Buddha atau Bodhisattva mampu membelah dirinya menjadi berbagai pengejawantahannya dalam wujud awam.
Cucu laki-laki Guru adalah seorang reinkarnasi dari Tetua Gunung Buddha 佛山长老.
Sedangkan cucu perempuannya adalah seorang Bodhisattva Tingkat ke-7 七地菩萨.

Namun beliau mengatakan bahwa para reinkarnasi tersebut masih harus MELATIH DIRI untuk KEMBALI TERHUBUNG dengan Wujud Asal mereka.


Aku ingat pernah menulis sebuah artikel mengenai Reinkarnasi Para Dewata juga.

Hahaha! Baik mereka merupakan reinkarnasi ataupun bukan, sungguh tak ada artinya dan bukan masalah juga!
KUNCINYA adalah Dirimu sendiri yang Berlatih.
Semua sepenuhnya bersandar pada usaha dan ketulusanmu sendiri!

Kembalilah mempelajari dasar-dasar yang dibutuhkan dan pelajarilah Karakteristik Para Dewata atau yidam yang kamu pilih.
Perhatikanlah, di atas kutulis sebagi YIDAM, yang berarti satu (tunggal).
Sementara ini latihlah SATU YIDAM saja!
Belajar berjalan dulu sebelum belajar TERBANG!

Teman-teman murid yang membuang-buang waktunya mengejar para reinkarnasi atau yang di dalam Satya Buddha adalah para Teratai Besar warna XX; kini saatnya untuk bangun dan sadar!
Mereka mau jadi apapun atau berasal dari manapun, Sungguh tak ada hubungannya denganmu!
Hahaha!


Mengutip dari Wikipedia – Trikaya:

Doktrin ajaran mengatakan bahwa seorang Buddha mempunyai tiga kaya atau tubuh:
  1. Dharmakaya atau Tubuh Kebenaran yang mengejawantahkan prinsip utama dari pencerahan dan ia tiada batasnya;
  2. Sambhogakaya atau Tubuh Kenikmatan Pahala yang berupa tubuh manifestasi kenikmatan atau cahaya terang;
  3. Nirmanakaya atau tubuh ciptaan yang mengejawantah di dalam waktu dan ruang.

Mengutip dari Rigpa Shedra – Nirmanakaya:

Nirmanakaya (Bhs. Sansekerta: nirmāṇakāya; Bhs. Tibet: སྤྲུལ་སྐུ་, tulku; Trans. Wylie: sprul sku), atau ‘dimensi manifestasi yang tiada pernah berhenti’ adalah sebuah rupakaya atau tubuh berwujud yang muncul dari kuasa sambhogakaya dan tampil sebagai ia yang menjinakkan berbagai insan, baik yang suci maupun tak suci.

Saat dibagi ke dalam kategori, Nirmanakaya ada empat jenis:
  1. Nirmanakaya dari kelahiran, seperti para guru kita yang lahir di Surga Tushita sebagai anak para dewa, Dampa Tok Karpo.
  2. Nirmanakaya maha unggul (Skt. uttamanirmāṇakāya; Tib. མཆོག་གི་སྤྲུལ་སྐུ་, Wyl. mchog gi sprul sku), seperti Buddha Shakyamuni yang menampilkan dua belas karya pencerahan (Skt. dvadaśabuddhakārya; Wyl. mdzad pa bcu gnyis) di sini, Jambudwipa.
  3. Nirmanakaya beragam (Skt. janmanirmāṇakāya; Tib. སྐྱེ་བ་སྤྲུལ་སྐུ, Wyl. skye ba sprul sku) yang mengejawantah demi menjinakkan para insan mulai dari Indra hingga seorang gadis belia.
  4. Nirmanakaya ketrampilan (Skt. śilpinnirmāṇakāya; Tib. བཟོ་བོ་སྤྲུལ་སྐུ་, Wyl. bzo bo sprul sku) seperti manifestasi seorang pemain kecapi demi menjinakkan Gandharva Rabga, kemudian juga mengejawantah menjadi makanan enak, jembatan, taman hiburan, dan pulau-pulau, juga bisa dalam wujud pahatan, lukisan, tenunan bergambar, dan rupang-rupang hasil cor logam.

Atau, seperti yang ditulis oleh Sogyal Rinpoche:

Di dalam Buddhisme Tibet, nirmanakaya digambarkan sebagai pengejawantahan pencerahan, dalam berbagai wujud dan cara yang tiada batasnya, di dalam dimensi fisik. Ia secara tradisional didefinisikan dalam tiga bagian.

Pertama adalah pengejawantahan dari seorang Buddha yang telah tercerahkan sepenuhnya, seperti Siddhartha Gautama, yang terlahir ke dan mengajar di dunia ini;

Yang ke-dua adalah yang kelihatannya seperti orang awam namun ia terberkati dengan kapasitas khusus untuk memberi manfaat bagi banyak insan: seorang tulku; dan

Yang ke-tiga adalah insan dengan tingkat pencerahan tertentu yang berkarya untuk memberi manfaat dan menginspirasi insan-insan lain melalui berbagai karya seni, ketrampilan, dan ilmu pengetahuan (sains). Maksudnya, seperti yang dikatakan oleh Kalu Rinpoche, adalah “ekspresi spontan, seperti sinar yang terpancar dengan spontan dari matahari, tanpa sang matahari harus menyuruhnya atau sadar memikirkan tindakan memancarkan ini. Demikianlah sang matahari dalam memancarkan sinarnya.”


Salam semuanya.


Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef

No comments:

Post a Comment