Ditulis oleh Lotuschef – 11 Juni 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef in Conversation – Tainted Food
Rouleau des Etres Affamés, Collection of Kyoto National Museum |
Aku menuliskan Kebenaran mengenai Makanan yang Tercemar.
Di bulan Maret silam, aku makan bersama Si Y, seorang temanku, yang mampu berkomunikasi dengan para roh. Ia memberitahuku bahwa ia sering menolak memakan makanan yang ada di hadapannya karena ia bisa melihat roh-roh memakannya dan meninggalkan air liur dan kadang kala malah lendir pada makanan tersebut.
Sedangkan Si M, seorang perempuan kecil dengan roh saudara kandungnya berada di badannya, tidak bisa melihat hal tersebut. Namun, ia memberitahuku bahwa ia sering menolak makanan pesanannya padahal saat itu memesan dengan nafsu makan yang besar, dan saat makanan pesanan datang, ia seperti tidak ingin memakannya lagi.
Ia seperti mampu merasakan bahwa makanan tersebut tercemari oleh sekresi dari para roh?
Kembali lagi ke Bhiksu Besar kita yang dulu bilang kepadaku supaya tidak makan bersama para umat karena makanan yang mereka sentuh akan menjadi Makanan Tercemar!
Sedangkan para umat sendiri mengeluh bahwa ia ingin makan duluan dan menghentikan mereka sewaktu mereka hendak mengambil makanan yang dihidangkan. Ia bilang bahwa ia harus makan duluan atau harus dilayani duluan!
Merasa setinggi dan berkuasa seperti itu, ia lupa bahwa Guru mengajarkan “Om Ah Hom” mampu menyucikan apapun juga!
Atau jangan-jangan ia tak punya keyakinan dalam menarik cahaya dengan “Om Ah Hom” untuk menyucikan makanan?
Guru juga mengajarkan kita Mantra Penyeberangan Manjushri untuk menyucikan makanan dan juga mempersembahkan kepada para dewata dan berbagi dengan semua insan di 6 alam melalui transformasi menjadi segala macam hal yang hati mereka dambakan.
Poin yang hendak kusampaikan adalah apapun yang kita pelajari, kita juga harus menggunakannya, bukan? 😊
Bertanya:
Kiranya Si Bhiksu itu merasa sebegitunya bersih dan suci sampai-sampai menganggap orang lain sebagai mahluk rendahan yang akan mencemari makanannya saat tersentuh?
Kalau iya lantas mengapa ia menerima undangan orang-orang untuk makan gratis?
Saatnya kamu mengaplikasikan pengetahuan Buddha Dharma.
Apakah ia tahu apa yang seorang Buddha sungguh-sungguh lihat di dalam diri semua insan?
Sungguhkah ia tahu beberapa dasar Buddha Dharma dan mempraktikkannya?
Ah! Oh! 😊
Melatih Tantrayana, butuh Bodhicitta sebagai Kunci Akhir menuju Kebuddhaan.
Dan Bodhicitta berarti memprioritaskan orang lain, diri sendiri belakangan!
Sekarang kamu tahu mengapa aku bilang bahwa si bhiksu tersebut tak punya Bodhicitta?
Aku menganalisanya untuk berbagi denganmu cara menggunakan Jalan Utama Berunsur 8.
Si Bhiksu hanyalah salah satu contoh bagus untuk menjelaskan salah satu poin saja.
Menulis artikel ini tanpa prasangka!
Amituofo
Pure Karma
Lama Lotuschef
True Buddha School
No comments:
Post a Comment