25-12-2011 The Diamond Sutra
25-12-2011 Sutra Intan
(Introduksi)
Translated by Lotus Nino
Sumber:
[Ini adalah Sutra Intan dalam Bahasa Mandarin, buku
cetakan yang berhasil dikenali sebagai yang paling tua di dunia. Kini sutra
tersebut disimpan di dalam British Library – Perpustakaan Nasional Inggris]
Sebagai duplikat Sutra Intan versi Bahasa Mandarin, ia
ditemukan di antara manuskrip Dunhuang pada awal abad ke-20, 868 SM. Dikatakan
oleh British Library sebagai “kitab tercetak paling kuno yang masih bertahan
secara utuh.”
[Ini adalah Sutra Intan versi Bahasa Mandarin edisi
tradisional dengan bentuk lipat yang berukuran saku.]
Sutra Intan (dalam
Bahasa Sansekerta disebut sebagai Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra), adalah
sebuah sutra Mahayana yang pendek dan terkenal, dari aliran Prajnaparamita atau “Kebijaksanaan yang
Sempurna”. Sutra ini menekankan pada praktek “tidak berdiam pada suatu kondisi”
dan “tidak melekat”.
Perhatikan bahwa
judulnya dengan tepat diterjemahkan menjadi “Pemotong Intan (Vajracechedika) dari
Kebijaksanaan Yang Sempurna (Prajnaparamita)” meski ia secara populer
dikenal sebagai Sutra Intan.
Judul
Judulnya yang paling
awal dikenal dalam Bahasa Sansekerta adalah Vajracchedikā
Prajñāpāramitā Sūtra. Dalam Bahasa Inggris, namanya disingkat menjadi Diamond Sutra (Sutra Intan) dan Vajra (Vajra: Intan/Berlian) Sutra. Sutra Intan juga sangat dihormati di beberapa negara di Asia yang
secara tradisional menganut Agama Buddha Mahayana. Terjemahan judul sutra ini
dalam beberapa bahasa dari negara-negara tersebut adalah:
~ Bahasa Sansekerta: Vajracchedikā Prajñāpāramitā Sūtra.
~ Bahasa Mandarin: 金剛般若波羅蜜多經, [romanisasi pinyin: jīngāng
bōrěbōluómìduō jīng], yang disingkat menjadi 金剛經, [romanisasi pinyin: jīngāng
jīng].
~ Bahasa Jepang: 金剛般若波羅蜜多経,
[romanisasi manyōgana: kongou
hannyaharamita kyou], yang disingkat menjadi 金剛経, [romanisasi manyōgana: kongou
kyou].
~ Bahasa Korea: 금강반야바라밀경, [romanisasi han-geul: geumgang
banyabaramil gyeong], yang disingkat menjadi 금강경, [romanisasi
han-geul: geumgang gyeong]
~ Bahasa Vietnam: Kim cương
bát-nhã-ba-la-mật-đa kinh, yang
disingkat menjadi Kim cương kinh.
~ Bahasa Tibet (Wylie): ’phags pa shes rab kyi pha rol tu
phyin pa rdo rje gcod pa zhes bya ba theg pa chen po’i mdo.
Sejarah
Sejarah teks sutra ini
tidak diketahui secara jelas, tapi para cendekiawan Jepang secara umum
menganggap Sutra Intan berasal dari
masa-masa yang awal sekali pada jaman perkembangan literatur Prajnaparamita.
Beberapa cendekiawan
barat juga percaya bahwa Aṣṭasāhasrikā
Prajñāpāramitā Sūtra
diadaptasi dari Vajracchedikā
Prajñāpāramitā Sūtra yang sudah ada sebelumnya. Ilmu pengetahuan barat di
masa awal yang membahas Sutra Intan
telah diringkas oleh Müller.
Terjemahan Sutra Intan
ke dalam Bahasa Mandarin yang pertama diperkirakan telah dilakukan pada tahun
401 SM oleh yang mulia Kumārajīva.
Gaya terjemahan
Kumārajīva sungguh berbeda bila dibandingkan dengan terjemahan literal yang
akurat. Karya terjemahannya memiliki kelembutan yang mengalir yang mencerminkan
caranya membuat prioritas dalam menyampaikan arti.
Karya terjemahan
Kumārajīva sangat dihargai selama berabad-abad, dan versi miliknya lah yang
tampil pada gulungan kitab Dunhuang 868 SM.
Sebagai tambahan dari
karya terjemahan Kumārajīva, masih ada beberapa terjemahan lainnya yang dibuat
setelah itu.
Sutra Intan kemudian
diterjemahkan lagi dari Bahasa Sansekerta ke dalam Bahasa Mandarin oleh
Bodhirucci pada tahun 509 SM, oleh Paramārtha pada tahun 558 SM, oleh Xuanzang
pada tahun 648 SM, dan oleh Yijing pada tahun 703 SM.
Isi dan Ajaran
Seperti layaknya
sutra-sutra agama Buddha lainnya, Sutra
Intan dimulai dengan frase “Demikianlah yang aku dengar” (Bahasa Sansekerta:
evaṃ mayā śrutam).
Dalam sutra tersebut,
Sang Buddha telah selesai melakukan perjalanan harian-Nya bersama dengan para
bhiksu untuk mengumpulkan makanan. Beliau kemudian duduk untuk beristirahat.
Subhūti kemudian datang
kepada-Nya dan mengajukan sebuah pertanyaan.
Dari pertanyaan tersebut
berlanjut menjadi sebuah percakapan yang membahas mengenai sifat alamiah
persepsi.
Buddha sering
menggunakan frase paradoksal (sepertinya kontradiktif tapi sebenarnya benar)
seperti, “Yang disebut sebagai ajaran tertinggi adalah bukan ajaran tertinggi.”
Secara umum, orang
menganggap Sang Buddha sedang berusaha membantu Subhūti untuk belajar
meninggalkan prasangka dan gagasan sempitnya mengenai sifat asli dari kenyataan
dan pencerahan.
Sebuah daftar yang
berisi metafora (perumpamaan) yang jelas mengenai ketidakkekalan tertulis dalam
sajak empat baris yang berada di bagian akhir sutra tersebut:
Semua fenomena yang berkondisi
Adalah bagaikan mimpi, ilusi,
gelembung, ataupun bayangan;
Bagaikan tetesan embun, atau kilatan
petir;
Begitulah seharusnya mereka
direnungkan.
Dalam Aliran Zen
Karena pembacaan Sutra Intan dapat diselesaikan dalam
waktu 40-50 menit, ia seringkali dihafal dan dibaca di dalam biara-biara
Buddhis. Sutra ini sangat populer di kalangan agama Buddha Mahayana selama
lebih dari satu milenium.
Amituofo
/ Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School
No comments:
Post a Comment