Ditulis oleh Lotuschef – 2 November 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Food – Purify First or Offer First? [2]
Subjek di dalam artikel ‘Makanan – Dikuduskan Terlebih Dahulu Ataukah Dipersembahkan Terlebih Dahulu?’ adalah seorang reverend. Oleh karenanya aku menyajikan pandangan Guru mengenai hal ini, seperti yang terlampir di kutipan berikut.
[--- Buddhisme Tantra menganggap bahwa semua Buddha adalah mahluk yang berdiam di dalam pikiran non-diskriminatif.
Seorang praktisi dengan pencapaian nyata mampu mengubah arak menjadi nektar, dan daging menjadi makanan yang bersih.
Karena ia menyeberangkan roh dari hewan yang dijagal, maka tak ada bahaya tindakan jahat yang timbul di dalam mengkonsumsi arak dan daging.
Seorang praktisi yang tak punya stamina batin akan meminum arak hingga mabuk, dan makan daging karena rakus. Demikianlah ia melanggar sila utama Buddhisme Tantra, dan menciptakan karma berat bagi dirinya sendiri, yang akan menariknya ke Neraka Vajra saat ia meninggal dunia.
Di luaran, kedua skenario nampak mirip, namun mereka terpisahkan oleh kutub suci dan tidak suci! ---]
[--- Mengkonsumsi makanan vegetarian tentunya ada pahalanya tersendiri, namun bukan kunci mutlak untuk mencapai kebuddhaan.
Bila bervegetarian sendiri dapat membawa menuju kebuddhaan, maka kuda, sapi dan kambing sudah dari dulu mencapai pencerahan!
Namun para praktisi yang memakan daging harus menyucikan daging tersebut dengan ‘meniupkan’ dan menjapa Mantra Penyeberangan Manjushri.
Ini berarti mengaplikasikan metode Tantra untuk menyeberangkan roh-roh hewan tersebut, mengubah daging menjadi makanan yang terkuduskan.
Setelah menyalurkan pahala kepada roh-roh hewan yang dagingnya akan dikonsumsi, maka daging tersebut boleh dimakan.
Ini karena saat kamu telah mengulurkan belas kasihmu dan menyeberangkan roh tersebut, maka sudah tak ada lagi ikatan jodoh karma negatif antara kamu dengan roh si hewan tersebut. ---]
Baca juga: Persembahan Internal dan Eksternal
[--- Ini berarti mengaplikasikan metode Tantra untuk menyeberangkan roh-roh hewan tersebut, mengubah daging menjadi makanan yang terkuduskan. ---]
Hahaha! Ini adalah jawaban Guru. Si reverend tidak paham mengapa kita harus melakukan penyeberangan hewan dan lainnya ‘untuk menyucikan makanan, sebelum mempersembahkannya kepada para Buddha di dalam’.
Oleh karenanya si reverend sebaiknya tidak asal menjawab bahwa: [--- DL: Fo Pusa (Buddha & Bodhisattva) tentunya harus makan sebelum punya tenaga untuk bekerja (melakukan penyeberangan)! ---]
Aku sungguh berharap tak ada orang yang mengajukan pertanyaan yang sama kepadaku lagi, bahkan bila si reverend yang bersangkutan kebetulan juga terlihat sedang makan di hadapanmu dan kemudian melakukan penyucian setelah Buddha & Bodhisattva-nya telah punya kekuatan untuk bekerja!
Hal ini juga membuat kita tahu bahwa orang ini bukan seorang yogi sejati dan sama sekali tidak mendengarkan Guru, atau mencari tahu pandangan Guru mengenai hal ini. Suatu saat bila seorang murid mengajukan pertanyaan kepada seorang reverend, kadang kala bisa jadi Guru sedang hendak memberitahu si reverend itu untuk belajar metode yang benar dan tidak menyampaikan informasi yang salah dan tanpa dasar kepada para umat.
Aku ingin menyampaikan bahwa para murid/umat terkadang ingin mencari kesalahan berhubung aku orang baru, sedangkan si reverend DL sudah menjadi reverend bertahun-tahun sebelum aku. Seperti para murid yang mengatakan bahwa aku tidak melakukan penjapaan sutra untuk orang meninggal seperti yang telah dilakukan oleh para reverend lain semenjak lama!
Hahaha! Aku pun hendak memberitahukan kepada mereka semua yang berpikir demikian, bahwa [Penjapaan sutra untuk orang meninggal ada versi standarnya tersendiri yang telah diajarkan oleh Vihara Vajragarbha Seattle dan Taiwan], dan upacara penjapaan yang dilakukan oleh para reverend yang telah melakukannya semenjak dulu itu adalah Versi Pribadi mereka sendiri. Lagipula banyak dari mereka TIDAK menghadiri pelatihan di salah satu vihara vajragarbha tersebut.
Seperti yang telah kusarankan berkali-kali, lihatlah baik-baik para reverend itu dan bandingkan mereka dengan Guru. Mengapa beberapa orang telah melakukan upacara penjapaan untuk mendiang tapi (roh yang bersangkutan) masih gentayangan?
Dalam bahasa Guru: “Murid-murid ini masih belum berhasil beryoga dengan-Ku.”
Saat kamu tak mampu mengundang kehadiran Guru, maka kegiatan yang kamu lakukan menjadi tak karuan, menyia-nyiakan sumber daya, dan dalam situasi tertentu, KAMU, bisa dianggap sebagai Penipu Berkedok Agama!
Di dalam Tantrayana, si praktisi dapat melatih diri dengan cepat untuk naik, namun dapat jatuh terjerumus dengan cepat pula. Ingat-ingatlah hal ini.
Guru bilang bahwa beliau gemar membaca. Tentunya kita semua juga perlu untuk selalu mencari jawaban bagi diri kita sendiri.
Salam semuanya. Jawaban menurut versi Guru adalah Sucikan Makanan Terlebih Dahulu!
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef