Pages

Thursday, December 20, 2012

Disiplin (Sila) sebagai Guru



Ditulis oleh Lotuschef – 20 Desember 2012
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: Lotuschef in Discipline as Teacher 戒为师
Image © Buddhamuseum.com: Buddha Hidup Ji Gong, kendi terakota antik tiongkok, sekitar awal abad ke-20

Mari kira membahas instruksi Buddha mengenai “Bersandarlah pada Disiplin (Sila) sebagai Guru”.
Kedengarannya sederhana tapi ternyata banyak aspek dan cara aplikasinya yang menarik. :)

Arti


Dalam pengertian aslinya, disiplin adalah instruksi (arahan) sistematis yang digunakan untuk melatih seseorang, yang mana orang tersebut kadang secara harfiah disebut sebagai murid, di dalam bidang kerajinan, perdagangan, ataupun aktivitas lainnya, atau supaya mengikuti kode etik atau “perintah” tertentu.

Seringkali frase “mendisiplinkan” punya konotasi yang negatif. Ini karena adanya pemaksaan atas suatu perintah – yang artinya memastikan agar instruksi-instruksi dilaksanakan – dan seringkali ada ganjaran hukuman yang mengaturnya.

Disiplin merupakan pernyataan tekad dalam mengatasi nafsu-nafsu yang sifatnya lebih rendah, biasanya dipahami sebagai pengendalian diri.

Disiplin diri sampai batas tertentu bisa merupakan pengganti motivasi, saat orang yang bersangkutan menggunakan logika penalaran untuk menentukan tindakan terbaik yang bertentangan dengan nafsu-nafsu dirinya sendiri.

Perilaku Luhur berarti saat motivasi orang tersebut sesuai dengan tujuan-tujuan penalarannya: melakukan yang menurutnya adalah yang terbaik dan juga melakukannya dengan senang hati.

Di sisi lain, Perilaku Membatasi adalah saat orang tersebut melakukan yang terbaik menurutnya, tapi harus melakukannya dengan mengalahkan motivasinya sendiri. Merubah dari ‘membatasi’ menjadi ‘luhur’ butuh pelatihan dan disiplin diri tertentu.

[Dikutip dari Wikipedia – Discipline]

---

Disiplin ini menjadi topik yang hangat dibicarakan karena adanya Pencemaran Nama Baik Guru.
Banyak umat yang memproklamirkan dirinya sebagai murid yang berbudi mulai menggunakan Disiplin bagai tongkat untuk memukul mereka yang tak setuju dan tidak mengikuti cara-cara mereka.

Bertanya: Dengan pengetahuanmu dalam berbagi Buddha Dharma, apakah menurutmu Buddha akan mendukung Pemaksaan, Hukuman, atau apapun yang berkonotasi negatif?

Bertanya lagi: Menurutmu mereka yang belum mencapai Kebuddhaan diperbolehkan “Menjadi Tuhan” untuk menghukum “mereka yang menentang”?

Dengan segala kerendahan hati, menurutku: Disiplin sila sebagai guru – berarti menggunakannya sebagai pemimpin yang menuntun kita dalam perjalanan melatih diri, memastikan supaya kita tetap berada di jalan Bodhi.

Berbagai disiplin yang diajarkan oleh Buddha sebaiknya digunakan oleh para insan sebagai Disiplin Diri seperti yang dijelaskan di atas, layaknya Motivasi untuk tetap berada di dalam jalur yang benar dan berlatih dengan tekun.

Aku rasa siapapun tak seharusnya menggunakannya sebagai senjata untuk menghajar/menekan pihak lain, dan dari sana menciptakan kondisi dan karma buruk, setujukah kiranya?

Aku juga tak setuju dengan mereka yang menggunakan Disiplin untuk menunjukkan bahwa mereka adalah “yang mulia” dan “sang penguasa” atas para insan, begitukah?

Karena begitu mereka mulai mendamba “kekuasaan” atau “kendali” atas para insan, maka mereka sudah bukan lagi murid Buddha yang sejati, benarkah? :)

Hahaha! Dilihat-lihat lagi juga percuma kalau menggunakan Disiplin untuk menekanku, karena aku cukup jahil untuk membalasmu. :)
Salam semuanya.


Om Guru Lian Sheng Siddhi Hom
Lama Lotuschef

No comments:

Post a Comment