19-12-2011
Lighting your Heart's Lamp [2]
19-12-2011 Menyalakan Pelita Hati Anda [2]
Translated by Lotus Nino
Sumber:
[J: Oh ya, Fashi, saya ingin mendaftar untuk
penyalaan pelita tanggal 31 Desember. Saya turut menyumbang $10 ya... He7...
Terima kasih ^^
Salam]
[LC: Jadi kamu ingin menyalakan untuk 1 hari / 1 tahun / 1
kehidupan / selamanya?
Hahaha! Salam.]
[J: LOL, selamanya
ha7...
Dulu saat menuangkan
minyak di vihara Mahayana, saya sering mengucapkan doa ini: “Semoga pelita ini
selalu menerangi kehidupan para insan, menuntun kita di jalan Bodhi dalam tiap
kehidupan hingga mencapai kebuddhaan”, lalu saya lanjutkan dengan mengucapkan
permohonan pribadi saya.
Selama pelita minyak
di vihara tersebut masih menyala, maka doa saya juga akan terus berlangsung
he7... sekedar afirmasi diri saya saja.
Tidak penting seberapa
lama pelita itu akan menyala, kita selalu bisa menyalakannya lagi.
Salam.]
[LC: Hahaha! Coba baca
artikelnya sekali lagi.
{Tidak penting seberapa
lama pelita itu akan menyala, kita selalu bisa menyalakannya lagi.}
Bukan itu yang saya ingin
uraikan.
Hehehe...]
[J: =,= LoL. Saya akan
coba menebak sebaik mungkin kali ini.
“Dulu di jaman Buddha
Shakyamuni ada seorang nenek tua yang sangat miskin yang menggunakan hartanya
yang sangat terbatas untuk membeli minyak untuk menerangi jalan ke vihara Sang
Buddha.”
“Menurut saya, saat
Lampu Terang dalam diri seorang sadhaka telah menyala, maka di sana sudah tidak
ada lagi batasan waktu!”
“Apakah kamu mencium
adanya cita rasa dharma dalam pernyataan di atas?”
Seperti cerita tentang
si nenek tua tersebut, dia memberikan semua yang dia miliki untuk
mempersembahkan pelita untuk Sang Buddha. Saat Mara mencoba meniup semua pelita
di sana, hanya milik si nenek saja yang masih menyala. Saya tidak tahu apa yang
dimohon oleh si nenek, tapi saya pikir saat kita mempersembahkan sesuatu ke
Buddha dengan tulus (dalam hal ini: pelita), maka tidak ada sesuatupun yang
akan menghalangi nyalanya pelita itu, bahkan termasuk Mara ataupun Waktu itu
sendiri.
Meski minyak itu pada akhirnya akan habis, tapi sinarnya
akan terus menyala dalam mata Sang Buddha, di dalam hati si nenek itu. Hal ini
bukan mengenai seberapa besar, seberapa eksklusif, seberapa sempurnanya
persembahan kita, seberapa besar uang yang kita keluarkan; tapi ini mengenai ketulusan
hati, keseriusan dan tujuan kita.
Salam. Selamat pagi,
fashi.]
[LC: Si nenek akhirnya
menjadi Buddha Cahaya. Gelarnya lengkapnya saya tidak ingat.
Hehe. Tebakanmu masih belum benar.
Selamat pagi.]
[J: Oh, -_- harus
tanya ke Nino / Steven untuk jawabannya ha7... saya nyerah deh...]
[LC: Coba pikirkan lagi mengenai yang saya isyaratkan tentang
penyalaan pelita ya. Hehe.]
[J: -_- Menyerah
Lol... Terlalu tersamarkan.]
[LC: Hehe! Jangan menyerah dulu dong.]
[J: Ha7... saya akan
membacanya ulang.]
-----------------------------------------------
Teman-teman sekalian yang terkasih, saya juga ingin mendengar
dari kalian semua.
Amituofo
/ Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School
No comments:
Post a Comment