Tuesday, February 25, 2020

Makan Makanan Berdaging atau Bervegetarian



Karya tulis Mahaguru Lu Sheng Yan, Buku No.154 ‘Aura Kebijaksanaan’ 智慧的光環.
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh True Buddha Foundation Translation Team
Diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber: Taking Meat or Vegetarian Meals




Bab 31 – Makan Makanan Berdaging atau Bervegetarian


Suatu saat seseorang bertanya kepada Dalai Lama, “Bagaimana pandangan Buddhisme Tantra perihal bervegetarian dan makan makanan berdaging?”

Dalai Lama menimpalinya, “Saya pribadi seorang vegetarian, tapi para lama tidak bervegetarian.”

Si penanya kemudian mengangkat isu berikut: “Bila seseorang bukan vegetarian, maka ia sedang melakukan pembunuhan. Bukankah hal itu sebuah pelanggaran dari Lima Sila?”
Jawaban yang diberikan oleh Dalai Lama juga ambigu, memberikan kesan bahwa menjadi non-vegetarian bukan berarti membunuh, dan bahwa tak ada hubungan antara membunuh dengan mengkonsumsi makanan vegetarian.

Bahkan Dalai Lama dengan malu-malu tertawa dan mengatakan, “Para lama tidak membunuh demi makanan, dan mereka pun juga bukan vegetarian.”

Saat aku sedang berada di Biara Drepung Loseling dan makan bersama dengan Sang Khenpo di sana, hanya daging saja yang disajikan.

Sejauh yang kuketahui, aturan yang diberlakukan kepada pemeluk agama Buddha Tiongkok ini diturunkan oleh Xiao Yan, Kaisar Tiongkok Wu dari Dinasti Liang, yang memerintahkan agar para bhiksu dan bhiksuni menjalani gaya hidup vegetarian.
Ini merupakan karakteristik Buddhisme Tiongkok, yang bertujuan untuk memelihara welas asih dan menghindari menciptakan karma negatif.

Mengkonsumsi makanan vegetarian tentunya ada pahalanya tersendiri, namun bukan kunci mutlak untuk mencapai kebuddhaan.

Bila bervegetarian sendiri dapat membawa menuju kebuddhaan, maka kuda, sapi dan kambing sudah dari dulu mencapai pencerahan!

Banyak pemula yang mempelajari agama Buddha tidak terbiasa dengan gaya hidup bervegetarian. Jadi mereka disarankan untuk mengkonsumsi ‘tiga daging bersih’
(di mana tidak melihat saat hewan sedang dibunuh, tidak mendengar saat si hewan menangis saat sedang dibunuh, dan diri sendiri tidak secara khusus melakukan pembunuhan untuk konsumsi pribadi).

Hal ini merupakan solusi kemudahan sebagai alternatif pengganti gaya hidup vegetarian.

Lantas apakah praktisi Satya Buddha harus menjalani gaya hidup vegetarian secara ketat?

Jawabanku adalah: “Terserah kamu.”

Namun para praktisi yang memakan daging harus menyucikan daging tersebut dengan ‘meniupkan’ dan menjapa Mantra Penyeberangan Manjushri.
Ini berarti mengaplikasikan metode Tantra untuk menyeberangkan roh-roh hewan tersebut, mengubah daging menjadi makanan yang terkuduskan.

Setelah menyalurkan pahala kepada roh-roh hewan yang dagingnya akan dikonsumsi, maka daging tersebut boleh dimakan.

Ini karena saat kamu telah mengulurkan belas kasihmu dan menyeberangkan roh tersebut, maka sudah tak ada lagi ikatan jodoh karma negatif antara kamu dengan roh si hewan tersebut.

Ada perbedaan dalam pandangan yang diimani oleh tradisi Sutra dan Tantra perihal makan makanan berdaging dan bervegetarian, namun mohon ingatlah ayat yang dibabarkan oleh Sang Buddha berikut ini:
“Seteguk air bersih
Mengandung 84000 ekor cacing
Bila kamu tidak menjapa mantra
Sama artinya dengan melakukan pembunuhan.”

Kebenaran subtil semacam ini harus dipahami secara hati-hati!


Amituofo
Lotuschef
Pure Karma Vihara
True Buddha School

No comments:

Post a Comment