Dibagikan dengan anotasi oleh Lotuschef – 17 Maret 2017
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: 正思惟~师尊加持?Right Resolve ~ GM's blessing empowerment?
Jalan Utama Berunsur Delapan seringkali dibagi menjadi tiga bagian:
- Kebijaksanaan (Pali: Pañña; Sanskerta: prajñā)
[1] Pengertian Benar (sammä-ditthi)
[2] Pikiran Benar (sammä-sankappa)
- Kemoralan (Pali: Sīla)
[3] Ucapan Benar (sammä-väcä)
[4] Perbuatan Benar (sammä-kammanta)
[5] Pencaharian Benar (sammä-ajiva)
- Konsentrasi (Pali: Samädhi)
[6] Daya-upaya Benar (sammä-väyäma)
[7] Perhatian Benar (sammä-sati)
[8] Konsentrasi Benar (sammä-samädhi)
正思惟又作正志、諦念,包括出離思惟、無恚思惟、無害思惟,其中思惟可分為三種:邪思惟、漏正思惟、無漏正思惟。
正思惟指正確思惟,以引導生如理如實的智慧。特指離開世俗的錯悟分別,離開邪妄迷謬,而作佛教的純真的智慧思索,即指聞、思、修、證的第二階段。
出離,是指远离贪业。
無恚,指滅除嗔怒,生起慈心。
無害,是指滅除殘忍,生起悲心。
Pikiran yang benar, Niat yang benar (samyak-saṃkalpa/sammā sankappa) juga bisa diartikan sebagai “pikiran yang benar”, “pengartian (arti, bukan pengertian) yang benar”, “tujuan yang benar” atau “pengerahan kemauan kita untuk berubah”.
Di dalam faktor ini, si praktisi harus terus-menerus bercita-cita untuk menyingkirkan segala kualitas yang salah dan tak bermoral dari dirinya sendiri.
Pemahanan yang benar atas Pandangan yang Benar akan menolong si praktisi dalam membedakan antara tujuan yang benar dan yang salah.
Di dalam kanon berbahasa Mandarin dan Pali, di jelaskan seperti berikut:
Dan apakah itu Pemikiran Benar?
Mempunyai keteguhan hati dalam meninggalkan keduniawian, atas pembebasan dari rasa dendam, atas sifat yang tidak merugikan:
Inilah yang dinamakan sebagai Pemikiran Benar.
Ia berarti meninggalkan hal-hal duniawi dan memberikan komitmen yang lebih besar kepada jalan kebatinan; amal; dan komitmen tiada kekerasan terhadap para insan lainnya.
Pikiran Benar (sammà samkappa) adalah langkah ke-2 di dalam Jalan Mulia Berunsur Delapan yang diajarkan oleh Buddha.
Pikiran-pikiran berwujud menjadi kata-kata atau gambaran yang terbentuk di dalam batin dan seringkali disertai oleh atau memunculkan perasaan yang kemudian diikuti oleh munculnya tindakan.
Sedangkan bagian ke-2 dari Jalan Mulia Berunsur Delapan adalah Pikiran Benar.
Semua bagian tersebut tidak diurutkan secara khusus, tapi kamu memulai dengan Pemahaman yang Benar dan berakhir dengan Pemahaman yang Benar.
Semua bagian dilakukan secara serentak.
Secara ringkas, perbedaannya dengan bagian Pemahaman yang Benar, adalah kamu memulai dengan beberapa pehamaman mengenai ajaran-ajaran Buddha dan mengakhiri dengan pemahaman ajaran Buddha berdasarkan pengalaman yang didapatkan.
Selama proses tersebut, kedelapan bagian dilakukan secara serentak.
Sang Buddha
menggambarkan ada 2 jenis pikiran:
Pikiran yang mengembara ke mana-mana (vicàra), dan pikiran yang logis atau terarah (vitakka).
Biasanya, batin kita selalu penuh dengan pikiran yang terpecah belah, acak, mengeluyur ke mana-mana dan kendali kita atas mereka atau terhadap apa yang akan terjadi setelah itu hanyalah kecil. Saat kita mempunyai tugas yang harus dilakukan atau sebuah masalah yang harus diselesaikan, maka Kemauan akan mengendalikan dan mengarahkan pikiran kita ke suatu arah tertentu. Namun pada umumnya, begitu tugas itu telah selesai atau masalah telah terpecahkan, kemauan akan surut menghilang dan pikiran akan mulai mengeluyur tak menentu lagi. Di sini Buddha memberikan pengamatannya yang penting tapi seringkali diabaikan, bahwa
‘Apapun yang dipikirkan dan direnungkan oleh seseorang, seringkali batin akan cenderung mengarah ke sana’ (M.I,155).
Begitu ada sejenis pikiran yang kita pikirkan terus-menerus, maka akan semakin sering mereka muncul.
Bila kita sering mempunyai pikiran seputar keserakahan dan membiarkannya terus ada, maka mereka cenderung untuk lebih sering memenuhi batin kita, dan kita akan mulai bertindak dengan gaya yang lebih serakah.
Oleh karenanya, sebuah aspek yang penting dalam mempraktikkan agama Buddha adalah melatih Pikiran Benar, tidak membiarkan berbagai pikiran negatif tinggal di dalam batin kita, dan juga menggiatkan pikiran-pikiran yang positif.
Sang Buddha secara luas mendefinisikan Pikiran Benar sebagai pikiran-pikiran akan tiada kemelekatan, mengenai cinta kasih dan menolong (M.III,251). Konsentrasi Benar, Perhatian Benar, dan Daya Upaya Benar jugalah penting dalam membantu proses perkembangan Pikiran Benar.
Pikiran Benar meliputi berbagai pikiran cinta kasih dan tanpa kekerasan terhadap semua insan. Di dalam meditasi vipassana, kesadaran diletakkan pada pikiran dengan niat untuk mengakhiri pikiran sehingga meditasi bisa terus berjalan di saat ini dan bebas dari segala pikiran buruk. Pikiran Benar pada dasarnya mengacu pada pikiran yang bajik, yang sangat erat kaitannya dengan Pengertian Benar karena ia pada akhirnya akan menampakkan hasil setelah melewati praktik dan pencapaian kebijaksanaan.
Dua ayat pertama dari Dhammapada bab pertama yang dibabarkan oleh Sang Buddha adalah:
“Diri kita saat ini adalah hasil dari apa yang telah kita pikirkan, ia dibangun oleh pikiran kita, ia diciptakan oleh pikiran kita. Bila seseorang berbicara atau bertindak dengan pikiran yang suci, kebahagiaan akan mengikutinya bagai bayangan yang tak pernah meninggalkannya.”
Pikiran kita sama pentingnya dengan tindakan kita karena mereka menciptakan diri kita sekarang ini, demikianlah sudah menjadi kewajiban supaya kita menjaga pikiran kita tetap suci.
Sebagai contoh adalah dengan membayangkan bila pikiranmu dipenuhi dengan uang dan cara mendapatkan uang. Keserakahan menjadi porsi besar di dalam hidupmu. Ia menggambarkan siapa dirimu. Pikiranmu menjadi terpaku pada uang dan demikianlah kamu menjadi seperti itu.
Contoh lain adalah seseorang yang pada umumnya disebut sebagai “orang yang pikirannya tercekam pada satu masalah saja.” Yang seperti ini akan memfokuskan batin dan pikirannya hanya pada satu topik saja. Segala percakapan yang muncul dari orang seperti ini cenderung berkisar pada satu subjek itu. Dimulai dengan pikiran dan kemudian meresap hingga menggambarkan siapa orang tersebut.
Seseorang yang optimis adalah ia yang melihat berbagai hal secara positif. Orang ini memancarkan kebahagiaan dan cinta kasih. Yang seperti ini akan menyapa orang dengan senyuman dan hal tersebut dilakukan dari lubuk hatinya, tidak hanya karena terkekang oleh etiket. Sikap positif seperti ini dimulai dengan pikiran yang baik dan positif.
Dengan menjaga pikiran kita selalu bajik dan di saat ini mendorong munculnya pikiran-pikiran yang produktif saja, maka pikiran barulah akan bermanfaat dan tidak kontra-produktif.
Sebuah kutipan lain dari Buddha yang berhubungan dengan Pikiran Benar adalah:
“Musuh terbesarmu tak akan mampu mencelakaimu sehebat pikiranmu sendiri bila ia tak dijaga. Namun begitu dikuasai, tak ada yang mampu menolongmu sekuat pikiranmu sendiri, bahkan itu ayah ataupun ibumu.” (Dh. Bab 3)
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
师尊加持? Berkat dari Mahaguru?
Apakah kamu benar-benar memahami apa maksud dan kegunaannya?
Dan juga apa saja batasan-batasannya?
Terlalu banyak sesuatu hal malah akan mencelakaimu!
Bagaikan pecandu narkoba, yang selalu mengejar sesuatu tiada henti, hal ini akan membuatmu menjadi “Tergantung” tanpa mampu melepaskan diri darinya!
COBALAH DIRENUNGKAN!
Salam Metta,
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef