Thursday, December 12, 2013

Lotuschef Bermain-main – Agama Penuh Gaya


Ditulis oleh Lotuschef – 30 November 2013
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef at Play – Fashionable Religion 时尚宗教信仰
Image: FORWARD by Elyse Walker



Agama di Singapura


[Mengutip dari Wikipedia – Religion in Singapore]

Agama di Singapura bercirikan adanya perbedaan kepercayaan dan praktek beragama karena berbagai etnis yang berasal dari berbagai negara bercampur di sana. Agama-agama besar yang dianut mayoritas bisa ditemukan di Singapura.

Yang paling banyak dianut adalah agama Buddha di mana 33% dari total penduduknya menyatakan diri mereka sebagai penganut dari hasil sensus terkini.


Toleransi


Pemerintah Singapura telah mencoba melampaui batasan-batasan keagamaan dan rasial. Beberapa agama, terutama yang dipelopori oleh kelompok-kelompok etnis Tionghoa telah menggabungkan tempat-tempat pemujaan mereka dengan agama-agama lain seperti Hindu dan Islam.
Contoh yang sangat jelas adalah Rumah Ibadah Loyang Tua Pek Kong (yang terletak di garis pantai bagian timur) di mana tiga agama: Tao, Hindu, dan Islam berada di tempat yang sama.

Penduduk Singapura yang lebih muda punya kecenderungan untuk menggabungkan kebijaksanaan tradisional dengan berbagai kepercayaan agama yang diperkenalkan di saat Inggris masih menguasai Singapura; sebagai contoh adalah South Bridge Street, yang dulu menjadi jalan utama yang melintasi daerah Pecinan, merupakan lokasi Rumah Ibadah Sri Mariamman berada (sebuah rumah ibadah Hindu India Selatan yang diakui sebagai situs historis nasional di tahun 1980-an), dan begitu juga halnya dengan Mesjid Masjid Jamae yang melayani Muslim Chulia dari Pantai Coromandel India.

Dalam mata pelajaran ilmu pengetahuan sosial yang diajarkan di sekolah, anak-anak belajar tentang kerusuhan Maria Hertogh dan kerusuhan rasial 1964, sebagai sebuah peringatan akan konsekuensi dari konflik antar agama.
Kelas-kelas ras yang beragam, beserta dengan interaksi antara para murid dari berbagai ras dan peringatan festival keagamaan juga turut membantu menanamkan toleransi keagamaan dan kemampuan untuk saling memahami sejak dini.

Ikon keagamaan lain di Singapura adalah Gereja Armenia “Gregorius Sang Penerang” – yang merupakan gereja tertua di Singapura dan selesai dibangun di tahun 1836. Ia juga merupakan bangunan pertama di Singapura yang punya suplai listrik, saat kipas angin dan lampu elektrik mulai dipasang. Sekarang ini, gereja tersebut sudah tidak melakukan pelayanan dengan liturgi Armenia berhubung pendeta Armenia terakhir di sana telah pensiun sekitar tahun 1930-an. Bagaimanapun juga, gereja tersebut beserta dengan tanah lokasi berdirinya telah dilestarikan dengan baik dan berbagai pelayanan Gereja Orthodoks masih dilakukan di sana secara berkala, begitu juga dengan pelayanan Gereja Orthodoks Koptik dari Aleksandria yang dilakukan di minggu pertama setiap bulannya.

Saksi Yehova dan T’ongil-gyo (Gereja Unifikasi) dilarang di Singapura.


Keberagaman


Sensus Singapura meliputi detil data mengenai agama dan etnis, dan dilakukan per sepuluh tahunan.


Sebagian besar warga Singapura merayakan hari-hari besar keagamaan sesuai dengan agama yang mereka anut. Keberagaman agama di sana juga merupakan cerminan langsung dari berbagai ragam ras yang tinggal di sana. Warga Tionghoa adalah mayoritas penganut agama Buddha dan Tao, dan hanya beberapa bagian kecil saja yang agnostik. Orang-orang Malaysia kebanyakan adalah Muslim, sedangkan orang India kebanyakan menganut Hindu namun ada jumlah yang signifikan dalam proporsinya yang menganut agama Islam dan Sikh.

Agama masih menjadi bagian yang integral dari Singapura yang kosmopolit. Banyak bangunan menarik di sana yang menjadi ikon-ikon keagamaan, seperti kelenteng, gereja moderen, ataupun mesjid yang eksotis. Pemahaman akan bangunan-bangunan tersebut tentunya memainkan sebuah peran dalam mengapresiasi seni mereka.

Figur-figur agama Tao, Konghucu, dan Buddha, bersama dengan pemujaan leluhur bergabung ke dalam rumah ibadah Tiongkok yang multiguna. Ketiga agama ini sebenarnya telah memberikan pengaruh kepada kebudayaan dan tradisi Tiongkok sejak masa lampau dan kadang kala cukup susah untuk membedakannya saat meneliti warisan peninggalan kebudayaan tersebut.

---

Teman-temanku sekalian yang terkasih, aku telah melihat banyak orang yang berpikir bahwa Agama merupakan sebuah pengejaran yang penuh gaya!

Hahaha! Aku tak bohong! :)

Menceritakan kepadamu sebuah kisah berikut.
Anak si AA telah didiagnosa dengan kanker stadium 4.
AA, seorang wanita yang menganut agama Katolik Roma, menyiapkan Doa Permohonan Kepada Tuhan supaya menyelamatkan anaknya sebanyak 20 halaman.
Anaknya, yang berada di kursi yang bisa diatur sudut rebahannya, mengenakan baju yang tak dikancingkan, dan mengikuti ibunya dalam membaca Doa Permohonan tersebut.

Guru lalu memberitahuku untuk duduk bersama dengan mereka dan “Mengamati” :)

Aku kemudian merasakan arus “listrik” yang sangat kuat di sekeliling kami. Pastinya hal itu menunjukkan kehadiran ilahi.

Lalu pandanganku tertarik ke arah patung Yesus Kristus di dekat perapian.
Hahaha!
Di sana juga ada sebuah patung Bunda Maria setinggi kira-kira 2 kaki. Tingginya mirip dengan patung Yesus.
Namun patung Yesus di sanalah yang memancarkan “arus” yang lebih kuat! :)

Setelah mereka selesai membaca Doa Permohonan tersebut, kuberitahu anak si AA bahwa dia harus duduk dengan tegak dan mengancingkan bajunya. Lain kali saat membaca Doa tersebut harus berpakaian dengan rapi.

AA segera saja membela anaknya. Ia mengatakan kalau tak perlu rapi-rapian segala.

Ia menyambungnya bahwa setiap minggu ia selalu ke gereja sambil mengenakan topi favoritnya, dan sang pendeta memuji kerapiannya saat beribadah di gereja!
Masih lagi bercerita lebih jauh bagaimana ia berdandan untuk ke gereja......

Hahaha! Lah ternyata omongannya sendiri saling bertentangan!

Yang ingin kusampaikan adalah, banyak orang yang datang ke gereja atau vihara untuk saling bertemu, bukan hanya untuk beribadah, memang ada agenda-agenda pribadi. :)

Pamanku yang kini berumur 70 tahun menjadi seorang Kristen setelah mengikuti upacara di salah satu gereja, dan ia mengatakan kepadaku kalau alasannya adalah mereka yang menghadiri kebaktian di gereja tersebut menjadi makmur dan ia ingin menang lotere supaya cepat kaya dengan gampang!
Padahal dari lahir ia adalah seorang Taois!

Di biara setempat di mana aku dulu sering mampir, mereka yang Kaya dan Terkenal akan datang dengan mobil mewah yang disetir oleh sopir, dan didampingi oleh para pembantunya yang berdandan dengan mewah.
Beberapa dari mereka akan “bersolek”, berusaha menaikkan status mereka, dan “bicara dengan tinggi hati” kepada para staf rumah ibadah dan para pengunjung lainnya.

Benar-benar tontonan yang menarik.

Ketahuilah bahwa Buddha mengajarkan supaya punya pola pikir yang memandang setiap insan dengan Setara. Di sini, Kecongkakan dan Ego adalah faktor yang membentuk berbagai Pikiran yang Tak Baik beserta dengan semua Tindakan yang mengikutinya.

Hahaha! Cobalah kamu lihat mereka yang menghadiri upacara-upacara yang dipimpin Guru!
Berapa banyak yang sungguh-sungguh tertarik untuk berlatih demi menyelamatkan diri mereka?
Berapa banyak yang hadir cuman untuk “bersolek” dan pamer kekayaan?

Siapa yang memulai hal pembacaan nama-nama VIP yang hadir?
Siapa yang masih menarik orang-orang dengan berbagai janji mendapatkan kekayaan, kekuatan, ... dengan menghadiri upacara yang dipimpin Guru?

Siapa yang mengeruk keuntungan besar dengan “Menjual Guru”?

Saat ini (10:45 pagi) di hari Sabtu, Guru pasti enggan “menghibur” para VIP atau menghadiri “Acara Makan Siang Khusus” dengan tambahan Konsultasi dan Pemberkatan!

Mari kita lihat kapan Guru akan sampai di Vajragarbha Caotun hari ini?
Hahaha!

Kalau program-program “hiburan” ini tak segera dihentikan, Guru bisa saja melakukan “Peleburan” menghilang menjadi Sinar Pelangi kembali ke dalam kekosongan semesta!

Lalu mereka para pelayan Guru akan selamanya menjadi biang keladi yang Memotong Nyawa Kebijaksanaan Orang-orang, dan yang memaksa seorang Buddha Hidup untuk meninggalkan alam ini lebih awal dari yang “telah dijadwalkan”!!!


Hahaha! Kamu pikir aku bohong?

Agama, bagi beberapa orang, adalah “latah” ikut-ikutan melakukan hal yang dilakukan oleh rekan atau tetangganya!
Kenapa? Karena itu terasa Penuh Gaya atau sedang “nge-trend” untuk dilakukan!!!


Salam semuanya.


Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef

No comments:

Post a Comment