Pages
▼
Thursday, September 8, 2011
Japamala Buddha??
Ditulis oleh Lotuschef – 22 Agustus 2011
Diterjemahkan oleh Lotus Nino
Sumber: 佛珠?? Buddha's beads??
“Aku yakin japamala-ku tertinggal di hotel!!! Tetapi customer service tidak menemukannya!!! Kenapa?!?!?!”
Hal di atas kembali mengingatkanku akan sebuah peristiwa.
Kembali ke tahun 2006, saat ku sedang melakukan kerja sosial di sebuah biara setempat, seorang teman, Dr.Y, memperkenalkanku pada pasiennya, Z, yang merupakan guru les Bahasa Mandarin yang memberikan les bahasa di rumah.
Saat itu kami sedang berada di dalam biara dan Z melihat japamala berbahan kayu yang kukenakan di leher.
Z: Kamu tak boleh mengenakan japamala Buddha, hanya Shifu (venerable) yang boleh.
Aku: Hah???
Z: Lepaskan japamala itu sekarang!
Dr.Y memberi tanda kepadaku untuk tak menimpalinya.
Kulepaskan kalung japamala tersebut dan melempar senyum pada Dr.Y.
Dr.Y punya gelar pasca sarjana di bidang Filosofi Agama Buddha.
Aku mengalami berbagai hal yang mirip dengan cerita di atas dan kujelaskan bahwa japamala tersebut adalah jimat keberuntungan yang diberkati oleh bhiksu Hinayana [小乘] untuk keselamatan diri berhubung aku sering bepergian. Karena saat itu aku tak tahu bagaimana cara menggunakan japamala dan juga tak tahu cara menjapa mantra jadi aku menganggap kalau kalung manik-manik itu bukanlah Japamala.
HAHAHA!
Yang namanya Kemelekatan:
Mengapa kalung manik-manik yang direkatkan menjadi satu untuk keperluan menjapa mantra mempunyai kegunaan yang tak didokumentasikan di dalam Dharani manapun?
Apakah Buddha mempunyai JAPAMALA?
Mengapa hanya para venerables dan masters yang boleh mengenakannya?
Akhirnya kupaham kalau mereka punya cara-cara tertentu dalam memakainya untuk menunjukkan ‘HIRARKI’ (jenjang/tingkatan) !!!
Saat Buddha masih hidup, tak ada yang namanya japamala Buddha atau japamala untuk membaca mantra.
Bahkan Dharani-dharani kebanyakan dicatat oleh Ananda dari ingatannya.
Akurasi dari berbagai dharani akan berbeda berdasarkan kemampuan mengingat para pencatatnya.
Baru-baru ini, Mahaguru mengomentari beberapa orang yang mencatat episode tertentu dalam Sutra Altar Patriak Ke-6.
Ada bagian-bagian yang kurang akurat sehingga menimbulkan kebingungan mereka yang membacanya.
Dengan segala kerendahan hati, aku percaya bahwa memahami apa yang ingin disampaikan oleh suatu Dharani adalah jauh lebih penting, daripada membacanya secara membabi buta ataupun memaksakan suatu interpretasi kepada orang lain.
Jalan Mulia Beruas 8 mengajarkan kita untuk mampu membedakan dan tak langsung meloncat pada suatu kesimpulan dan bertindak impulsif (menuruti kata hati) tanpa mempertimbangkan dampak dari tindakan kita terhadap orang lain.
Kalau tindakan kita sampai membuat orang lain menjadi tak senang hati, berarti sama saja dengan kita tak memahami ajaran Buddha sama sekali.
Poin terpentingnya adalah untuk BEBAS DARI PENDERITAAN dan MENCAPAI KEBAHAGIAAN baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Dr.Y sangat mengenal Z dengan baik. Z hanya melihat apa yang dia lihatnya sebagai kebenaran menurut interpretasinya sendiri, dan sebagai tambahan juga punya sifat angkuh. Dia selalu menegur orang lain, berpikir bahwa dialah yang benar dan merasa berhak ‘memarahi’ orang-orang yang dipikirnya melakukan kesalahan.
Pada kesempatan lain, kami makan siang di biara lain yang kepala biaranya adalah seorang wanita yang sedang mengalami cedera punggung. Dr.Y mengajak saya untuk menyembuhkannya. Z juga turut serta.
Di sana ada beberapa bhiksu dari China yang sedang berkunjung. Saat itu mereka sedang bercakap-cakap membahas mengenai Teknologi Informasi – juga topik yang kusukai.
Aku menjawab beberapa pertanyaan mereka dan Z langsung membelalakkan matanya dari seberang meja, juga memberi saya tanda untuk tutup mulut.
Hahaha!
Kepala biara ini sungguh seorang yang sangat bersahabat dan penuh perhatian. Dr.Y dan saya sering makan malam bersama setelah menyelesaikan sesi perawatan di sana atas undangannya.
Mereka, para masters ataupun venerables, yang mengklaim bahwa hanya mereka saja yang boleh melakukan ini dan itu untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa mereka lebih unggul, kusarankan teman-teman semua untuk segera menghindar dari mereka.
Aku sempat dimarahi oleh umat dari vihara lain saat aku menyanyikan lagu yang menarik yang ternyata adalah Dharani Vairocana.
Mereka membacakan dharani tersebut sebanyak 21x sebelum mereka memulai sesi konsultasi di vihara.
Mereka bilang bahwa hanya para masters saja yang boleh membacanya. Para umat boleh membacanya bersama dengan masters, namun tak diperbolehkan untuk membacanya sendirian.
Marilah kita belajar untuk lebih cerdas dan lebih tekun.
Harus paham apa yang sedang kamu lakukan.
Jangan paksakan interpretasimu kepada orang lain; memaksa orang lain untuk mengikuti apa yang kamu anggap BENAR.
Amituofo / Lotuschef / Pure Karma / True Buddha School
No comments:
Post a Comment