Pages

Monday, January 30, 2012

30-1-2012 [26-6-2011 Menahan diri untuk tidak membunuh]


26-6-2011 Refrain from Killing
26-6-2011 Menahan diri untuk tidak membunuh

Diterjemahkan oleh: Lotus Nino


Petikan artikel dari buku Shizun No.154: Aura Kebijaksanaan, 智慧的光環.
Ditulis oleh: Buddha Hidup Sheng-yen Lu
Diterjemahkan ke Bahasa Inggris oleh Tim Penerjemah True Buddha Foundation


BAB 30 – Menahan diri untuk tidak membunuh

Ada seorang guru silsilah tantra sedang memancing ikan di pinggir sungai.
Lalu seorang anak muda mendekatinya dan bertanya, “Sila-sila Buddhis tidak menganjurkan pembunuhan. Lalu kenapa Anda malah membunuh?”

Sang guru menoleh dan melihat ke anak muda tersebut dan kemudian mulai tertawa. Ia berkata, “Kamu dulu pernah saya pancing.”

Padmasambhava di suatu masa pernah membunuh semua perampok, bandit, dan penjahat keji yang hidup di Kota Penjagal. Mereka semua telah melakukan kejahatan dengan melakukan pembakaran dan pembunuhan. Padmasambhava kemudian menggunakan sadhana penyeberangan yang paling welas asih untuk membersihkan jiwa mereka dan langsung mengirim mereka semua ke Surga Barat Tempat Kenikmatan Tertinggi.

Dalam dua contoh tersebut, para guru tantra terlihat seperti sedang membunuh mahluk hidup.
Tapi pada kenyataannya, mereka sedang menggunakan cara yang paling welas asih untuk menyeberangkan para insan.
Tujuan mereka bukanlah untuk membunuh, tapi malah untuk menyeberangkan.
Semacam itulah yang disebut sebagai penyeberangan sejati untuk menyelamatkan manusia.

Analisa saya untuk situasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tradisi Sutra mengajarkan ‘tidak membunuh’, dan mendorong pembebasan nyawa mahluk hidup.
Oleh karenanya, tindakan bajik berupa praktek melindungi kehidupan binatang adalah salah satu praktek welas asih ini.

Namun, yang disebut sebagai pembunuhan yang dilakukan oleh guru-guru Tantra pada kenyataannya adalah pembebasan (penyeberangan) para insan – menyentuh ke dalam jiwa mereka dengan welas asih yang lebih mendalam, membebaskannya dan membersihkannya sehingga jiwa-jiwa mereka dapat terlahir kembali di Tanah Suci Buddha.

Sebenarnya, semua praktisi Tantra yang belum mencapai tingkat spiritualitas seperti yang dicapai oleh para guru silsilah harus mematuhi Lima Sila dan Sepuluh Kebajikan yang telah ditetapkan sebagai kode disipliner penting dari agama Buddha.

Kalau ada yang mampu melakukan pembunuhan yang diikuti dengan penyeberangan, maka pencapaian spiritualnya pasti telah setara dengan Sifat Sejati Dharma Tathagata, yang pahala utamanya telah sempurna dan lengkap, dan dengannya mampu menarik para insan ke dalam pahala tersebut dengan berbagai cara yang menakjubkan!

Para praktisi Tantra jaman sekarang nyaris hanya menggaruk bagian luar doktrin-dontrin Tantra saja.
Mereka jauh dari pencapaian kebuddhaan dan perilakunya malah menunjukkan kurangnya disiplin dan sikap tidak baik terhadap insan lain.

Sebenarnya tidak ada masalah buat mereka untuk mengetahui sadhana penyeberangan lewat pembunuhan, tapi mereka tidak boleh melakukannya dalam kondisi apapun.
Bukannya menolong menyeberangkan si arwah, mereka malah akan merugikan Ordo Tantra dan ajaran-ajarannya.

Hati-hatilah! Hati-hatilah!


- - - - - - - - - -


Haha! Setelah membaca sikap Guru mengenai Pembunuhan, mohon hindarilah Membunuh bila Anda tidak bisa menjamin bahwa Anda dapat menyeberangkan para arwah ke Tanah Suci!

Teman-teman ingat mudra Teratai yang pernah saya jelaskan penggunaannya?
Sering-seringlah melatihnya kepada mereka yang terbunuh atau telah meninggal.
Boddhicita kalian akan memberi kekuatan pada penyeberangan yang kalian lakukan.



Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School

No comments:

Post a Comment