Dibagikan dengan anotasi oleh Lotuschef – 23 November 2015
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Mindfulness – Contemplation of Form [2]
Solusi dari agama Buddha untuk mengatasi nafsu, deraan cinta, cinta yang tak terbalas.
佛教对治 欲望、爱折磨、单恋、的方法.
Sumber foto: Meditation on Foulness: the Buddha advised those who are ardent on attaining nirvana (release) to contemplate the body's manifold impurities.
(Meditasi Akan Kekotoran: Sang Buddha menyarankan mereka yang bersemangat untuk mencapai nirwana [pembebasan] supaya merenungi berbagai kekotoran tubuh.)
Berikut ini dikutip dari Sutra Surangama 大佛頂首楞嚴經.
Dua Puluh Lima Cara Untuk Mencapai Pencerahan
Jilid 5, Bab 2Ekstrak:
N2 Upanishad: Objek Wujud
Sutra:
Upanishad bangkit dari tempat duduknya, berlutut di kedua kaki Sang Buddha, dan berkata kepada Sang Buddha, “Aku juga melihat Sang Buddha saat beliau pertama kali mencapai Sang Jalan (Tao). Aku belajar untuk merenungi penampilan yang tak bersih hingga aku menjadi muak dan memahami bahwa kodrat dari segala wujud adalah tak bersih. Tulang belulang dan debu-debu halus semuanya kembali kepada kekosongan, sehingga demikianlah cara menyingkirkan kekosongan maupun wujud. Dengan penyadaran ini, aku mencapai jalur yang telah melampaui pembelajaran.”
Komentar:
Nama Upanishad berarti “kekosongan dari kodrat wujud” (se xing kong). Ia selalu terganggu oleh nafsu birahinya yang menggebu-gebu.
Karenanya, Sang Buddha mengajarinya untuk melatih perenungan atas kekotoran di mana ia mengamati bagaimana kotornya tubuh fisik sendiri maupun milik orang lain.
Ada praktik tertentu yang dinamakan “merenungi 9 aspek kekotoran”:
- Merenungi pembengkakan. Setelah mati, badan mulai membengkak.
- Merenungi daging yang berburik hijau. Setelah membengkak, badan mulai muncul area-area berwarna hijau seperti lebam-lebam besar.
- Merenungi daging yang pecah terbuka. Setelah menjadi hijau, ia meletus terbuka.
- Merenungi darah dan kotoran. Saat meletus terbuka, darah dan hal-hal lain mengalir keluar.
- Merenungi nanah dan pembusukan. Nanah mulai keluar dari tubuh saat ia mulai membusuk.
- Merenungi tubuh dimakan oleh cacing-cacing. Dari nanah dan badan yang membusuk keluar banyak cacing yang memakan daging.
- Merenungi tubuh mulai tercerai-berai. Daging mulai berjatuhan.
- Merenungi tulang-belulang. Begitu daging sudah menghilang, yang tersisa hanyalah tulang saja.
- Merenungi tulang yang terbakar. Ia terbakar oleh api dan berubah menjadi abu. Abu itu melayang ke dalam kekosongan dan berubah menjadi debu, hingga akhirnya tak ada lagi yang tersisa.
Upanishad sangat melekat pada wujud. Ia akan secara khusus memperhatikan setiap wanita yang dilihatnya untuk kemudian dikomentari betapa cantiknya yang ini, betapa indahnya yang itu, dan betapa menariknya yang lain lagi. Ia menggunakan segala upayanya untuk hal-hal seperti ini.
Hingga saat ia bertemu dengan Sang Buddha, beliau mengajarinya cara melatih perenungan 9 aspek kekotoran.
Upanishad bangkit dari tempat duduknya, berlutut di kedua kaki Sang Buddha, dan berkata kepada Sang Buddha, “Aku juga melihat Sang Buddha saat ia pertama kali mencapai Sang Jalan (Tao).
Aku belajar untuk merenungi penampilan yang tak bersih hingga aku menjadi muak.
Aku, juga, bersama dengan Sang Buddha saat setelah beliau mencapai Tao, dan Buddha mengajariku untuk melatih perenungan 9 aspek kekotoran.
Dari sini aku menyadari bahwa mau secantik apapun seseorang saat ia hidup,
betapa menarik atau indahnya perempuan tersebut, sehingga semakin kamu memikirkannya maka semakin dirinya menjadi memikat, namun saat ia mati, ia akan melepuh sama anehnya seperti orang-orang lain juga.
Ia akan menjadi hijau dan penuh dengan burik, serta dagingnya akan pecah terbuka.
Masihkah kamu bisa mencintainya setelah itu?
Lalu darah dan kotoran akan keluar, jasadnya mulai berbau busuk.
Di tahap ini, anjing akan menyukainya, tapi orang-orang akan menjauhinya.
Kemudian nanah mulai terbentuk dan tubuhnya mulai membusuk.
Membayangkannya saja membuatmu ingin muntah!
Di saat ini sudah tak mungkin lagi untuk menciumnya.
Lalu cacing-cacing mulai tumbuh berkembang: yang besar maupun yang kecil.
Sekawanan lalat dan lalat biru (Calliphora vomitoria) datang mengerumuni.
Mereka mendekatinya dan di saat itu kamu bahkan tak akan merasa cemburu sedikitpun.
Daging mulai tercerai-berai dan tinggallah tulang-belulang yang tersisa.
Kemudian ia terbakar dan segalanya menghilang.
Beritahukan kepadaku, kemana orang cantik tersebut pergi?
Melalui perenungan seperti ini ia semakin muak akan wujud, dan menjadi paham bahwa kodrat dari segala macam wujud adalah tidak bersih.
Ia menyadari mau seberapa cantiknya suatu wujud, sumbernya sendiri sudahlah kotor.
Semen dari ayah dan darah dari ibu pada dasarnya tidak bersih.
Tulang dan debu-debu halus berpulang pada kekosongan, demikianlah kekosongan maupun wujud disingkirkan.
Dengan penyadaran ini, aku mencapai jalur yang melampaui pembelajaran, yaitu buah pencapaian yang ke empat – Arahat.
~~~~~~~~~~~
Jadi?
Buddha Dharma merupakan metode-metode yang digunakan untuk meningkatkan kualitas semua insan!
Selama efektif, maka metode tersebut adalah metode yang baik! :)
Salam semuanya.
Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef
No comments:
Post a Comment