Pages

Friday, October 28, 2011

28-10-2011 Hinayana dan Mahayana [2]



Original Script: GM, Living Buddha Lian Sheng
English Translation: Lama Lotuschef
Bahasa Translation: Lotus Junhao

Hinayana & Mahayana [2]
1997-10-29  

Kita sedang membahas tentang aliran Hinayana dan Mahayana.
Pada sesi sebelumnya kita menyatakan bahwa kedua aliran / yana tergantung pada Jodoh. Semasa hidup Buddha, dia membabarkan Hinayana. Buddhisme kuno berasal dari Hinayana kemudian Mahayana dan akhirnya Tantrayana.

Empat Kebenaran Mulia adalah inti dari Hinayana. Melatih [Tiada Aku] [Tiada Dia/Mereka] melenyapkan Penderitaan dengan sempurna, mencapai Arahat [Buah Keberhasilan], tidak ada lagi reinkarnasi ke dalam 6 alam sengsara. Melatih diri dengan cara ini, patut kita hargai, bukan karena tiada manfaat dari pencapaiannya, tetapi hanya karena dia adalah Yang Hanya Mencerahi Diri Sendiri.

Aliran Mahayana adalah aliran yang membuat tekad Bodhicitta, membuat tekad besar, seperti Bodhisattva Ksitigarbha “Jika neraka tidak kosong, tidak akan menjadi Buddha”. Karena itu, Beliau tetap seorang Bodhisattva. Oleh karenanya, bila Beliau mengganti nama-Nya menjadi Buddha Ksitigarbha maka itu menjadi tidak benar. Beliau akan berkata "Wah itu tidak tepat! Saya masih di sini sebagai seorang Bodhisattva! Mengapa memanggil saya sebagai Buddha Ksitigarbha?" Selama Anda masih di sana dan hidup sebagai seorang insan, maka Beliau akan tetap menjadi seorang Bodhisattva. Kecuali anda menjadi Buddha, maka Beliau akan bergelar Buddha. Bahkan jika anda menjadi Buddha sekalipun, Beliau tetap masih saja Bodhisattva [karena para insan lain masih belum tercerahkan].

Inilah Tekad Bodhicitta, inti dari Mahayana, tujuan utamanya untuk menyelamatkan para insan. Berdasarkan pencerahan diri sendiri, untuk mencerahi semua insan menjadi Buddha, Bodhisattva [mencerahi insan yang memiliki jodoh]

Seperti Guru, diriku sendiri, juga telah membuat Tekad Mahayana untuk menyelamatkan para insan dalam setiap kehidupan. Mereka yang di aliran Hinayana tidak menyukai Reinkarnasi, tidak menyukai Kelahiran Kembali. Keduanya terlalu menyakitkan dan diliputi banyak penderitaan. Berada bersama para insan, maka akan turut Tercemar.

Sebagai contoh, saya memberikan konsultasi pada setiap Sabtu. Vajra Acarya Lian Ning datang dan berkata “Yang berikutnya sangat bau, sungguh, sangat sulit untuk menghadapi baunya.” Menyuruhku untuk bersiap-siap. Ketika orang ini masuk, saya menahan nafas. Tidak terlalu menolong, saya bernafas. Wow! Kedua bola mataku menjadi putih. Bau apa ini sebenarnya? Seluruh ruangan dipenuhi bau menyengat ini. Tercemar oleh Para insan seperti ini.

Karenanya ketika anda mengatakan menyelamatkan para insan, apakah anda sungguh-sungguh menyelamatkan mereka atau mereka yang menyelamatkan anda?

[Menekuni] Mahayana harus mulai belajar dari Hinayana, ketika memperoleh hasil, benar-benar memiliki fondasi, anda membuat Tekad Bodhicitta. Namun, sebelum anda memperoleh hasil, anda juga dapat membuat Tekad Bodhicitta seagung yang anda inginkan dan pencapaian/hasil anda bergantung pada tekad & praktek Bodhicitta.

Karena itu tidak dapat mengkritik Hinayana “anda haruslah memperoleh hasil dari Hinayana, baru pada saat itu membuat Tekad Bodhicitta”, namun [langsung] menekuni Mahayana juga dapat membuat Tekad Bodhicitta.

Meskipun demikian, anda harus ingat, bahwa para insan itu tercemar dan tidak dapat diselamatkan semuanya karena jumlah mereka tidak ada habis-habisnya.

Jadi orang mengatakan [Ksitigarbha ingin Neraka pada akhirnya kosong pada satu hari baik]. Hari yang mana?
Jawaban yang pasti yakni ketika memeras pasir bisa menghasilkan minyak maka pada saat itu semua insan akan terselamatkan. Mengumpulkan pasir dari pantai dan terus memeras, memeras, memeras, memeras, dapatkah menghasilkan tetesan minyak?

Para insan tidaklah dapat dikira [jumlahnya]! Neraka kosong? Akan kosong pada suatu hari ketika memeras pasir dapat menghasilkan minyak, ya, Neraka akan kosong. [suatu hal yang mustahil]

Karena itu bagi mereka yang membuat Tekad Bodhicitta, tidak mempermasalahkan masa depan, mereka menyukai Reinkarnasi, Kelahiran Kembali, dalam setiap kehidupan bersumpah untuk menyelamatkan para insan, bersumpah untuk datang kembali lagi bersama mereka, dengan rela menerima penderitaan, sesungguhnya penderitaan adalah kebahagiaan [bagi mereka].

Aksara Mandarin paling baik mengungkapkan hal ini. Istilah Kebahagiaan dalam Mandarin yakni 痛快 - tòng kuài terdiri dari kata “Sakit” -   dan kata “Cepat” - dari kata “Cepat Bahagia” - 快乐-- di mana setelah menderita Rasa Sakit maka kemudian datanglah Kebahagiaan dengan Cepat.

Karena itu intisari Bodhisattva dalam Mahayana ada pada hal ini, semua hal dilakukan dengan sukarela. Menghadapi penderitaan juga sukarela, reinkarnasi dan kelahiran kembali juga sukarela, inilah Bodhicitta Agung.

Menyelamatkan para insan dalam banyak kehidupan, mengetahui bahwa para insan sangat sulit untuk diselamatkan, akan tetapi dia tetap saja hendak melakukannya, sulit dilakukan tetapi tetap dilakukan, inilah seorang Bodhisattva.

Maka dari itu, kedua yana / aliran memiliki jodohnya masing-masing. Juga tidak dapat menyalahkan Hinayana yang mengatakan Mahayana tidaklah bagus. Karena begitu Mahayana membuat Tekad / Cita-Cita, tekadnya dan Bodhicitta nya adalah Agung. Pemikiran utama Hinayana adalah Tiada Aku dan Tiada Dia, merealisasikan pencapaian Arahat yang suci dan murni, Arahat yang suci dan murni, ini juga merupakan hal yang Agung. Semuanya adalah Agung. Semuanya bergantung pada Jodoh. Shizun hanya perlu sekali melihat para insan dan langsung bisa tahu apakah orang tersebut mempunyai jodoh dengan para insan atau tidak. Bila memang berjodoh, maka dia akan melatih Mahayana dan itu sangatlah bagus. Dia akan menyelamatkan para insan dan melatih 6 Latihan Penyempurnaan Diri (Sad Paramita)

Orang ini punya sifat suka menyendiri, jadi belum tentu dia punya kekuatan untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Oleh karenanya dia hanya dapat melatih Hinayana. Melatih Tiada Aku dan melenyapkan penderitaan sendiri. Kemudian melatih Tiada Dia, sehingga memasuki kekosongan. Ketika anda meminta dia untuk menyelamatkan para insan, dipukul sampai meninggal pun dia tidak akan muncul. Secara gamblang berbicara, anda tendang bokongnya sampai bahkan buang angin juga tetap sulit baginya [untuk turun menolong para insan].

Karena itu, semua ini tergantung pada Jodoh, semua insan memiliki sifat bawaan mereka masing-masing. Terkadang, mereka ada untuk dirinya sendiri, terkadang mereka ada untuk menyelamatkan para insan.

Maka dari itu, ajaran Dharma yang saya babarkan untuk kedua yana / aliran adalah berbeda, tidak bisa dibandingkan satu sama lain dan saling bergantung satu sama lainnya. Meskipun membabarkan Dharma, Dhama yang dibabarkan oleh Buddha Sakyamuni, namun baik itu Hinayana atau Mahayana harus bergantung pada jodoh pribadi masing-masing individu.

Sebagai contoh misalnya Shizun, menyelamatkan para insan di setiap kehidupan, tidak takut akan penderitaan dan kesukaran.

Begitu berhadapan dengan penderitaan dan kesukaran, bahkan menjadi semakin berani dan rajin. Menganggap “Penderitaan” sebagai “Kebahagiaan”, seperti meminum teh pahit, aiyaa! Sangat pahit. Tetapi tetap saja diminum, pada akhirnya akan merasa baik setelah diminum! Inilah Bodhicitta!

Om mani pad me hom.

Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School

No comments:

Post a Comment