Pages

Thursday, December 22, 2011

22-12-2011 [19-12-2011 Menyalakan Pelita Hati Anda] [2]



19-12-2011 Lighting your Heart's Lamp [2]
19-12-2011 Menyalakan Pelita Hati Anda [2]
Translated by Lotus Nino
Sumber:

 [J: Oh ya, Fashi, saya ingin mendaftar untuk penyalaan pelita tanggal 31 Desember. Saya turut menyumbang $10 ya... He7...
Terima kasih ^^
Salam]


[LC: Jadi kamu ingin menyalakan untuk 1 hari / 1 tahun / 1 kehidupan / selamanya?
Hahaha! Salam.]


[J: LOL, selamanya ha7...

Dulu saat menuangkan minyak di vihara Mahayana, saya sering mengucapkan doa ini: “Semoga pelita ini selalu menerangi kehidupan para insan, menuntun kita di jalan Bodhi dalam tiap kehidupan hingga mencapai kebuddhaan”, lalu saya lanjutkan dengan mengucapkan permohonan pribadi saya.

Selama pelita minyak di vihara tersebut masih menyala, maka doa saya juga akan terus berlangsung he7... sekedar afirmasi diri saya saja.

Tidak penting seberapa lama pelita itu akan menyala, kita selalu bisa menyalakannya lagi.

Salam.]


 [LC: Hahaha! Coba baca artikelnya sekali lagi.

{Tidak penting seberapa lama pelita itu akan menyala, kita selalu bisa menyalakannya lagi.}

Bukan itu yang saya ingin uraikan.

Hehehe...]


[J: =,= LoL. Saya akan coba menebak sebaik mungkin kali ini.

“Dulu di jaman Buddha Shakyamuni ada seorang nenek tua yang sangat miskin yang menggunakan hartanya yang sangat terbatas untuk membeli minyak untuk menerangi jalan ke vihara Sang Buddha.”

“Menurut saya, saat Lampu Terang dalam diri seorang sadhaka telah menyala, maka di sana sudah tidak ada lagi batasan waktu!”

“Apakah kamu mencium adanya cita rasa dharma dalam pernyataan di atas?”

Seperti cerita tentang si nenek tua tersebut, dia memberikan semua yang dia miliki untuk mempersembahkan pelita untuk Sang Buddha. Saat Mara mencoba meniup semua pelita di sana, hanya milik si nenek saja yang masih menyala. Saya tidak tahu apa yang dimohon oleh si nenek, tapi saya pikir saat kita mempersembahkan sesuatu ke Buddha dengan tulus (dalam hal ini: pelita), maka tidak ada sesuatupun yang akan menghalangi nyalanya pelita itu, bahkan termasuk Mara ataupun Waktu itu sendiri.

Meski minyak itu pada akhirnya akan habis, tapi sinarnya akan terus menyala dalam mata Sang Buddha, di dalam hati si nenek itu. Hal ini bukan mengenai seberapa besar, seberapa eksklusif, seberapa sempurnanya persembahan kita, seberapa besar uang yang kita keluarkan; tapi ini mengenai ketulusan hati, keseriusan dan tujuan kita.

Salam. Selamat pagi, fashi.]


 [LC: Si nenek akhirnya menjadi Buddha Cahaya. Gelarnya lengkapnya saya tidak ingat.
Hehe. Tebakanmu masih belum benar.
Selamat pagi.]


[J: Oh, -_- harus tanya ke Nino / Steven untuk jawabannya ha7... saya nyerah deh...]


[LC: Coba pikirkan lagi mengenai yang saya isyaratkan tentang penyalaan pelita ya. Hehe.]


[J: -_- Menyerah Lol... Terlalu tersamarkan.]


[LC: Hehe! Jangan menyerah dulu dong.]


[J: Ha7... saya akan membacanya ulang.]


-----------------------------------------------


Teman-teman sekalian yang terkasih, saya juga ingin mendengar dari kalian semua.

Apa pesan yang ingin disampaikan dari: Menyalakan pelita hati Anda.



Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School

No comments:

Post a Comment