Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Lotuschef – 22 Oktober 2012
Diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Lotus Nino
Sumber: Lu Sheng Yan’s Key Principles
Artikel sumber: 盧勝彥的心要 - 第一篇——序曲
Sheng-yen Lu, Buku No. 96, Bab 1 – Pengantar
[1] Buddha Shakyamuni muncul di dunia karena Karma persoalan duniawi. Demikian juga aku (Buddha Hidup Lian Sheng), muncul di dunia karena jodoh (afinitas) duniawi yang agung.
Dunia boleh saja mencemooh:
“Buddha Hidup Lian-sheng, Sheng-yen Lu, mana bisa bisa dibandingkan dengan mereka yang maha suci!”
“Sungguh, sungguh, aku memberitahumu: {Aku adalah seorang Buddha}.”
Kita ini belajar agama Buddha, maka pasti akan menjadi seorang Buddha, kalau aku bukan “Buddha” lalu siapakah aku?
Para insan, janganlah meremehkan dirimu sendiri, saat tercerahkan tentunya menjadi Buddha, kalau bingung/tersesat maka tetap menjadi insan biasa. Kita masing-masing ini, bicara secara luas, adalah Buddha.
Afinitas dunia yang penting:
Mempelopori/membuka jalan menuju Kebuddhaan, menampakkan Sifat Sejati Kebuddhaan, mencapai Kebijaksanaan Pencerahan yang Sejati, dan menjadi Buddha. Melebur ke dalam alam-alam Buddha dengan mendalam.
Maka aku memberitahu kalian semua: “Aku adalah seorang Buddha.”
[2] Jangan melakukan kejahatan, lakukan semua hal yang baik, dan sucikanlah pikiranmu; inilah ajaran Sang Buddha.
Dua yang pertama “tidak melakukan kejahatan, dan melakukan semua kebaikan” adalah eksoterik. Sedangkan yang terakhir “sucikanlah pikiranmu” adalah buddhisme esoterik atau Tantra.
Tantra adalah Penyucian Tubuh – Ucapan – dan Pikiran. Sebenarnya ketiga hal ini adalah SATU adanya, karena saat Hati/Pikiran telah tersucikan, maka otomatis Tubuh dan Ucapan juga tersucikan.
Jadi, menyucikan pikiran adalah Tantra.
Ajaran rahasia Tantra, tujuan akhirnya adalah untuk {Menyucikan pikiran sendiri}.
[3] Dalam hidupku ini – dipengaruhi oleh cara pikir buddhis tradisional yang kontroversial, kemudian juga mengalami fitnahan yang terbesar, dan dikucilkan oleh dunia religius.
Tapi sejujurnya aku beritahukan kepada kalian semua:
Dari perspektif diri maupun orang lain, sebenarnya aku tak pernah bersengeketa dengan siapapun, tak ada seorangpun yang memfitnahku, tak ada yang mengucilkanku.
Apa yang aku, Buddha Hidup Lian-sheng, katakan adalah dari dalam hati dan jiwaku. Aku punya Kedamaian Abadi, Kebijaksanaan Tertinggi yang tak tertandingi, semua fitnah dan penolakan juga tak ada yang bisa mempengaruhiku.
Oleh karenanya, ini sama artinya dengan [tak ada seorangpun yang pernah bersengketa, memfitnah, ataupun menolak diriku.]
[4] Ordo Satya Buddha-ku adalah aliran yang “asli” (otentik).
Karena “tidak ada sektarianisme”. Sektarianisme adalah kamp kecil yang labil.
[Catatan penerjemah: Sektarianisme – adalah pikiran sempit yang melekat pada sebuah partai atau denominasi atau aliran tertentu.]
Gerbang Kristen. Gerbang Katolik. Gerbang Islam. Aliran-aliran Buddhis juga punya banyak pintu gerbang.
Hanya Ordo Satya Buddha saja yang melebur semuanya dengan harmonis dan tidak mengucilkan ordo-ordo lainnya. Kita menerima dan memeluk mereka semuanya.
Alam Dharma banyaknya tak terhingga, begitu juga Satya Buddha juga tak berpintu.
Kemurahan hati-Ku (Buddha Hidup Lian-sheng) juga luar biasa tak terukur.
Sikapku terhadap berbagai agama dan aliran lain adalah:
Menggunakan (agama) dengan efisien; digunakan supaya bisa memberi manfaat; digunakan dengan sebaik-baiknya; digunakan dengan menyesuaikan situasi sehingga tahu manfaat apa yang bisa dipetik darinya.
Aku juga membagikan dharma sesuai dengan kebutuhan (kapasitas) masing-masing individu.
Beberapa orang berkata: “Ordo Satya Buddha ini kultus sesat!”
Namun sejujurnya aku memberitahu semuanya:
Kepada mereka yang perbuatannya jahat dan pandangannya menyimpang, kita perlu menggunakan persuasi yang baik daripada membabi buta menghajar mereka. Justru kelompok-kelompok seperti inilah yang perlu kita ajar dan selamatkan. [Catatan Lotuschef:
ini adalah salah satu tugas saya dari Guru – untuk meyakinkan dan membujuk baik pihak Pemfitnah maupun para murid Satya Buddha supaya tidak saling menyerang, terutama hal ini ditujukan kepada Komite Pusat Satya Buddha!]
Ordo Satya Buddha ini memberi manfaat bagi semua insan, juga menyucikan seluruh dunia.
Kalau begitu di manakah yang namanya Jahat? Di manakah si Sesat (thirtika) berada?
[5] Tidak melakukan kejahatan, dan melakukan semuanya yang baik – dengan ini pasti bisa naik ke alam surga. Hampir semua agama juga punya konsep seperti ini.
Tidak melakukan kejahatan, dalam agama Buddha dibagi menjadi lima komponen: Membunuh, Mencuri, Sex yang menyimpang, Berbohong, Minum (minuman keras hingga mabuk).
Kemudian Lima Kejahatan dirubah menjadi Lima Kebajikan, mereka adalah: Pengetahuan, Kebenaran, Minat, Fleksibilitas, Welas Asih – inilah kebajikan dasar dari seorang sadhaka.
Aku, Buddha Hidup Lian-sheng, berkata:
Tidak melakukan kejahatan, tapi melakukan semua kebajikan – akan naik ke alam surga.
Bila kekacauan tidak mempengaruhi hatinya – maka naik ke Dewachen (Surga Barat/Sukhawati).
Bila Tubuh, Ucapan, dan Pikirannya tersucikan – sama artinya dengan mencapai Kebuddhaan dengan segera.
[6] Melatih Esoterik dan Eksoterik ada sedikit perbedaan:
Eksoterik adalah “mengikuti Dharma dan bukan bergantung pada si individu”.
Esoterik (Tantra) adalah “sesuai dengan Dharma dan si individu yang bersangkutan”.
Ini karena Tantrayana membutuhkan pemberkatan abhiseka dari Guru Akar barulah si praktisi bisa mencapai keberhasilan.
Aku, Buddha Hidup Lian-sheng, mengenali 3 kelompok orang yang melatih Tantra tapi tak akan mencapai keberhasilan:
Yang pertama adalah yang meragukan dirinya sendiri – ragu bahwa dirinya bukanlah Buddha, mengira dirinya sendiri tak akan bisa menjadi Buddha, ragu kalau dirinya sendiri tak punya potensi untuk menjadi Buddha.
Yang ke-dua, meragukan Gurunya – keraguannya ini akan menyebabkan hilangnya penghormatan dan kepatuhan, tentu saja tak bisa mendapatkan pemberkatan dari sang Guru Akar, dan dengan ini tak akan mendapatkan keberhasilan.
Orang yang ke-tiga, meragukan Dharma Tantra – karena keraguannya ini maka ia tak dapat melatih secara mendalam, dan karena tidak bisa mendalam maka ia tak bisa MENGGUNAKANNYA; oleh karenanya ia melatih dengan sia-sia karena tak ada manfaatnya?
Maka di sini aku menjamin: Mereka yang yakin bahwa dirinya adalah Buddha; juga menghormati Buddha Hidup Lian-sheng Lu Sheng Yen; punya iman yang kokoh pada Dharma Tantra Satya Buddha dan melatihnya sehari sekali, tekun dan tak mundur; tidak ada satupun yang dimelekatinya – pasti akan mencapai Kebuddhaan.
[7] Zen ada sesuatu yang dinamakan {meragukan dan menebak}!
Keraguan besar adalah pencerahan.
Keraguan kecil maka tak tercerahkan.
Tidak ada keraguan maka tak ada pencerahan.
Buddha Shakyamuni mengajak para sadhaka untuk {meragukan dan menebak}, kenapa demikian?
Aku, Buddha Hidup Lian-sheng, menjawabnya:
Di sini, ragu bukanlah akan Diri Sendiri, Guru, ataupun Dharma. Ia adalah pelatihan [Kontemplatif/Merenung]; yang berarti senang mempelajari semua Dharma Buddha beserta filosofi-filosofi di baliknya; mencari tahu dan merenungkannya dengan mendalam sehingga mendapatkan kebenaran yang lebih lengkap dan sejati – dari merenung lalu menginterpretasikannya dan kemudian tercerahkan.
[8] Dharma Buddha begitu luasnya, lalu bagaimana caranya belajar dan melatihnya?
Banyak umat Buddha yang mulai belajar dengan tekun, namun saat memasuki lautan Dharma, mulailah mereka menyadari betapa besar dan luasnya Buddha Dharma – tak terukur, tak terselami, kaget, tak tahu harus mulai dari mana supaya bisa memahami dengan sempurna, akhirnya malah jadi tidak mendengarkan, tak berpikir, tak melatih diri, menyerah di sana, dan tak mau belajar lagi.
Aku, Buddha Hidup Lian-sheng, menyarankan:
Saat masih muda – belajarlah sebanyak-banyaknya.
Saat usia pertengahan – dalamilah satu sadhana saja.
Saat usia tua – latihlah saja sadhana untuk terlahir kembali.
Kalau kamu berpikir [Belajarlah sebanyak-banyaknya] sungguh rumit, sehingga tak bisa menyelami Dharma, kenapa tak bertanya saja pada Guru Akar untuk sebuah sadhana, dan kemudian melatihnya sepanjang hidupmu. Mendalami Satu sadhana sudahlah cukup.
Begitu kamu berhasil melatih satu sadhana, artinya sama dengan berhasil melatih semuanya. Oleh karenanya, aku secara pribadi merasa bahwa “mendalami satu sadhana” adalah hal yang terpenting!
Belajar sebanyak-banyaknya tapi tidak dilatih, bagaikan orang yang hanya melihat makanan enak tapi tidak turut memakannya, sama saja tak ada manfaatnya.
Bagi orang tua, selama [hatinya tak kacau] dan melatih sadhana Kelahiran Kembali, itu sudahlah cukup.
[9] Padmasambhava berkata: Hormatilah Gurumu, Hargailah Dharma (yang diajarkannya), dan Berlatihlah dengan tekun.
Aku mengatakan: “Kalau bisa digunakan, baru akan menjadi orang yang tercerahkan!”
Teori Zhi-du mengatakan:
Dharma adalah rute/jalan yang sangat berharga.
Akan menjadi tidak berharga kalau tidak dilatih.
Tapi kalau bisa melatihnya dengan tekun, meski tidak berpengetahuan luas, setidaknya bisa memasuki jalan (dharma) dulu.
[10] Aku sering berpikir, kenapa aku harus melatih diri? Karena aku menyadari:
Pentingnya Hidup dan Mati.
Betapa cepatnya ketidakkekalan datang.
Dan aku, Buddha Hidup Lian-sheng, memahami beberapa Kebenaran dari pengalaman-pengalaman hidup bahwa:
- Penderitaan berarti: Menderita karena Lahir – Tua – Sakit – Berpisah dengan yang dicintai – Kebencian – Hal-hal yang tak tercapai – Lima indera yang bermasalah [inilah 8 penderitaan].
- Ilusi berarti: hidup ini tidak nyata atau ilusi belaka.
- Ketidakkekalan: Bila ada jodoh (afinitas) maka akan Muncul, saat jodoh habis maka akan Menghilang. Semua fenomena ini silih berganti dengan cepat.
Aku memahami [8 Penderitaan Kehidupan] ini, dan “semuanya adalah ilusi”, serta [ketidakkekalan yang datang dengan cepat], supaya bisa mempunyai hati yang suci dan pikiran yang waspada, oleh karenanya aku merasa bahwa [melatih diri] adalah hal yang paling penting di dalam hidup ini.
[11] Dalam bukuku, [Firman-firman Emas dari Lu Sheng Yen], aku pernah menuliskan:
Buddha Shakyamuni memberikan vyakarana kepada Devadatta sebagai pemberkatan akan pencapaian kebuddhaan-nya, dan pada saat yang sama juga berterima kasih kepadanya atas penganiayaannya.
Aku juga sama halnya mengikuti ajaran-ajaran suci Buddha Sakyamuni,
Mengucapkan terima kasih:
Salut kepada para Pendeta Agung atas pemberkatannya yang berkebalikan.
Salut kepada orang awam yang besar atas pemberkatannya yang berkebalikan.
Salut kepada setan (mara) langit yang agung atas pemberkatannya yang berkebalikan.
Salut kepada setan manusia yang besar atas pemberkatannya yang berkebalikan.
Salut karena tidak menyalahkan maksud dari para setan yang memberikan berkat.
Dengan tulus aku berterima kasih atas semua pemberkatan yang berkebalikan, bahkan dengan adanya permberkatan semacam itu aku akan menjadi lebih tekun, itulah kenapa hingga hari ini aku bisa menunjukkan hasil dari pelatihan {mengkhususkan diri pada Satu}. Tanpa pemberkatan yang berkebalikan, pasti akan mudah goyah.
[12] “Sadhana Tantra Satya Buddha” selaras dengan tiga rahasia untuk mencapai Kebuddhaan, tiga rahasia tersebut adalah:
- Tubuh – selaras dengan mudra.
- Ucapan – selaras dengan mantra.
- Pikiran – selaras dengan visualisasi.
“Mudra” melambangkan mudra tubuh sang yidam.
“Mantra” menyimbolkan keberhasilan sang yidam dan tingkat harta dharma-nya di saat itu.
“Visualisasi” mewakili isi pikiran dan kekuatan pikiran sang yidam.
Kunci yang terpenting dalam “Tantra Satya Buddha” adalah:
Pertama: Padatkan (fokuskan) berbagai macam pikiran yang bercabang ataupun gangguan menjadi SATU.
Ke-dua: Rubahlah Satu Pikiran menjadi Tiada Pikiran.
Ke-tiga: Pahamilah bahwa Tiada Pikiran itu artinya sama dengan Alam Semesta yang Kosong.
Inilah yang dimaksud, dari Mudra – Mantra – Visualisasi, kemudian dihubungkan ke dalam Meditasi Samadhi, dan akhirnya mencapai kondisi yang tertinggi yaitu Kebuddhaan. Inilah sadhana tantra Satya Buddha.
Aku, Buddha Hidup Lian-sheng, sungguh-sungguh memberitahu semua bahwa dengan [Tantra Tertinggi] di sana ada:
- Kesatuan Spiritual – bersih, terang, mengalir dengan mulus (merujuk pada Citarasa Dharma).
- Tiada Pikiran – semua elemen kehidupan mengalir kembali (ke arah sebaliknya).
- Kekosongan Universal – segera mencapai Kebuddhaan.
Aku merasa bahwa saat aku memegang kendali atas situasi, semuanya berjalan dengan “otomatis”, inilah tantra tertinggi! Saat memasuki Samadhi, “energi” tubuh kita secara alamiah akan mengalir kembali dan menjadi terfokus.
Tinggal di dalam Kekosongan Semesta (Sifat Sejati Buddha), maka sifat sejati diri sendiri akan muncul secara otomatis, menunjukkan sifat kebuddhaan-nya.
[13] Aku ingin mengungkapkan “kunci kebijaksanaan terunggul” ini kepada semua insan sejelas-jelasnya – bahwa sadhana di dalam Tantra terbagi menjadi bagian “awal, inti, dan akhir”.
Bagian yang terpenting adalah bagian sadhana inti.
Ia adalah Visualisasi – Mudra – dan memasuki Samadhi.
Visualisasi: Dengan pikiran menghentikan pikiran-pikiran lain.
Mantra: Mengundang yidam untuk melebur (menyatu) dengan diriku, dan aku kemudian melebur dengan sang yidam.
Memasuki Samadhi: Melebur ke dalam Kedamaian.
Pada bagian Inti, ada banyak kunci-kunci penting yang harus dipersiapkan untuk menuju Kebudhaan sebagai titik akhirnya, mereka adalah {melebur menjadi Satu}, {merubah menjadi Tiada Pikiran}, {menjadi setara dengan Kekosongan Universal}, dan pada akhirnya untuk {mencapai Kebuddhaan dengan segera}.
Kunci-kunci utamaku adalah sebagai berikut:
Nadi dengan nadi saling terhubung.
Qi atau Prana melebur dengan Prana.
Titik-titik Cahaya Bindu saling melebur.
Sinar yang muncul saling bertransformasi.
Aku, Buddha Hidup Lian-sheng, dengan [Prana, Nadi, Bindu] dalam tubuhku sendiri, melatih untuk [memasuki arus dharma]; [tinggal di dalam kesucian]; [menjaga penyatuan yang harmonis]; benar-benar menembusi semua nadi internal dan eksternal. Kunci-kunci ini akan aku ungkapkan satu demi satu di dalam buku ini.
===
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom.