Ditulis oleh Lotuschef – 22 Februari 2014
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Why is there a Difference in Opinion?
[--- Fashi, aku tak paham kenapa kamu bilang upacara di Taipei kemarin adalah sebuah kegagalan besar.
Guru mengatakan (upacara itu) OK. ---]
Teman-temanku yang terkasih, bisakah kamu menjawab pertanyaan di atas? :)
Lotuschef telah bersumpah untuk Hanya Mendengarkan Guru saja!
Tapi kenapa ada perbedaan pendapat tentang upacara di Taipei kemarin?
Mungkin dengan melihat rekaman video upacara tersebut bisa memperjelas masalah ini! :)
Bila kembali melihat masa-masa awal Guru memimpin puja, pernahkah kamu melihat rekaman-rekaman Guru memimpin puja api homa di luar ruangan di Seattle dan para murid duduk berjongkok di dekat Guru yang duduk di atas bangku pendek?
Meski cuaca sedang dingin (bisa dilihat dari banyaknya lapisan baju yang dikenakan para peserta), tapi tak ada satupun yang terlihat sengsara seperti mereka yang hadir di upacara di Taipei kemarin!
Semuanya, baik yang duduk maupun berdiri, tampak bahagia menonton Guru melakukan puja api homa.
Kalau saja kamera video merekam mereka yang duduk di area terbuka dari jarak dekat, dengan hujan yang mengguyur mereka, beserta mereka yang juga duduk di area yang teduh namun terkena tiupan angin yang dingin, kamu akan paham kenapa Lotuschef mengatakan bahwa upacara di Taipei kemarin adalah sebuah kegagalan besar!
Tentu saja hal tersebut membuat Guru sedih. Beliau melihat begitu banyak peserta yang terpapar cuaca buruk dari awal hingga selesainya upacara.
Beliau juga berwelas asih terhadap panitia penyelenggara upacara, karena mereka telah mengerahkan tenaga yang besar untuk acara tersebut!
Untuk meringankan atmosfer yang suram, Guru menggunakan Daya Kekuatan Buddha-nya untuk mengosongkan semua efek negatif dengan mengumandangkan “setiap tetes air hujan yang mengenaimu, adalah hadiah 10 juta dollar”!
Beliau mengatakan bahwa hujan adalah Kekayaan, anugerah dari Usnisa kepada semua!
Bagaimana halnya dengan Panitia Penyelenggara?
Segala usaha telah dikerahkan dan dia mengatakan kalau mereka melakukan penjapaan tanpa henti selama 7 hari 7 malam.
Di dalam Sadhana Padmakumara ada tertulis sebuah ayat pujian: Sebuah Mantra akan menyeberangkan ke Maha Kolam Teratai Kembar.
Apa maksudnya?
Ingatkah saat Guru mengatakan bahwa saat kamu menjapa nama suci atau mantra Buddha Amitabha, kamu perlu membayangkan penampakannya dan pemberkatannya dengan sinar, dan tentu saja dengan mudra tangannya juga.
Demikianlah maka apa yang kamu japa akan menjadi Efektif!
Usnisa Wijaya |
Aku ingat ada seorang fashi dari Amerika Serikat bertanya kepadaku saat di Vajragarbha Caotun: Bagaimana caranya melakukan visualisasi Usnisa Wijaya?
Aku menimpalinya: Sinar putih yang sangat menyilaukan bagaikan Matahari, tapi saat kamu menutup matamu, kamu merasakan kehangatan perlahan-lahan turun dari ujung kepala dan menyebar ke seluruh tubuhmu, memberimu perasaan yang bahagia dan terlindungi.
Sungguh! Bahkan dengan matamu yang tertutup, kamu bisa “melihat” sinar yang sangat menyilaukan tersebut!
Ia bagaikan sinar matahari yang mengenai permukaan logam mengkilap dan sinar yang terpantul dari permukaan tersebut menjadi cukup menyilaukan!
Sayangnya, fashi tersebut tak mau ambil pusing untuk melatih atau bahkan menjapa Dharani Usnisa Wijaya.
Guru memimpin Maha Mayuri puja di Vajragarbha Caotun, 2010. |
Kini mari kita kembali ke upacara Maha Mayuri di bulan Februari 2010 di Vajragarbha Caotun.
Hampir semua peserta duduk di bawah paparan sinar matahari yang menyengat, dan para fashi justru yang paling menderita karena kepala mereka gundul semuanya!
Guru pun dengan penuh welas asih memohon kepada Mayuri untuk membentangkan sayapnya sehingga semua peserta yang duduk di area terbuka mendapatkan keteduhan!
Saat di Taipei – Lotuschef mengambil foto bentuk-bentuk awan saat Guru sedang melakukan variasi mudra untuk menyeberangkan semua arwah yang didaftarkan.
Semua awan yang bergerak berbentuk binatang, dan saat awan berbentuk Seorang manusia muncul, Guru berhenti dan mengakhiri sesi puja.
Bentuk Manusia tersebut terlihat seperti seorang lelaki Indian berkulit merah, seperti di sejarah Amerika!
Guru mempersembahkan dupa di Upacara Akbar Kalachakra, Sentul - Indonesia. |
Satu sesi lain lagi, Upacara Kalachakra di Jakarta, Guru mengatakan asap dari dupa yang dipegangnya menampilkan wajah Kalachakra.
Hahaha! Saat aku melihat foto tersebut, aku melihat Yesus Kristus!
Hiasan kepala dari bunga, rambut dan warnanya, hidung, pipi dan mata, seperti memberitahukan kepadaku “Aku adalah Yesus Kristus”!
Tentu saja dalam kasus ini aku percaya pada versi Guru dan mengatakan pada diriku sendiri bahwa Kalachakra punya asal yang sama dengan Yesus Kristus! :)
Namun demikian, upacara di Taipei kemarin adalah mahluk (kasus) yang berbeda!
Salam semuanya.
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef
Disunting dari Jurnal Lotuschef
No comments:
Post a Comment