Sunday, September 15, 2013

Hati tak bertambah ataupun berkurang, ia mendapat ataupun kehilangan juga menuruti jodoh 心无增减,得失随缘


Kutipan artikel guru diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Lotuschef
Ditulis oleh Lotuschef – 7 September 2013
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: 心无增减,得失随缘 No increase nor decrease at heart, gain or loss as per affinity



Kasus A


Mengutip artikel Guru: 蓮生活佛盧勝彥第147冊文集 - 心無掛礙

[有一位出家人釋賞天,在講經說法的時候,喜歡提及蓮生活佛盧勝彥。
他不稱呼我的法號「釋蓮生」,也不稱我是「蓮生活佛」,更不提「華光自在佛」,他直接稱呼我叫「盧小子」。
釋賞天批評我的時候,情緒是激動的,聲調是高昂的,說的比較急,像嘩啦嘩啦的水,流個不止。]

[Ada seorang yang bhiksu, dengan nama keluarga Shi (seperti nama Shakyamuni) Shang Tian, yang suka menyebut Buddha Hidup Lian Sheng, Lu Sheng Yan saat berceramah dharma.

Ia tak mau menyebut gelarku sebagai “Shi Lian Sheng”, atau memanggilku dengan “Buddha Hidup Lian Sheng”, apalagi dengan sebutan “Hua Guang Zi Zai Fo” – Buddha Padma Prabha Svara. Langsung memanggilku “Lu si bocah kurang ajar”.

Saat Shi Shang Tian mengkritikku, emosinya bergejolak, suaranya meninggi, bicaranya juga terburu-buru, seperti air yang mengalir “hua la hua la” tak berhenti.]


Kasus B


Baca juga: Kebijaksanaan yang nampak gila – Bertemu dengan Seorang yang Jiwanya Tersesat

[Lalu LL berjalan mendatangiku dan saudari AA sedang mengobrol denganku.
Saat dia datang, ia memanggil: Lian Chu Da De! [bukan fashi]! :)

Lalu bertanya: Apa kabarmu?
Dan melanjutkan bercerita bahwa aku kini lebih populer dan terkenal dibanding dia.

Aku katakan: Siapa yang sedang membanding-bandingkan dan siapa pula yang ingin membanding-bandingkan?

Aku pernah mengingatkan dia sebelum aku pulang dari Seattle tahun 2009, menyarankannya supaya tetap teguh dan bersadhana dengan tekun serta jangan asal ikut-ikutan orang lain dengan membabibuta, harus punya keyakinan teguh pada Guru.

Ia mengulangi lagi kalau aku sudah jauh di atas dia dan ....

Kuberitahu dia bahwa aku tak ingin melanjutkan percakapan ini dengan dengannya.
Ia terus saja menempel dan mulai bicara lagi.]


Kasus C


Baca juga: Menanggapi Anak Panah Pencerahan 1 September 2013

[Kemarin ada anak panah pencerahan yang diajukan lagi kepada Guru.
Sayangnya murid ini sudah melakukan kesalahan besar di awal saat menuliskan penghormatannya! :)

Dituliskan: Berharap Guru tak memasuki Nirwana! [不入涅盘].
Sebuah pernyataan yang Guru telah jelaskan supaya jangan dipakaikan kepadanya!!!]

---

Teman-temanku yang terkasih, saatnya BERMAIN-MAIN! :)

Kasus A dan B bisa dibilang mirip kalau melihat si pembicara yang ingin meletakkan diri mereka di posisi terdepan, seperti Pahlawah lah! :)

Kelihatan berani tapi hanya dibuat-buat, dan tak ada inti Buddha Dharma yang sejati di dalamnya, bukan?

Ngomong dengan nada tinggi atau bahkan berteriak, menunjukkan kalau diri mereka sendiri tak stabil dan tak nyaman dengan semua perkataannya. Jadilah mereka harus menggunakan “Senjata” yang menurut mereka akan mampu membawanya berada di atas para musuhnya. Mereka pikir “senjata” tersebut harus digunakan untuk menaklukkan para musuhnya sebelum tujuannya terungkap.

Halah tindakan para Tukang Gertak! :)

Konfrontasi sebenarnya merupakan hal yang besar dan menakutkan bagi mereka, ini karena mereka kurang Percaya Diri dan tak punya Tujuan yang Mulia.

Seorang Yogi Sejati atau Murid Buddha, akan mampu menyampaikan pengetahuan mereka dengan Tenang, Kalem, dan Pikiran yang Jernih – Kalimatnya pendek tapi maksudnya tersampaikan dengan jelas!

Satu hal lagi yang umum adalah suka Membanding-bandingkan!
Guru baru saja menjelaskan bahwa Pelatihan Diri SUNGGUH bergantung pada DIRIMU SENDIRI!

Dalam Kasus A, Shi ST, ketahuan kalau sama sekali tak punya pengetahuan mengenai Tantrayana; dan sama halnya dengan kebanyakan orang di ordo Hinayana ataupun Mahayana, pikiran mereka terlalu sempit dan tak punya Pengetahuan yang Benar akan Buddha Dharma, tapi terus-menerus menggunakan Buddha Dharma untuk “menelanjangi” orang lain yang mereka anggap sebagai “iblis”!
Hahaha!

Kalau saja dia punya sedikit pemahaman akan 9 Yana, bukankah ia tak akan melancarkan rudal ke Guru dengan berapi-api?

Contoh nyata kebodohan? :)

Berbagai bentuk panggilan seperti Shi – atau Anak Kecil Kurang Ajar, atau Da De, sama sekali tak akan berarti bagi seorang Buddha Hidup atau Yogi Sejati!
Guru sebelumnya pernah menuturkan, bahwa kamu melihatnya sebagai seorang Buddha atau seorang Awam akan menentukan Pemberkatan yang akan kamu terima dari beliau!
Jadi, rugi/tidaknya ya tergantung kamu sendiri!

Kasus B dan C – dari awal sekali yang keluar dari mulutnya ataupun tulisannya sudah menunjukkan sikap mereka!
B – dengan lantang memanggil Lian Chu Da De!
C – menulis: Berharap Guru tak memasuki Nirwana! [不入涅盘]!
Bukankah yang beginian harusnya langsung dihentikan saja?

Guru sungguh berwelas asih, masih mau melanjutkan membacakan Anak Panah Pencerahan yang diajukan.
Berarti aku kurang berwelas asih dong? Hahaha!
Aku langsung hentikan percakapan tersebut!

[Hati tak bertambah ataupun berkurang, ia mendapat ataupun kehilangan juga menuruti jodoh] – berarti Karma seseorang adalah tanggung jawabnya sendiri.
Oleh karenanya, apa yang dia putuskan untuk lakukan, tak berdampak kepada orang lain, selama orang-orang lain tersebut paham konsep ini dengan baik.

Di dalam Sutra Intan, kunci penting yang harus diingat adalah: jangan beri kesempatan pada Hal-Hal Negatif untuk muncul dalam Hati/Pikiranmu.

Melihat berbagai anak panah pencerahan yang ditembakkan, kebanyakan anak panah baru-baru ini terlalu panjang, dan kita sendiri bisa melihatnya bahwa mereka tak yakin akan tulisan mereka sendiri, sambil berpikir bahwa memasukkan banyak konsep akan membantu tujuan mereka (maksudnya: masukkan saja yang banyak, siapa tahu ada yang mengenai)!

Sebenarnya jawaban untuk {Bagaimana cara memotong Penderitaan dengan segera?} bisa diringkas ke dalam 2 karakter Bahasa Mandarin saja.
Sungguh tak perlu menduplikat Dharani ke dalam Anak Panah Pencerahan!
Guru sudah memberikan jawabannya di dalam ceramah-ceramahnya!

Hahaha!

Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef

No comments:

Post a Comment